10 | Keputusan akhir

6.5K 394 7
                                    


Saking panik, Sea tidak menyadari kalau ibunya masih berada di Yogyakarta. Sedikit lega namun dia lebih tertekan karena Mama Hana berbicara langsung pada ayahnya.

Demi apapun Sea ingin mengubur dirinya hidup-hidup.

Ayahnya yang selalu berkepala dingin saat menyelesaikan masalah, meski terkadang masih terpancing emosi. Tapi jika putusan final dari ayahnya sudah keluar, mau tidak mau Sea harus menurutinya. Karena hal itu sama sekali tidak bisa dibantah.

"Pusing deh, Dit, ampun. Icha kapan pulang?" tanya Mama Hana.

"Jalan sebelum dzuhur nanti, Kak. Tapi belum tahu pastinya jam berapa?"

"Papi," rengek gadis itu yang berada dekat ayahnya.

Ayahnya menengok, menatapnya lembut. Duh, memangnya ada ya, orang tua yang masih lemah lembut meski anaknya sudah berbuat salah—tidak sepenuhnya Sea benar juga tapi dia salah karena pergi tanpa izin—jawabannya ada. Contohnya ayahnya dan orang tua di luaran sana yang sabarnya tiada batas.

"Maaf. Aku salah. Pergi gak bilang."

"Di maafkan. Walaupun papi gak percaya kalau kamu gak bakalan ngulangin kesalahan yang sama."

"Iya makasih. Maaf. Tapi kejadiannya bukan begitu."

"Kita bahas nanti, sekalian kalau kumpul semua," kata Ayahnya.

Sea mengangguk pasrah. Dia melirik pada Mama Hana yang sedang menatapnya lembut. Mama sama sekali tidak memarahi Sea namun tadi Sea sempat mendengar Mama mengumpat untuk anaknya. Kasihan sekali jadi Ervan. Padahal mereka tidak melakukan apapun.

"Kita tunggu Icha. Aku harap sih, semoga Icha setuju untuk menikahkan Ervan sama Sea."

APA?!

Sea melebarkan mata. Tunggu dulu. Sejak kapan Mama bikin perjanjian itu dengan ayahnya? Sea tidak mengetahuinya sama sekali.

"Menikah?" ujar gadis itu.

"Iya. Mengantisipasi suatu hal yang tidak diduga itu terjadi."

"Tapi tadi Mama gak bilang apapun selama kita di sini."

"Sebelum kamu datang, Mama udah bilang kok."

Ini bagaimana?

Sea beralih pada ayahnya. "Papi gak setuju, kan?"

"Demi kebaikan kamu." Ayahnya mengusap lembut punggungnya.

Dari sini Sea merasa kosong. Termangu merenung memikirkan rencana para orang tua.

Sea cinta Ervan, tentu saja. Tapi kalau untuk menikah dengan laki-laki itu Sea ragu. Masalahnya Ervan tidak mencintainya dan masih belum bisa lepas dari masa lalu. Sea tidak mau kalau suaminya masih mencintai mantannya. Dia tidak mau dirinya menjadi menyedihkan karena mencintai satu pihak.

"Tapi Sea sama Mas Ervan gak ngapa-ngapain kok, serius."

"Kita gak tahu apa yang sebenarnya terjadi." Itu kata mama Hana sebelum beranjak dari sofa. "Nanti malam aku sama Mas Abra datang ke sini, kita putuskan semuanya nanti malam setelah Icha datang."

Setelah itu mama melenggang keluar rumah Sea. Gadis itu melemas di tempatnya. Bagaimana kalau ibunya setuju untuk menikahkan dirinya dengan Ervan. Bahkan sedari tadi mana ada laki-laki itu menyusul ke sini untuk menjelaskan semuanya.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang