Chapter 12

15.3K 1.6K 37
                                    

Maaf kalau lama update

Saya sedang sibuk menuntut ilmu

Meskipun ilmu tidak salah tapi tetap saya tuntut....

.

.

Maaf kalau ada typo dan kata tidak jelas

.

Author POV

Setelah berpamitan mereka pun segera menuju kereta kuda.

Selama perjalanan kembali ke kediaman Duke Aglais, Archel tidak melepaskan pelukannya pada Gavin.

Jadi Gavin pun hanya bisa pasrah dan memangkunya selama perjalanan.

Meski wajahnya datar tapi hatinya sedang bersorak dan mengejek yang lain karena dia yang dipilih Archel.

"Apa pukulan orang itu sangat sakit?" Tanya Arthur.

Archel hanya menjawab dengan mengangguk.

Dia juga tak mau memperlihatkan wajahnya.

Jadi selama ini wajahnya dia sembunyikan di leher Gavin.

"Archel, ayo perlihatkan wajahmu sebentar. Biar aku bisa melihat seberapa parah luka itu."

Archel pun mengangkat wajahnya.

Terlihatlah pipinya yang berwarna sedikit kebiruan karena terkena pukulan tadi.

Pipi nya juga sedikit mengeluarkan darah. Mungkin karena tergores cincin yang dipakai bangsawan tadi.

Arthur dan Gavin pun terkejut melihat luka itu.

Entah kenapa mereka menjadi khawatir.

Padahal sebelumnya Archel pernah pulang dengan luka tusukan di perut yang parah dan mereka tidak merasa khawatir sama sekali.

Tapi kali ini merrka bisa sangat khawatir hanya luka pukulan yang bisa dianggap luka paling kecil yang pernah didapat Duke Aglais.

Rasanya mereka ingin menghabisi bangsawan itu.

"Sakit...." Ucap Archel pelan.

"Kami tahu.... lebih baik kau tidur saja."

Archel pun menurut dan tidur di pangkuan Gavin.

Sesampainya di mansion...

Gavin dengan hati-hati menuruni kereta agar tidur Archel tidan terganggu.

"Biar aku yang menggendongnya masuk." Tawar Arthur.

"Aku saja." Ucap Rey.

"Tak usah, aku masih kuat menggendongnya." Tolak Gavin.

"Lagipula dia yang memilihku." Lanjut Gavin sambil tersenyum yang menunjukkan dia sedang pamer.

"Jika kau bukan salah satu dari kami maka sudah aku pastikan kau aku tendang."

Gavin tak memperdulikan omong kosong mereka yang penuh iri dengki dan langsung membawa Archel masuk.

"Daripada kalian meributkan hal tida berguna lebih baik salah satu dari kalin cepat panggil dokter sana." Perintah Gavin.

Akhinya Jace yang mengalah dan pergi menemui dokter.

Sementara yang lain mengikuti Gavin ke kamar Archel.

Sesanpainya di kamar Archel, Gavin pun membaringkan Archel dengan hati-hati.

Meskipun sudah diletakan perlahan namun Archel masih saja terbangun.

"Ohh, apa aku terlalu kasar meletakanmu?" Ucap Gavin.

I'm A Bottom (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang