#2 - Ibu

451 79 14
                                    

Appa yang ini juga update.
Beri perhatian yang sama banyaknya juga ya.

Pakaian hangat tidak membuatku nyaman berada di ruang interogasi seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pakaian hangat tidak membuatku nyaman berada di ruang interogasi seorang diri. Ruangan ini gelap dan bernuansa kelam, menyiratkan seberapa berat kasus yang dibuka di tempat ini. Tidak ada gambar apa pun di dinding. Tidak seperti di rumah yang penuh dengan lukisan koleksi ayah. Di sini hanya ada meja –yang kuukur selebar lima kali tujuh jengkal—, satu kursi yang kududuki, dan dua kursi di seberang meja.

Entah berapa menit yang lalu, anak buah Ketua Seo datang membawakan kiriman Jaehyun Hyung. Aku bisa berganti pakaian yang lebih layak. Celana jins, kaos lengan pendek, dan kardigan panjang hangat. Setidaknya, aku tidak mengenakan bathrobe selama pemeriksaan berlangsung. Orang itu juga menata kotak makan dari restoran berbintang empat Michellin di Le Meridien Hotel. Restoran kesukaanku.

"Apakah tidak ada orang?" panggilku, menatap lurus ke kaca hitam di hadapanku. Di film-film dan drama, pasti ada beberapa orang yang tengah mengawasiku dari balik kaca itu. Aku bertanya-tanya siapa yang berdiri di sana. Mungkin hanya Ketua Seo dan para anak buahnya, atau Jaehyun Hyung dan Pengacara Park, atau ... "Appa?" Bibirku bergetar membayangkan ayahku berdiri tegak dengan bibir terkatup rapat mengamatiku.

Sebelum Ketua Seo pergi, aku sempat berkata bahwa aku membutuhkan Jaehyun Hyung alih-alih pengacara kepercayaan ayah. Aku merasa lebih nyaman apabila berbicara dengan kakakku sendiri. Sepertinya permintaanku ditolak karena tidak ada tanda-tanda kedatangan kakak kesayanganku. Aku kehilangan harapan agar segera bebas dari ruangan ini.

"Sehun-ssi."

Kepalaku sontak mendongak. Napasku terhela pelan karena bukan Jaehyun Hyung yang datang. "Di mana kakakku?" tanyaku.

"Dia bersedia masuk apabila kau mau sarapan dulu." Ketua Seo mengarahkan dagu runcingnya ke atas meja. "Sesi pemeriksaan akan saya mulai setelah Anda selesai sarapan."

Aku menatap kotak makan berisi cukup banyak menu makanan di hadapanku. Tanganku gemetar terangkat ke atas meja. Perutku mual. Sisa mabuk masih memenuhi mulutku. Ditambah ruangan menyeramkan ini, aku tidak yakin bisa menelan satu suap nasi.

"Semakin cepat akan lebih baik," kata Ketua Seo.

"Tunggu!" panggilku sebelum pria itu sempat menutup pintu. Aku menatap mata runcingnya. "Apa ayahku di sini?"

Ketua Seo tidak langsung menjawab. Ia balik menatapku tanpa arti yang jelas. "Selamat menikmati sarapan," ujarnya, lalu menutup pintu.

Itu bukan jawaban yang kuinginkan, tetapi aku menangkap sinyal tersembunyi dari kalimat itu. Ayah di sini. Ayah sedang mengawasiku. Kepalaku ingin mendongak menatap kaca pembatas itu lagi. Namun, aku tidak punya keberanian. Meski aku tidak bisa melihat bagaimana mata tajam ayah, rasanya tetap menakutkan. Kupaksa tanganku untuk meraih sumpit dan menyuapkan nasi putih ke mulutku.

Perutku seperti ditendang keras ketika aku menelan nasi itu. Pahit. Aku ingin muntah, tetapi segera kubekap mulutku agar nasi yang sudah kutelan tidak keluar dari bibir. Air mataku mulai berjatuhan seiring dengan keputusanku makan tergesa-gesa dalam keadaan mual parah. Aku harus segera menghabiskan makanan ini lalu bertemu Jaehyun Hyung.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang