Sore itu, bukanlah sore biasa.Saat itu yang dinantikan tiba pada saatnya. Gadis kecil dengan kuncir dua di rambutnya baru saja menginjakkan kaki di halaman rumah kedua orang tuanya.
Dia asing dengan semua pemandangan yang terlihat oleh matanya. Apalagi dengan seorang bocah laki-laki yang mirip dengannya itu. Sedari tadi menatapnya dengan senang.
Gadis itu merapatkan diri pada sang Ibu. Karena hanya Ibu dan Ayahnya lah yang ia percayai disini. Tidak dengan bocah laki-laki itu. Meskipun bocah itu adalah kembarannya sendiri.
"Itu Sean. Abangnya Sea. Katanya pengin ketemu Abang."
Sea menggeleng kecil. Ia memeluk kaki Ibunya. Ia malu bertemu dengan orang asing. Karena Sean, masih terasa asing baginya. Tapi Sea tak meragukan kalau Sean adalah kembarannya. Muka mereka sangat sama.
Ibunya melepaskan tangan Sea yang memeluk kakinya. Berjongkok mensejajarkan tingginya dengan sang putri. Ia usap kepala gadis kecil itu yang nampak malu.
"Kenapa? Sea malu sama Sean?" Gadis itu mengangguk dengan polosnya. Bukannya Sean tersinggung, dia malah tersenyum takjub karena senang kembaran yang sering Ibunya ceritakan kini ada di hadapannya. "Gakpapa. Sean gak jahat, kok. Sean gak bakalan jahatin Sea. Kan, Abangnya."
Ah, iya. Bukannya dia yang selama ini selalu meminta bertemu dengan Sean? Lantas mengapa dia malah malu dengan bocah itu.
"Sea main?" Sean memberanikan diri mengajak adiknya itu bermain. Tapi Sea justru malah menatap Ibunya. Seolah meminta persetujuan.
"Mau main sama Sean?" Meski masih malu dengan keberadaan Sean, tapi akhirnya gadis itu mengangguk.
Dia ingin dekat dengan Sean yang Ibunya selalu ceritakan sebagai Abangnya. Kembarannya. Orang yang ingin ia dekati dan dijadikan satu-satunya teman dalam hidupnya.
Setelah melihat Sea yang mengiyakan ajakannya. Tentulah senyum senang Sean tak bisa dibendung. Bahkan sejak adiknya turun dari mobil pun dia sudah tersenyum antusias menyambut. Oh, bahkan sedari dulu. Sedari Ibunya menceritakan keberadaan adik kembarnya itu, Sean sudah merasakan bahagia juga antusias yang besar ingin bertemu.
Awal lahir mereka memang bersama. Tapi karena ada satu hal yang menganggu kesehatan Sean, neneknya malah mengambil alih Sea. Dan merawat gadis kecil itu. Dengan dalih agar kedua orang tua Sean bisa fokus mengurusi anak laki-lakinya.
Mereka harus terpisahkan saat mereka berumur 7 bulan. Dan sekarang baru dipertemukan kembali saat mereka berumur 5 tahun. Yah, selama itu dia berpisah dengan kembarannya itu.
Sean segera meraih tangan Sea. Menarik lembut gadis itu menuju ruang keluarga dimana mainannya berserakan disana. Tadi dia sedang bermain tapi sempat tertunda karena orang tuanya datang setelah menjemput Sea.
"Ini buat Sea. Aku simpankan waktu dapat hadiah dari temanku."
Apa itu? Ah, jepit rambut.
"Aku pakaikan, ya?" Gadis itu mengangguk pelan dan malu-malu.
Sea hanya diam saat Sean memberikan jepit rambut. Bocah laki-laki itu juga tak lupa memasangkan pada rambutnya.
"Waaah. Sea cantik," pujinya pada sang adik.
Sesaat Sea menyentuh jepit yang di rambutnya. "Makasih."
Sean bahagia. Hanya dengan mendengar suara gadis itu pun Sean bahagia. Selanjutnya dia mengajak Sea untuk melihat-lihat mainannya. Dan membiarkan gadis kecil itu memilih sendiri ingin memainkan yang mana.
Jujur saja, ini adalah momen yang ia dambakan selama ini. Akhirnya dia tak lagi merasa kesepian dirumahnya. Sekarang ada seseorang yang bisa ia ajak main kapan saja. Tak harus memedulikan lagi omelan Ibunya yang selalu menyuruhnya pulang dikala asik bermain dengan si tetangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
RomanceEnggak. Ini mustahil. "Apa? Mas bilang apa tadi?" "Menikah dengan saya. Jadi istri saya. Ya?" Seandra bahkan tak pernah mengira kalau tetangga dekatnya itu menaruh perhatian padanya. Dan sekarang apa? Dia bahkan diminta untuk jadi istrinya? Heck! Y...