Awal hari yang terbilang sangat normal menjurus ke mencurigakan, semenjak pertemuan Hening dengan Raga, ada sesuatu dalam dirinya yang berubah atau dari sekitarnya yang terasa lebih positif. Tidak tahu mana yang pasti, namun ia yakin sesuatu yang baik telah dan akan mengubah hari-harinya ke depan.
"Mama bikin makan malam?" gumam Hening, yang sedang membetulkan tempat tidur lalu mengendus aroma wangi masakan; tempe goreng, ayam goreng dan sambal yang paling dominan. Jika ibunya malam atau pagi membuat masakan, berarti suasana hatinya sedang bagus. Bagaimana tidak, Sayani senang anaknya sudah mendapatkan pria sesuai kriteria, saat masuk rumah kemarin ia langsung diwawancarai ibunya soal pria yang membelikannya banyak makanan, seperti hal itu lebih penting ketimbang lebam di kaki anaknya.
Sambil sedikit berjalan pincang, Hening keluar kamar menuju dapur dan duduk di kursi makan sembari mengambil tempe goreng yang masih hangat.
"Aden belum pulang, Ma?" tanya Hening sambil menggigit tempe, ia mengedarkan pandangan dan tidak mendapati Aden di sana yang suka membuat gaduh di malam atau pagi hari.
"Belum, tadi katanya ada yang harus dikerjakan sama kawannya, jadi pulang agak telat," jawab Sayani.
Hening manggut-manggut, lalu bersandar pada kursi sambil meregangkan tubuh setelah tempenya sudah habis ia santap. Sayani mendekat sambil membawa panci berukuran sedang yang isinya sayur asam.
"Kapan kamu mulai kerja sama Raga, Ning?" Sayani kembali sibuk untuk mencuci piring.
"Nggak tahu, Ma, belum ada kabar lagi. Katanya nanti dikabarin." Hening berdiri dari sana dan berinisiatif mengambil alih kegiatan mencuci piring.
Sayani tersenyum puas, sambil bersedekap dan menghadap berlawanan arah dari anaknya di samping. "Jadi asisten itu harus teliti, Mama nggak yakin kamu yang ceroboh bisa handle pekerjaan kayak gitu." Bukannya menyemangati, tapi Sayani malah memperingati anaknya.
Helaan napas berat terdengar, Hening mengangguk pelan. "Doain aja ya Ma semoga semua lan ...."
"Tapi bagus kamu sudah punya pacar yang mapan," sela Sayani yang terkikik sambil menepuk bokong anaknya, "harus kamu pertahankan, bikin Raga betah sama kamu, inget lho Ning!"
Ketika Sayani melenggang, Hening sempat menjeda kegiatannya, menatap ibunya dengan datar dan menggeleng kecil. "Emakku memang agak lain."
"Mama dengar lho!" teriak Sayani dari ruang tengah lalu menyalakan lagu dangdut, Bojo Galak dari Nella Kharisma melalui pengeras suara berukuran mini. Kencang-kencang lagu itu melantun, lalu Sayani masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Nasi hangat mengepul kala Hening membuka alat penanak nasi, aroma wangi pandan dari nasi yang sudah matang membuat perutnya mulai berisik minta diisi.
"Yo wes ben nduwe bojo sing galak, yo wes ben sing omongane sengak." Hening bersenandung sambil mengambil nasi, ayam goreng kemarin yang di hangatkan, juga sambal. Suasana hatinya sangat bagus, meski terus dihantui rasa was-was. Langkahnya riang sambil membawa piring menuju ruang tengah, tapi harus terhenti saat sosok tidak asing sudah berdiri tegap di ambang pintu yang terbuka, tatapan mereka pun bertemu saat Hening mulai menggigit ayam goreng.
Seneng nggawe aku susah
Nanging aku wegah pisah....
Pakaian Raga terlihat lebih santai, dengan atasan putih lengan panjang dan celana jeans longgar. Terlihat seperti umur 25-an, padahal sudah kepala tiga. Hening pun tersadar dan mengerjap.
"P-Pak Raga?" Hening buru-buru mematikan lagu dangdutnya sambil meletakkan piring. Raga masih bergeming memperhatikan gadis yang tampak panik itu.
"Ning! Kok dimatikan lagunya?" Dari dalam kamar mandi Sayani berteriak kesal, membuat Hening menoleh.
![](https://img.wattpad.com/cover/334204083-288-k58967.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitambuh
Romance[TAMAT] Hening Merona setuju pacaran pura-pura dengan Raga Tatkala Juang karena lelaki itu konon mampu menghilangkan kutukan yang menempel pada dirinya. Tidak hanya Hening yang punya kepentingan pribadi, Raga pun sama. Hubungan baru yang semula Heni...