20 | Sempurna

6.6K 321 10
                                    

Tangannya mendorong pintu butik dan seketika wajahnya merekah melihat mobil Ervan terparkir dengan santai di depan butik. Ia tersenyum melihat Ervan bersandar nyaman di kursinya. Setelahnya dia masuk ke dalam mobil.

"Kok, aku bosan ya, ketemu Mas Ervan terus," candanya yang dibalas dengusan.

"Harusnya dari dulu kamu bilang kayak gitu."

"Aku baru nyadar nya sekarang."

Setelah itu Ervan berdecih pelan yang disambut kekehan kecil dari Sea. Mobilnya belum jalan sama sekali. Ia pun bahkan belum bergerak dari posisi nyamannya. Entah kenapa udara sore ini begitu sejuk.

"Kok baru keluar?" tanyanya sambil memandang wajah Sea yang terlihat lelah.

Gadis itu menghela dalam dan menghembuskan nafasnya sebelum menjawab. "Tadi display barang baru. Tanggung kalau ditunda."

Kini Sea ikut seperti Ervan. Menurunkan sedikit sandaran kursi dan ia bersandar nyaman. Terlihat dari raut wajahnya yang kelihatan sangat menikmatinya.

Ervan tersenyum tipis. Ia selipkan helaian rambut Sea yang keluar dari ikatan. Bahkan gadis itu mengikatnya dengan tak rapi begitu. Tapi tentu saja tindakannya itu mengundang Sea yang terkejut.

Ervan tak heran. Pastilah Sea terkejut. Ervan suka sekali mengagetkan gadis itu soalnya. Dan sialnya, Sea merasa perlakuan ini manis, macam keningnya yang dikecup beberapa waktu lalu.

"Apa sih? Tiba-tiba begitu."

Ervan tidak tau apa, kalau jantungnya jumpalitan? Dia kaget setengah mati ketika jari Ervan tak sengaja menyentuh kulit pipinya.

Sea malu. Tapi Ervan menikmati wajah gadis itu yang terlihat menghindari matanya.

"Kamu kayak gak bisa kucir rambut aja. Berantakan gitu."

"Tadi rapi, sekarang acak-acakan lagi."

"Sini saya benerin." Ervan menegakkan tubuhnya sedikit mendekat ke arah Sea. Dan gadis itu tau ini tak akan baik untuk jantungnya.

Dia masih saja sedikit berdebar ulah Ervan yang tadi. Jangan harap dia mau lebih berdebar dari ini. Maka dengan itu ia memegangi rambutnya dan menggeleng keras.

"Gak mau. Nanti aku benerin sendiri."

Ervan mundur melihat balasan Sea. Ia mengerti pasti gadis itu sedikit canggung bila ia tiba-tiba mengikatkan rambutnya. Jadi Ervan kembali ke posisi semula. Ia melirik, Sea langsung membenarkan ikat rambutnya yang sedikit melorot.

Cantik.

"Pulang sekarang?" ia bertanya ketika Sea sudah selesai.

Gadis itu menoleh lalu menganggukan kepala. "Iya. Kalau nanti makin macet."

Sudah biasa. Ini adalah jam-jam dimana orang-orang pulang bekerja. Pastilah macet.

Sudah badan capek pengin cepat-cepat istirahat tapi harus terhalang dengan macetnya jalanan. Menghambat waktunya untuk segera meraih kenikmatan rebahan diatas kasur empuk. Dan siapa sangka bahwa hari ini pun ia harus terjebak macet lagi bersama Ervan. Dia menghela keras sambil memandang malas pada jalanan yang ramai.

"Kayaknya besok-besok Mas Ervan jemput aku lewat jalur langit aja. Biar gak macet begini," ujarnya meracau. Tapi berhasil membuat Ervan tertawa.

"Besok saya beli dulu jet pribadi."

Sea tak membalas lagi. Dia memilih untuk menyalakan musik dari radio mobil yang disambungkan dengan hapenya. Dan seketika satu mobil terdengar lagu Kick it milik NCT127.

Memiliki selera musik yang berbeda, tentu saja mendengar lagu ini membuat kuping Ervan tidak enak. Tapi Sea kelihatannya malah sangat menikmati lagu itu.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang