#16 - Rahasia Appa dan Umma

326 60 26
                                    

"Appa sayang kalian melebihi nyawa dan harga diri Appa sendiri."
[Peter Ling]

Appa menepati janji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Appa menepati janji. Akhir pekan setelah peresmian gedung baru yang akan difungsikan sebagai food court, kami bertiga pergi berkemah. Appa menyewa sebuah tempat perkemahan di Pulau Muuido, lebih tepatnya di lepas Pantai Incheon. Sebenarnya, di Seoul juga ada bumi perkemahan. Kami pun beberapa kali pergi ke sana, tetapi kali ini Appa ingin menikmati suasana Pantai Hanaggae, sehingga di sinilah kami sekarang.

Menikmati embusan angin malam sembari menunggu daging matang. Seorang koki ahli ikut didatangkan untuk mengurus konsumsi kami. Biasanya, Appa dan Jaehyun Hyung akan menyiapkan makanan sendiri. Dari memanaskan kayu arang hingga membakar daging. Namun, karena mereka berdua baru saja melakukan pekerjaan melelahkan, terpaksa mengikutsertakan satu tim juru masak.

"Jaehyun-ah, adikmu sudah pakai jaket?" teriak Appa dari salah satu tenda. Sebagai presiden direktur, Appa sangat sibuk sampai-sampai masih menerima laporan bahkan ketika akhir pekan.

"Sudah!" sahut Jaehyun Hyung sembari mengupas jagung. Appa sudah menyuruhnya untuk istirahat, tetapi kakakku itu sangat bandel dan terlihat senang menikmati aktivitasnya. "Sehun-ah, ke sini!"

"Untuk?"

"Cepat ke sini!"

Aku berdecak pelan. Terpaksa bangkit dari kursi kayu untuk menghampiri Jaehyun Hyung di dekat meja khusus panggangan. "Apa?" tanyaku.

"Seon Woo suka sosis mayo. Belajarlah membuatkan makanan itu untuknya," kata Jaehyun Hyung. Dagu runcingnya mengarah pada setumpuk sosis di hadapan seorang juru masak laki-laki.

"Apa?" Aku mengerjap.

"Olesi sosisnya dengan saus tomat, lalu letakkan di atas panggangan."

"Kau menyuruhku memasak?" pekikku dan Jaehyun Hyung seketika mengangguk. "Appa, Jaehyun Hyung menyuruhku memasak!" aduku.

Dua orang pria keluar dari tenda di bagian ujung. Seluruh wilayah perkemahan ini memang disewa khusus oleh Appa. Kami akan nyaman berlibur sejenak jauh dari kehidupan ibukota dan sorotan media. Appa sudah berganti pakaian. Menanggalkan kemeja dan jas supermahalnya dengan celana dan kaos pendek kasual. Senyumnya mengembang kala sudah bergabung.

"Appa, aku tidak mau memasak!" Aku bergalayut di lengan ayahku dan saat itu juga kudengar kakakku berdecak.

"Kenapa tidak mau? Berkemah tidak asyik jika tidak ikut memasak," kata Appa seolah menyetujui ide putra sulungnya. Langkahnya mendekati deretan juru masak. "Sini, Appa akan mengajarimu."

Kalimat itu terasa seperti medan magnet yang menarik tubuhku untuk mendekat. Tanpa kusadari, tubuhku sudah berdiri di sisi Appa. Menerima sarung tangan plastik dan sepiring sosis dan beberapa jenis saus.

"Celupkan sosisnya ke sini, lalu panggang di atas sini." Appa mencontohkan padaku proses sederhana yang tiba-tiba terlihat asyik di mataku.

Segera kuambil satu tusuk sosis besar, kucelupkan ke saus tomat, kemudian meletakkannya di atas panggangan. "Seperti ini?" tanyaku.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang