#15 - Menginap Bersama

334 62 13
                                    

"Dulu, saat kakekmu belum sukses dan kita belum seperti sekarang, Appa juga tidur di tikar.”
[Peter Ling]

Sudah satu minggu sejak pulang dari rumah sakit, aku kembali beraktivitas seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu minggu sejak pulang dari rumah sakit, aku kembali beraktivitas seperti biasa. Bangun pagi langsung mandi, lalu bergabung sarapan. Namun, aku masih membatasi obrolan dengan Appa dan Jaehyun Hyung. Aku tidak akan berbicara kecuali diajak, dan apabila membutuhkan sesuatu, aku akan mengatakannya pada Paman dan Bibi Jang, atau siapa pun pelayan dan pengawal di rumah ini.

Setelah sarapan, aku langsung meninggalkan ruang makan tanpa berpamitan. Dua orang itu hanya bertatapan melihat tingkahku pergi begitu saja tanpa ada salam dan kecupan. Langkahku berlarian menuju pelataran depan. BMW hitam sudah menunggu.

“Selamat pagi, Tuan Muda,” sapa Im Jeha, pengawal pribadiku.

“Ke Rumah Starla,” kataku sembari masuk mobil dan Jeha Hyung menutup pintunya. Ia memutari mobil lalu duduk di kursi kemudi. “Tolong mampir ke toko roti dulu.”

“Baik.”

Sudah tiga hari ini aku begitu bersemangat pergi menjalani hukumanku sebagai relawan. Aku mulai bisa mendapatkan hati para penghuni Rumah Starla. Semua orang menerimaku dengan tangan terbuka kecuali Nana dan Seon Woo. Dua orang itu masih menjaga jarak, tetap dua hari kemarin perlahan mulai menunjukkan respons positif.

Saat mobil tiba, anak-anak langsung berkerumun. Ini akhir pekan, sehingga banyak anak hanya berdiam di rumah karena memang ada aturan tidak boleh bermain di luar. Wajah mereka terlihat sangat ceria ketika aku membuka pintu lalu keluar.

Aku pernah berpikir bahwa mereka hanya akan sebahagia itu apabila ada tamu yang membawakan buah tangan. Pemikiranku salah besar. Sebab, membawa oleh-oleh atau tidak, mereka tetap menyambut siapa pun yang datang seolah keluarga sendiri.

Kebahagiaan di wajah mereka membuat hatiku terasa hangat. Aku sering berandai-andai ada satu atau dua anak di rumah. Pasti aku tidak akan kesepian.

“Sehun?” Eunwoo Hyung menghampiri. “Kupikir kau akan ikut ke Incheon bersama ayah dan kakakmu.”

Aku menggeleng. Hari ini memang ada acara bakti sosial yang diadakan Star Group. Appa sudah memberitahuku semalam. Bertanya apakah aku akan bergabung atau tidak. Kujawab tidak, karena aku tidak suka tersorot media. Entah sejak kapan, aku lebih suka berada di tempat ini. “Di sini lebih menyenangkan,” kataku.

Eunwoo Hyung menepuk bahuku. “Nanti akan ada relawan baru yang bergabung,” katanya.

“Siapa?”

“Entah. Tapi yang kudengar, dia adalah putra pemilik Two Moons.”

Langkahku seketika berhenti. Aku mendelik. “Two Moons? Maksudmu adalah restoran Two Moons yang mendapat gelar Michelin?”

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang