Seseorang menjebak Ling Sehun dengan kasus kepemilikan ganja. Atas kesalahan itu, Sehun mendapat hukuman dari ayahnya untuk melakukan pekerjaan sosial dan menyelesaikan seratus misi kebaikan dalam satu tahun. Si bungsu manja yang tidak bisa apa-apa...
"Aku tidak bisa peduli pada orang yang telah menyakiti keluargaku!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entah mendapat bisikan angin dari mana, tiba-tiba Jaehyun Hyung mendatangi kamarku usai makan siang. Hari ini aku belum boleh ke Rumah Starla, dan Appa juga melarang Jaehyun Hyung ke kantor. Setelah makan siang, Appa kembali ke kantor. Kupikir, Jaehyun Hyung akan mengurung diri lagi seperti kemarin. Namun, dia mendatangiku dengan senyum manis yang mencurigakan.
"Apa?" tanyaku tidak sabaran.
"Kau sibuk?"
Dahiku mengerut seketika. "Hyung, aku ini pengangguran!" desisku.
Jaehyun Hyung tergelak pelan sebelum berkata, "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
"Ke?" tanyaku. Namun, sebelum Jaehyun Hyung sempat menjawab, aku teringat sesuatu. "Rumah sakit?"
"Iya." Jaehyun Hyung mengangguk. "Mau, kan?"
"Kenapa harus bersamaku?"
"Bukankah Appa kemarin bilang kalau kita harus pergi bersama?"
Aku berdecak lalu beranjak dari kasur. "Tapi habis itu ke Baskin Robbins, ya," pintaku sembari membuka lemari untuk mengambil pakaian yang lebih layak untuk berkunjung ke rumah sakit. Setidaknya bukan kaos dan celana pendek rumahan.
"Siap, Adik!"
"Kau memanggilku adik kalau ada maunya saja!" cibirku. Setelah mengambil pakaian, aku berbalik badan menatap Jaehyun Hyung. "Memangnya kau punya uang? Gajimu kemarin, kan, sudah kau sumbangkan semua."
"Kalau hanya untuk ke Baskin Robbins, tabunganku masih cukup."
"Aku jadi tidak tega mau memerasmu seperti dulu lagi."
"Astaga ...." Jaehyun Hyung menatapku galak. "Kau mau minta apa? Aku pasti akan membelikannya. Kalaupun aku tidak punya uang, aku akan mengusahakannya."
"Caranya?"
"Rahasia!" jawab Jaehyun Hyung sambil menjulurkan lidah. "Aku tunggu di luar," ujarnya lalu keluar kamar.
***
Jika tadi Jaehyun Hyung yang menungguku bersiap, sekarang aku yang menunggunya di taman rumah sakit seorang diri. Jaehyun Hyung sudah memintaku untuk ikut masuk ke ruangan Choi Jiwoo, tetapi dengan senang hati aku menolaknya. Aku tidak mau terjebak kecanggungan sebagai anak dan ibu, sebab kami tidak lagi sebagai artis dan penggemar.
Ketika kami mampir ke toko kue, Jaehyun Hyung sempat tersenyum manis menatap black forest cake di etalase. Kue kesukaan Choi Jiwoo. Aku bahkan sempat melihatnya menulis di sticky notes kecil yang kemudian ditempel di atas kardus roti. Dia menulis : Semoga lekas sembuh.
Dari kejadian itu, aku tahu bahwa kakakku benar-benar sayang pada ibunya. Terlepas bagaimana Choi Jiwoo memperlakukannya sejak kecil sampai sekarang, tidak ada dendam yang kubaca dari raut wajahnya saat dia mengetuk pintu ruang inap. Aku jadi teringat ucapan Jaehyun Hyung setelah Choi Jiwoo tiba-tiba datang ke kantor. Bahwa dia tidak membenci atau menyukai ibunya. Dia menyayangi ibunya dan sepertinya itu wajar. Bukan begitu?