:: Bab XXXI ::

738 68 4
                                    

Flo baru saja menutup laptop, usai melepas euphoria karena peringkatnya dalam seleksi penerimaan di SMA yang ia incar bertahan di urutan atas sampai hari terakhir pendaftaran.

Di saat bersamaan, Blackberry-nya berdenting. Bunyi notifikasinya yang khas memancing Flo untuk segera menyambar benda persegi dengan sudut tumpul itu. Maklum, ia jarang mendapat pesan dari orang lain sehingga satu notifikasi saja cukup membuatnya antusias.

Begitu matanya membaca satu persatu kalimat yang tertata dalam gelembung pesan, dada Flo seakan ditekan kuat-kuat. Teramat terkejut, ia sampai tercenung selama beberapa saat. Senyumnya memudar.

Keesokan harinya, mengikuti isi pesan siaran yang ia dapatkan, Flo beserta teman-temannya datang ke kediaman Zee yang sudah terpasang bendera kuning.

Benar. Pesan yang Flo dapatkan di hari sebelumnya berisi berita duka bahwa Zee, si gadis populer yang diisukan menjadi kekasih Bima, meninggal karena kecelakaan.

Namun, berhubung Flo tidak begitu dekat dengan gadis itu, ia melayat sebagai bentuk formalitas untuk mewakili kelasnya.

Ia tidak banyak mengorek informasi mengenai kronologi kecelakaan gadis itu sebab menurutnya ia tidak punya hak. Pada dasarnya pun Flo memang tidak ingin tahu. Mengingat ia masih terjebak kecemburuan yang membabi buta terhadap Zee, si gadis cantik yang sudah berhasil memenangkan hati crush-nya.

Dan di hari ini, 7 tahun setelah meninggalnya Zee, Flo akhirnya mengetahui fakta dibalik kecelakaan gadis itu. Yang nyatanya turut menyeret pria yang saat ini memiliki tahta paling tinggi di hatinya.

Bahkan parahnya, tidak hanya Zee yang menjadi korban sampai harus kehilangan nyawa. Bima ternyata juga ada saat kecelakaan itu terjadi. Menyebabkan mimpinya sebagai atlet Taekwondo mendunia mesti dikubur dalam-dalam, akibat cedera serius dan permanen di bagian lututnya.

Awalnya, Flo meragu pada kalimat Bima yang menyebut Ranggi sebagai pembunuh. Namun, saat ia membaca artikel berita yang Bima tunjukkan dan melihat wajah seorang pria bermasker dengan mata teler itu terpampang di headline, Flo hanya bisa termenung. Dengan mudah ia bisa menebak, bahwa Ranggi merupakan pria di dalam foto tersebut.

"Setelah baca ini, lo yakin masih mau lanjut sama Mas Ranggi?"

Bima mempertanyakannya, terkesan sangsi. Sementara Flo masih terjerat kebisuan, tidak tahu reaksi seperti apa yang paling tepat untuk ia tunjukkan. Karena jujur saja, informasi ini terlalu mengejutkan untuknya.

"Setelah kecelakaan itu, dia lepas tangan, Flo. Gak ada pertanggung jawaban sama sekali atau sekedar permintaan maaf. Laporan gue bahkan gak diurus karena keluarga dia nyogok polisi supaya dia bisa bebas. Dan sekarang, dia hidup tentram, seakan-akan gak punya dosa padahal dia udah bikin Zee meninggal dan mimpi gue hancur."

Penekanan dalam setiap kata yang keluar dari bibir Bima menunjukkan rasa sakit hati yang sudah lama terpendam. Gemetar bola matanya, terlihat kesulitan menahan amarah.

Jarinya menggeser layar. Tampilan pun berubah. Bukan lagi artikel berita, layar ponsel Bima kini menunjukkan beberapa foto mengerikan yang mungkin akan mengganggu untuk sebagian orang.

Itu adalah foto tepat setelah ia dan Zee ditabrak oleh mobil yang dikendarai oleh Ranggi. Zee terhimpit antara mobil dan pohon hingga mengalami pendarahan hebat. Sedangkan Bima tak bisa bergerak sebab kakinya terlindas ban mobil. Dan orang yang mengemudikan mobil tersebut tetap terlindungi oleh air bag meski ada darah mengalir dari pelipis.

"Dengan masa lalu dia yang kayak gitu, lo masih mau nerima dia?"

Sekali lagi, pertanyaan serupa diajukan. Namun, tanpa menjawab apapun, Flo hanya mengerjap sebelum akhirnya beranjak dari sana. Meninggalkan Bima tanpa kejelasan begitu saja.

Angry Om is My Housemate [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang