#3 - Hukuman

441 74 10
                                    

"Appa bercanda, kan?"

Ayah menaikkan sebelah alis menatapku. "Pernah melihat Appa bercanda?" balasnya.

Setelah mobil kepolisian sampai di basement rumah, aku berlarian menaiki tangga menuju halaman depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mobil kepolisian sampai di basement rumah, aku berlarian menaiki tangga menuju halaman depan. Hamparan rerumputan dan pepohonan hijau menyegarkan pandanganku yang terkurung hampir dua puluh jam di dalam tahanan sementara. Bunga-bunga cantik koleksi ayah masih bermekaran seolah tengah berbahagia melihat kepulanganku.

Kakiku berlarian memasuki rumah dengan wajah semringah. Akhirnya aku dibebaskan! Aku pulang setelah dinyatakan tidak bersalah oleh Ketua Seo. Laki-laki dingin itu pula yang mengantarku ke rumah.

"Tuan Muda, jangan berlarian!" Paman Jang kesusahan mengejar langkahku,

"Di mana Appa?" tanyaku pada pengawal dan staf rumah tangga yang menyambutku di depan pintu.

"Di ruang kerjanya, Tuan Muda," jawab Bibi Jang. Ia membantuku melepas mantel besar yang membungkus tubuhku. "Anda mau mandi sekarang?"

"Nanti setelah menemui Appa. Tolong siapkan air hangat dan jus jeruk. Aku mau berendam!" seruku. Kemudian, aku kembali berlari menaiki tangga kayu ek cokelat tua menuju lantai dua. Tidak seperti lantai satu yang dipenuhi para pekerja rumah, lantai dua cenderung sepi. Suhu dingin menyergapku. Kakiku refleks berhenti membuat suara gaduh di lantai. Ayah tidak suka suara berisik di dalam rumah, jadi sebaiknya aku tidak membuatnya makin marah.

Ruang kerja ayah berada di bagian belakang. Aku sedikit mengintip dan berjinjit, takut jika tiba-tiba melihat ayah sebelum aku siap. Rasanya sedikit menakutkan karena telah membuat namanya dibicarakan orang-orang di kantor kepolisian. Andai ayah mendengarnya langsung, aku tidak bisa membayangkan terlukanya harga diri ayah.

"Benar-benar memalukan!"

Tubuhku mematung ketika suara ayah terdengar pelan dari balik pintu putih di hadapanku. Dahiku berkerut mendengar pukulan yang entah ditujukan kepada siapa. Kurasakan tanganku mulai berkeringat karena jantungku berdetak cepat. Kakiku bergerak merapat ke pintu. Menempelkan telinga dengan mata terpejam agar mendengar suara dari dalam lebih jelas.

"Bagaimana kau akan bertanggung jawab atas kejadian ini? Kau mau orang-orang membicarakan perusahaan? Membicarakanku? Membicarakan Sehun yang mau coba-coba pakai ganja?" Ayah berteriak lagi, dan lagi-lagi terdengar suara tamparan cukup keras. "Berdiri!"

Aku meneguk ludah dan berusaha sebaik mungkin untuk tidak ketahuan sedang menguping. Ini kali pertama aku mendengar ayah semarah itu sampai menggunakan kekerasaan. Ayah tidak pernah seperti itu, tetapi karena kesalahanku, ayah seperti terpaksa melakukannya.

"Kenapa hanya diam?" Ayah benar-benar mengerahkan tenaganya untuk bersuara tinggi sampai aku terkejut sendiri mendengar teriakannya. "Ling Zhaixuan!"

Saat itu juga, aku seperti tersetrum. Mataku membulat dan aku tidak sengaja menekan gagang pintu. Ketika akhirnya aku ketahuan menguping, tidak bisa kupikirkan lagi bagaimana aku harus menyelamatkan diri. Aku mematung dengan kedua mata tertuju pada kakakku. Ternyata, sedari tadi Jaehyun Hyung yang menjadi korban amukan ayah.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang