"Ehem... Omong-omong bukan hanya kalian yang berada di ruangan ini," sindiran Daddy mengintrupsi mereka berdua.
"Kau selalu saja mengganggu," ucap Ibu dengan ketus pada suaminya.
"Hey aku juga merindukan putri ku, kalian berdua asik berpelukan, seolah-olah hanya kalian berdua yang berada di ruangan ini."
Madam hanya tersenyum mendengar perkataan Daddy, dia mendekat dan memeluk laki-laki paruh baya yang sudah ia anggap seperti ayah kandungnya itu
"Aku juga merindukan Daddy."
"Aku kira kau tidak akan datang kesini, ada yang ingin aku perkenalkan. Cristian sini," mendengar perintah Daddy, laki-laki yang duduk membelakanginya itu mulai berjalan mendekat.
"Adel kenalkan, ini karyawan kepercayaan ku, dia yang memegang perusahaan cabang di London, dia sekarang yang akan memegang perusahaan ini."
Madam mendongakkan wajahnya seketika ia bersitatap dengan sepasang mata tajam didepannya, dia laki-laki yang berada di apartemen LinYi, membuat ia mengingat pertemuan tak terduganya waktu itu, seketika pipi madam bersemu merah.
"Dan Cristian kenalkan, ini putri ku yang aku ceritakan tadi."
"Cristian Yu, anda nyonya Adel bukan?" Cristian mengulurkan tangannya, berjabat tangan dengan Madam.
"Aaa.... Ya benar ... Aku Na adel." Balas Madam sedikit gugup.
"Oh kalian sudah saling mengenal?" Tanya Ibu penasaran.
"Iya Nyonya Besar, saya pernah bertemu dengan Nyonya adel beberapa minggu yang yang lalu." Jelas Cristian.
"Bagus jika kalian sudah saling kenal," tambah Daddy dengan senyumannya.
Mereka berempat pun mulai mengobrol, meskipun Cristian diam tanpa banyak bicara, ia hanya menjawab ketika Ibu atau Daddy bertanya.
Tidak terasa hari semakin sore dan hujan besar pun mulai mengguyur kota Seoul, membuat udara mulai terasa dingin
Drt.. drt...
Terdengar suara dering telepon dari ponsel Madam, ia mengangkat telepon itu yang ternyata dari anak bungsunya.
"Iya halo."
'Mama lagi dimana?'
"Mama lagi di perusahaan Ibu, ada apa tumben bayi Mama ini nelpon?"
'Loh lagi di perusahaan Ibu ya. Mama pulang ya aku gak ada temen, ka Mark lagi pergi sama ka Haera, tapi sekarang belum pulang juga, Unha dikamar sendirian gak ada temen ngobrol.'
"Loh biasanya ada Ayang kan."
'Kata Momy dia juga lagi pergi gak tau kemana, Mama pulang ya.'
"Oh yaudah mama pulang sekarang, tunggu ya."
Setelah mendengar jawaban Eunha, Madam mematikan telepon itu dan kembali menyimpan ponselnya di dalam tas.
"Ibu, Daddy sepertinya aku harus segera pulang, bayi manis ku merengek menyuruhku untuk segera pulang."
"Bayi manis itu pasti sudah besar.., yasudah, tapi nanti sering-sering kerumah, bawa Mark dan Eunha juga, aku mau bertemu dengan kedua cucu ku itu," ucap Ibu.
"Hati-hati di jalan, hujan deras, jalanan pasti licin, kau membawa mobil sendiri bukan?" Tanya Daddy.
"Iya Daddy."
Madam memeluk Ibu dan Daddy sebagai tanda perpisahan.
"Daddy, Ibu, Cristian aku pulang ya, permisi," setelah berpamitan Madam pun keluar dari ruangan, memasuki lift menuju lantai 1, sedangkan di dalam ruangan.
"Presedir, Nyonya Besar saya juga pamit, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini."
"Ya, Cristian aku percaya perusahaan ini akan semakin baik, karena sekarang kau yang memegangnya," ucap Daddy.
"Aku juga percaya kau akan bisa mengelola perusahaan ini seperti mendiang putra ku," tambah Ibu dengan senyum yang lembut.
"Baik Presedir, Nyonya Besar saya permisi," ucap Cristian membungkukkan badannya setelah itu keluar dari ruangan, ia berlari mengejar Madam, sampai di loby perusahaan terlihat Madam yang berdiri terdiam sambil memperhatikan hujan.
"Ih ini gimana kemobilnya, mana dingin lagi," gerutu Madam tapi terdengar oleh Cristian, membuat laki-laki tampan itu merasa gemas melihat tingkah Madam, tetapi tidak terlihat karena tertutupi wajah datarnya.
"Butuh bantuan?" Tanya Cristian membuat Madam terlonjak kaget, sejak kapan laki-laki itu berada di belakangnya sambil membawa sebuah payung.
"Ee... Itu-" belum sempat perkataan Madam selesai, Cristian lebih dulu memberikan payung dan memakaikan jas yang ia pakai pada tubuh Madam, membuat wajah Madam lagi-lagi bersemu merah.
"Baju mu terlalu terbuka, udara dingin," ucap cristian, membuat madam merasa sedikit jengkel, bajunya tidak terlalu terbuka tapi memang dress yang ia pakai berada di atas lutut sih, tapi ia sudah biasa memakai pakaian seperti ini.
"Terima kasih untuk payungnya... Tapi jas ini?"
"Pakai, jangan sampai kau sakit dan aku tidak menerima penolakan," ucap Cristian dengan intonasi suara datarnya itu membuat Madam enggan untuk kembali bertanya.
"Emm... Kalo gitu terima kasih banyak Ian," ucap Madam dengan senyum manisnya, Cristian langsung pergi tanpa sepatah kata pun meninggalkan Madam sendirian.
"Ih malah pergi gitu aja," ketus Madam sambil memeluk jas yang Cristian pakaikan, benar kata dia udara semakin dingin saja, Madam sadar memang ia salah memilih pakaian.
"Wajahnya selalu datar, tapi parfumnya wangi," ucap Madam sambil tersenyum simpul ketika wangi jas itu menyeruak masuk ke indera penciumannya. Ia membuka payung dan langsung keluar menuju tempat parkir.
Sedangkan disisi lain, kini Cristian sudah berada di ruangannya. Tengah melamunkan sikapnya sendiri tadi kepada Madam, pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan diotaknya
'kenapa aku sangat perhatian padanya?'
'kenapa aku banyak bicara?'
'aku baru pertama kali dipanggil Ian, kenapa saat dia mengucapkannya terdengar lucu?'Sikapnya tadi bukan dirinya sekali, apalagi ia sangat menjaga jarak dan selalu acuh pada wanita, kecuali wanita itu ibunya ia akan sangat perhatian.
"Ini bukan dirimu sekali Cristian Yu, huh sebaiknya aku membereskan laporan-laporan ini," gumamnya sambil menatap tumpukan berkas laporan di atas meja, mulai berkutat dengan laptop dan berkas laporan di depannya.
Mark dan juga Haera tengah menatap sungai Han, di sana mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Belum ada yang mengeluarkan suara sedari sepuluh menit yang lalu, karena Mark merasa sangat canggung dia pun memilih untuk mengajak Haera mengobrol terlebih dahulu.
"Ra.. Lo udah bilang sama Guanlin kalo lo mau di jodohin?" Tanya Mark kepada Haera, yang membuat sang mpu mengapa Mark dengan lekat.
"Udahh.." ucap Haera, Mark menganggukkan kepalanya.
"Hmm Mark.. Menurut kamu.. Kita beneran bakalan cocok kalo jadi sepasang suami-istri?" Tanya Haera dengan muka polosnya yang membuat Mark gemas melihatnya.
Mark tersenyum, tapi ia mencoba untuk tidak terlalu memperhatikannya.
"Iyaa.. Cocok aja sih, kita jalanin dulu aja."
"Kalo gue belum ada rasa sama lo gimana? Gimana kalo emang gue ngga bakalan bisa cinta sama lo?"
Mark terdiam.
"Gue bakalan bikin lo jatuh cinta sama gue percaya sama gue," Ucap Mark sembari menggenggam lengan Haera.
✧༺♥༻✧
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
THE COMPLICATED LOVE
DiversosApakah kalian tahu bagaimana prihal mencintai dan bertahan meski disakiti? Tetapi harus tetap tersenyum bahagia meski menyimpan luka yang begitu parah? Dan apakah kalian juga merasakan, bagaimana perihal bertahan yang seharusnya lebih baik meningga...