#13 - Ke Beijing

367 68 8
                                    

"Saya menjadi saksi bagaimaan Tuan Besar sangat menyayangi Anda dan Tuan Muda Jaehyun. Tuan Besar menyayangi kalian lebih dari nyawa dan harga dirinya sendiri."
[Paman Jang]

Salah satu alasan aku tidak suka sendirian adalah karena tidak ada seseorang yang akan menolongku jika terjadi sesuatu, atau setidaknya menenangkanku jika aku gelisah dan butuh perlindungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah satu alasan aku tidak suka sendirian adalah karena tidak ada seseorang yang akan menolongku jika terjadi sesuatu, atau setidaknya menenangkanku jika aku gelisah dan butuh perlindungan. Seperti saat ini misalnya. Aku tersentak bangun oleh mimpi buruk. Mimpi yang benar-benar buruk sampai aku berteriak ketakutan. Napasku tersengal dan kurasakan seluruh badanku basah keringat.

Biasanya Appa atau Jaehyun Hyung langsung berlari menuju kamarku, tetapi kali ini tidak. Mereka tidak muncul bahkan ketika aku sudah membuka mata dengan lebar. Pintu di hadapanku masih tertutup rapat. Aku tidak bisa mendengar suara apa pun dari luar. Hanya terdengar napasku sendiri yang masih berantakan. Tanganku refleks meremat sembari mencari-cari keberadaan seseorang.

Sayangnya, tidak ada satu pun yang datang untuk mengecek kondisiku. Sekian menit menunggu dalam rasa takut, aku baru sadar bahwa ini bukan kamarku. Aku masih di apartemen. Tubuhku perlahan bersandar di kelapa ranjang. Kupejamkan mata lagi berusaha mengingat mimpi yang tadi kualami. Hanya saja, aku langsung menggeleng cepat agar ingatan itu pergi.

Tidak mungkin!

Di mimpi itu, Jaehyun Hyung baru pulang bekerja saat langit sudah gelap. Di antara lalu lintas kota yang cukup padat karena akhir pekan, kakakku hilang kendali atas tubuhnya sehingga ia tidak sengaja menabrak seseorang. Butuh waktu lama untuk otakku dapat sepenuhnya memahami apa maksud ucapan Jaehyun Hyung kemarin.

Kecelakaan yang dia alami bukan masalah kecil, tetapi berita itu bahkan tidak tersiar di mana pun. Sungguh! Semestinya aku sebagai anggota keluarga tahu masalah ini, bukan? Sayangnya, aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu bagaimana cara Appa menutup semua masalah kami serapat itu, sampai-sampai si bungsu di rumahnya sendiri pun tak tahu.

Aku harus segera mencari tahu. Jika ayah dan kakakku tidak mau memberi tahu, pasti ada seseorang yang mengetahui hal itu dan menceritakannya padaku. Kakiku segera menapak ke lantai dingin dan perlahan melangkah menuju pintu. Namun, pandanganku seketika berkunang-kunang. Kepalaku seperti dihantam benda keras sampai-sampai aku limbung hingga lantai di bawahku berdebum.

Pandanganku makin buram saat samar-samar terlihat seseorang membuka pintu dan berlarian menghampiriku. Appa. Aku melihat wajah cemas ayahku sedang berusaha menyadarkanku, tetapi aku tidak bisa merespons sama sekali.

"Shixun, bangun, Nak!" Tepukan lembut tangan ayahku berubah lebih keras. "Ling Shixun!"

***

Seingatku, orang yang terakhir kali kulihat adalah ayah, tetapi saat aku membuka mata, jantungku rasanya seperti mau copot. Aku mematung beberapa saat berusaha meyakinkan diri bahwa wanita yang duduk menatapku hanyalah ilusi. Tidak mungkin dia di sini, bukan?

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang