:: Bab X ::

1.3K 120 27
                                    

Flo berharap sekali, kalau pesan terakhir yang dikirimkan oleh tutor statistika itu hanya prank. Atau jika benar namanya 'Bima', maka dia bukan Bima yang Flo kenal.

"Hai, Flo."

Mematung di depan layar laptop yang sepenuhnya menampilkan wajah pria itu, Flo terlalu takut untuk sekedar menyalakan microphone apalagi kamera. Dadanya terasa sakit akibat gemuruh hebat begitu tahu bahwa tutor statistika yang Ranggi kenalkan ternyata memang Bima, crush jaman SMP-nya.

"Halo, Flo? Suara gue kedengaran, gak? Test, test."

Ditampilkan oleh layar laptop, Bima berusaha memperbaiki microphone dari headset yang dia kenakan. Berpikir bahwa suaranya mungkin tak terdengar oleh Flo padahal gadis itu bisa dengan jelas mendengarnya melalui earphone.

"Flo?"

"Kedengaran... kok."

Meski harus menahan gugup, Flo akhirnya buka suara. Nampak Bima yang langsung tersenyum dan menghela napas lega.

"Gue kirain microphone atau laptop gue yang bermasalah," ujar Bima, diiringi tawa kecil. "So... kenapa lo gak nyalain kamera?"

"K-kamera laptop gue rusak," dusta Flo. Kamera-nya tidaklah kenapa-kenapa. Hanya Flo yang terlalu takut menampakkan dirinya untuk dilihat oleh Bima.

Kendati hanya menggunakan kaus putih polos dan dengan tatanan rambut yang tak begitu rapi, Bima tetap saja tampan. Sementara Flo terlihat buluk meski sudah mandi dengan sangat bersih.

Ini adalah sesi belajar statistika. Bukan waktu yang tepat untuk mengagumi sosok Bima. Namun, Flo sendiri tak mampu menguasai diri dan hati-nya begitu bisa melihat Bima kembali.

Senyumnya, caranya berbicara, bahkan suara tawanya tidak berubah. Hanya perawakannya yang semakin gagah dengan tinggi badan yang menjulang. Flo jadi teringat akan pertemuan pertama mereka tempo hari, dimana ia harus mendongak untuk bisa menatap pria itu.

Bima manggut-manggut, namun kelihatan tengah menahan kekecewaan.

"Oh, sayang banget. Padahal... bakal lebih seru kalau kita bisa lihat muka satu sama lain."

"Lagipula, kita cuma mau belajar statistik, Bim. Gak nampakin muka, harusnya gak masalah, kan?" ringis Flo, terdengar logis. Berbeda dengan jawaban Bima yang terdengar seperti sedang melantur, "Iya, sih. Cuma... gue pengen lihat muka lo aja, Flo. Udah lama, kan, kita gak ketemu."

Menelan liur dengan susah payah, Flo tertegun. Gemuruh di dadanya meningkat, sampai Flo kesulitan untuk bernapas dengan benar. Ia meremas bantal sofa seraya mengatur pernapasannya agar lebih tenang.

"B-bim, mending kita mulai sekarang aja. Takut keburu malam."

"Oh, oke, oke. Kalau gitu, lo coba share screen hasil perhitungan data lo sebelumnya sama jumlah data yang lo punya."

Flo menuruti perintah Bima. Sembari berpikir bahwa sesi tutor beberapa jam ke depan ini jelas tak akan bisa dilaluinya dengan hati yang tentram.

...

From: +62 821-5757-xxxx

Mas Ranggi, ini Mawar. Aku udah selesai ngajar. Aku tunggu di depan, ya 😊

Pertemuan dengan Mawar tadi pagi membawa Ranggi untuk menjemput gadis itu agar mereka bisa pulang sama-sama. Memiliki nasib serupa dimana harus masuk di hari Sabtu dan lembur, membuat Ranggi berpikir tak ada salahnya jika ia menjemput Mawar sekalian. Lagipula, kantor dan rumah mereka sama-sama searah.

Angry Om is My Housemate [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang