"Ning, kamu jangan lupa bikin kartu anggota perpustakaannya ya, saya tunggu sampai jam 9 malam."
Perintah Raga beberapa hari yang lalu cukup membuatnya penasaran, dia tidak diberitahu untuk apa. Tidak mungkin pria itu ingin mengetes Hening dengan tanya jawab dari setumpuk buku hukum yang tebal-tebal itu kan? Gadis itu hanya mengingat UUD 1945 yang selalu dibawakan pada upacara bendera, itu pun terakhir mendengar saat masih SMA.
"Ning, kamu pagi-pagi sudah melamun." Suara berat Raga menyadarkan Hening dari lamunan. Setakut itu dia kalau ada tes mendadak dari Raga. Pria itu sudah rapi dengan atasan putih polos berlengan panjang yang terlihat oversized dan celana jeans yang memberi kesan kekinian.
Ruang tamu Raga tumben sekali sudah ramai dengan keberadaan dua insan itu, padahal masih jam 7 pagi, yang biasanya kantor mulai lebih siang. Semua itu karena titah Raga yang menyuruh Hening untuk datang lebih awal karena akan mengajak Hening ke suatu tempat. Gadis itu pun sudah rapi dengan baju kerjanya. Tapi ada yang aneh di sini, postur tubuh Hening terlihat kaku duduk di sofa, hanya bergeming menatap Raga berdiri di ambang pintu sambil mengetik pada gawai.
"Pak, kita mau ke mana sih?" tanya Hening curiga.
Raga menoleh ke arah suara sembari memasukkan gawai ke dalam saku celana. "Ayo berangkat, keburu si Nila datang." Pria itu tidak menjawab pertanyaan Hening dan berlalu ke luar begitu saja, dia menitipkan rumah pada pekerja di sana dan memanggil supir untuk mengantar mereka.
Eh iya, ogah banget ketemu nenek lampir! Lebih baik ikut Pak Raga.
"Tunggu, Pak!" Sambil bergidik memikirkan kedatangan Nila, Hening buru-buru mengekor pada Raga sambil menyapa pekerja di sana lalu masuk ke dalam mobil.
***
Mereka sampai di perpustakaan Ibu Kota setelah mengisi perut dengan makanan dan harus menunggu lagi sekitar 1 jam, karena gedung itu baru membuka operasionalnya untuk umum tepat di jam 9.
Keresahan Hening semakin kentara kala mereka duduk berhadapan di dekat jendela besar yang menjulang tinggi. Raga sudah mereservasi untuk keduanya agar bisa masuk dan sampai di dalam. Bangunan itu berdiri kokoh dari luar, saat masuk, akan disambut dengan sederet buku-buku yang disusun rapi pada rak hingga buat Hening meremang, sesaat terkesima, karena ruangan seluas itu hanya dipenuhi dengan buku dan tempat duduk atau pun meja di beberapa titik.
Sudah banyak orang yang serius membaca buku, ada pula yang sedang melihat-lihat dan memilih buku bacaan. Tempatnya sangat bersih, ada satu tangga lebar yang landai menyambung ke atas dengan penerangan jingga pada tiap sisi yang memberi kesan hangat karena sinar dari luar lebih mendominasi isi gedung.
"Kamu kenapa sih? Dari tadi cuma diam. Saat sarapan tadi juga nggak banyak bicara, mulutmu sariawan?" cecar Raga sambil bersandar pada kursi seraya melipat kedua lengan ke depan, menatap Hening yang duduk sambil sesekali merengut enggan mengucapkan sepatah kata.
"Eh, nggak Pak. Lagi ngapalin undang-undang, jadi mau serius dulu," celetuk Hening.
Mendapati jawaban itu, Raga terkekeh pelan. Sudah seperti dosen dan mahasiswi yang akan diuji saja. Pria itu memajukan tubuhnya, kedua lengan menumpu pada meja. "Saya ngajak kamu ke sini untuk membahas soal Nila, sekalian kabur dari dia. Pusing lihat kalian berdua selalu adu mulut." Di tambah, perpustakaan adalah tempat yang bagus untuk menenangkan diri, karena di sana sangat tenang.
Ekspresi Hening seketika berubah ceria, dia dengan semangat '45 memajukan kursinya dan menatap manik hazel milik Raga. "Bilang dong Pak. Saya sudah mikir yang lain. Jadi, gimana solusinya? Bapak ada saran?"
"Ada," dia menjeda, "kita bisa sering kabur seperti ini, bilang saja kalau ada janjian dengan klien," jelas Raga.
"Asik, berarti saya bakal sering diajak Bapak jalan-jalan begini dong? Saya ingin request tempat—" ucapan Hening harus terpotong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mitambuh
Romance[TAMAT] Hening Merona setuju pacaran pura-pura dengan Raga Tatkala Juang karena lelaki itu konon mampu menghilangkan kutukan yang menempel pada dirinya. Tidak hanya Hening yang punya kepentingan pribadi, Raga pun sama. Hubungan baru yang semula Heni...