Sesampainya di rumah, Flo pikir hanya dirinya yang ditelfon. Tapi, ternyata Alfina sang Kakak juga sudah sampai di rumah dan tengah menenangkan Mama-nya yang berkali-kali menyeka air mata. Melihat seragam retail yang wanita itu kenakan, dia pasti izin pulang lebih cepat."Dek, ambil tas kamu, tuh, di kamar. Tadi udah Mbak masukin beberapa baju ke tas kamu. Mbak juga udah pesan tiket bus. Kamu temenin Mama sama Bapak nengokin Mbah."
Sebagai anak perempuan pertama, Alfina memang terbiasa untuk mengurus berbagai keperluan keluarga sehingga Flo ataupuna kedua orang tuanya bisa terima beres. Memerintah tanpa menunggu persetujuan juga menjadi salah satu kebiasaan wanita itu.
Flo bahkan belum melepaskan tas Arfin dan Irfan yang nangkring di atas pundak kanan-kirinya tapi titah Alfina memperingatinya agar bergegas. Meski belum bisa sepenuhnya mencerna keadaan, Flo manut-manut saja.
Arfin dan Irfan pun menempel ke Bunda mereka sementara Flo langsung masuk ke kamar. Benar saja, tas ransel yang biasa ia pakai untuk berpergian jauh tampak menggelembung, teronggok di atas kasur.
Flo tak terpikir untuk ganti baju lagi karena setidaknya ia sudah pakai kaus lengan panjang dengan celana jeans saat menjemput kedua keponakannya tadi. Ia hanya menyambar jaket-nya, tas berisi laptop, serta charger ponsel.
Dalam sekilat pandangan, Flo memeriksa apakah ada barang lain yang bisa ia bawa. Tapi, waktu yang terus berjalan dan pekikan dari Alfina yang memintanya untuk cepat-cepat, membuat Flo segera keluar lantas mengunci kamarnya.
Mama dan Bapak-nya sama-sama sudah ganti baju. Di tangan Bapak Flo, ada 2 tas tenteng yang sama-sama menggelembung. Flo pun mengambil alih salah satu tas agar Bapak-nya tidak kesusahan.
"Mbah gak apa-apa, Mah. Gak usah pikir yang aneh-aneh. Tenangin diri selama di perjalanan. Jangan lupa makan biar magh-nya gak kambuh," pesan Alfina ketika mengantar mereka menuju taksi online yang sudah sampai di depan rumah.
Wanita itu lantas beralih pada Flo, "Ingatin Mama untuk makan, Dek. Nanti, kalau udah sampai sana telfon Mbak, ya."
"Kamu bisa jaga anak kamu? Nanti yang jemput mereka siapa? Flo gak usah ikut gak apa-apa, kok, Fin," tanya Bapak Flo, menatap khawatir pada Arfin dan Irfan yang asik bermain mobil-mobilan. Mereka pasti tak tahu apa-apa tentang kondisi genting Mbah Buyut mereka.
Flo sebenarnya ingin mendukung saran Bapaknya tentang ia yang lebih baik tinggal di Jakarta agar bisa membantu Alfina. Tapi, setelah dipikir-pikir, situasi ini menjadi kesempatan yang pas untuk Flo lepas dari rutinitas memuakkannya walau hanya sebentar.
Beruntung, Alfina menggeleng. Wanita itu menolak saran Bapaknya. Dalam hati, Flo bersorak.
"Gak apa-apa, Pak. Fina bisa request masuk split biar bisa jemput mereka. Nanti anak-anak Fina titip ke rumahnya Bude Narti aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angry Om is My Housemate [ C O M P L E T E ]
RomanceGagal lulus tepat waktu karena harus mengulang sidang skripsi adalah cobaan yang tidak pernah sekalipun ingin dicoba oleh Floretta. Kepalang stress karena harus tambah semester sementara Bapak-nya pensiun di saat bersamaan, membuat Flo sangat terpur...