"Papi seharian di rumah lho hari ini," ujar Danar sembari memeluk istrinya dari belakang, surai merah panjang milik Nila ia singkirkan perlahan ke samping agar memberi akses Danar untuk mengecup leher mulus bagian belakang wanita belahan jiwanya. Nila sedang berdiri mematut diri pada depan cermin besar pada dinding kamar yang memantulkan keelokan tubuhnya dengan baju tidur satin berwarna merah muda. Lebih tepatnya, memperhatikan bentuk tubuhnya yang ia rasa semakin melebar.
Bukannya senang mendapat perlakuan manis dari sang suami, Nila memukul pelan tangan Danar yang mulai bergerak nakal. Kebetulan memang Enzi sedang tidur di kamarnya sendiri ditemani baby sitter.
"Mami lagi nggak pengen, mood hilang. Pas tadi bangun tidur nimbang berat badan masa tambah 1 kilogram, harusnya kan berkurang, padahal malam juga nggak makan. Bikin kesal aja," keluh Nila sambil mengkerucutkan bibirnya.
Danar mengecup leher Nila beberapa kali, dia sangat menyayangi istrinya itu. "Ah, tidak kelihatan, Mami tetap terlihat cantik kok! Badan Mami juga masih ramping, tidak perlu—" Pria itu enggan melanjutkan kalimatnya karena mendapat pelototan dari Nila yang tampak di cermin.
"Sudah cukup mulut manismu, Pi." Nila melepaskan pelukan Danar dan beranjak ke sisi ranjang, duduk di sana sambil menyilangkan kaki jenjangnya. "Eh, soal hubungan Hening dan Raga, kita harus buat rencana lain lagi sampai mereka betul-betul berpisah, Pi."
Pria perawakan besar itu mengekor dan ikut duduk di samping Nila. "Bukannya kata Mami kemarin seharusnya sudah berhasil?"
Nila mengkerutkan alisnya sembari bergeser menghadap Danar dengan kening yang berkerut. Danar salah bicara lagi? Memang laki-laki selalu saja serba salah.
"Tapi bukannya kakek masih dengan pendiriannya? Hening dan Raga juga belum resmi putus, kamu gimana sih. Papi mau Raga mendapatkan uang 9 Tririlun itu? Nanti dia jadi lebih kaya dari kita!" Nila mendengus kasar, melipat kedua lengan ke depan dada dengan wajah iri.
"Nggak mau lah, Mi!" tanggap Danar dengan lantang, ikut kegerahan jika membayangkan sepupu yang dibencinya itu harus bahagia mendapatkan uang banyak.
"Makanya, besok kita ke rumah Raga. Mami ada rencana." Persis seperti sebelumnya, Nila si pelopor ide yang sedang kebakaran jenggot masih memiliki segudang rencana untuk kembali comeback membuat ulah.
Slogan keduanya saat ini adalah pantang mundur sebelum hubungan Hening dan Raga hancur.
***
Berdiri di ambang pintu, Raga dan Aden saling tatap dalam diam. Satunya memberi ekspresi penuh selidik, sedangkan yang lebih jangkung masih dengan wajah tenangnya sambil menenteng tas plastik yang dapat ditebak dari harumnya kalau itu adalah wedang ronde dan sate kambing. Aden seakan menghadang tubuh Raga agar pria itu tidak bisa seenaknya masuk dan dengan mudah memberikan kejelasan ke Hening.
Aden perlahan mengecek ke belakang, sudah tidak ada wujud Hening yang tadi sempat keluar kamar sebentar dengan tidak sengaja, tetapi saat mendapati Raga yang hendak masuk tentu saja gadis itu menolak dan kembali mengurung diri di kamar. "Udah aman Bang, gue mulai," bisik Aden kepada Raga yang setelahnya berdeham keras. "Apa Bang? Lo rela minum kacang ijo ini?" tanya Aden dengan nada yang sengaja meninggi agar mendapat perhatian Hening.
Sebelumnya memang Aden sudah memberi kabar ke Raga lewat pesan singkat soal sikap Hening, sekalian untuk mengkonfirmasi kebenarannya. Fakta yang diterima betul seperti dugaan, kakaknya itu terlalu berlebihan, overthingking, hanya salah paham terhadap Raga.
Raga menaikkan sebelah alis, lalu melotot, ekspresinya penuh tanya saat Aden meraih gelas yang berisi kacang hijau di atas meja. Aden mengedip-ngedipkan mata memberi isyarat agar pria didapannya menurut dan mengikuti omongannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mitambuh
Roman d'amour[TAMAT] Hening Merona setuju pacaran pura-pura dengan Raga Tatkala Juang karena lelaki itu konon mampu menghilangkan kutukan yang menempel pada dirinya. Tidak hanya Hening yang punya kepentingan pribadi, Raga pun sama. Hubungan baru yang semula Heni...