11 | Saya suami kamu

7.7K 383 2
                                    

Bibir berpoles lipstik nude itu sedari pagi terus tertutup rapat. Sama sekali tak ingin terbuka meski hanya untuk mengucapkan satu patah katapun.

Sea cemberut di ruang makan. Di depannya sudah ada crofle coklat yang diberi oleh Sean. Semuanya tiba-tiba menjadi baik hari ini. Sean yang menyiapkan sarapan untuknya, yang rela membuat crofle khusus hanya untuk Sea. Mami dan papi yang tidak bersikap seperti biasanya.

Entahlah. Sea masih pusing memikirkan pernikahannya. Dia sekarang telah menjadi seorang istri. Istri dari Ervan Alfareza.

Ba'da subuh tadi akad nikah sudah dilaksanakan. Pernikahannya tertutup. Tidak dihadiri banyak orang. Hanya ada keluarganya dan keluarga Ervan. Juga dengan kehadiran tantenya dari pihak mama Raisa yang kebetulan sedang berada di sini.

Mereka berdua diboyong ke rumah orang tua masing-masing. Belum sempat pindah rumah ke rumah Ervan. Karena Sea tidak seperti kebanyakan pengantin pada umumnya, selepas akad pun mereka kembali seperti biasa. Bahkan pagi ini dia sudah siap akan berangkat kerja.

"Nanti pulang setengah hari aja. Minta izin sama Bu Resti."

Mami Raisa ikut bergabung ke meja makan. Duduk di sebelah Sea yang melahap malas crofle nya.

"Ngapain setengah hari?" jawab gadis itu ketus.

"Ya pindahan. Barang-barang kamu, kan, masih disini. Belum di pindah ke rumah Ervan."

Sea menghela. Memang tadi Ervan bilang kepada orang tua mereka kalau setelah nikah nanti Sea akan dibawa ke rumahnya. Dan tinggal disana sejak sore nanti.

"Gak usah."

"Lho?" Mami Raisa menatap Sea dengan mulut mengunyah roti tawar. "Jangan bilang kamu mogok mau pindah? Gak ingat dia suami kamu? Nurut kalau dibilangin suami itu."

"Aku juga tahu. Gak perlu diingatkan."

"Kenapa masih begitu?"

Sea diam.

"Walaupun kalian menikah karena terpaksa, tetap harus nurut, Sea. Bagaimanapun Ervan itu suami sah kamu," kata mami Raisa menasehati. "Salah sendiri kelakuanmu begitu. Kalau kamu bisa tahan diri gak mungkin sekarang kamu sudah jadi istri orang."

Sea memicing tajam. "Kan, sudah dibilang. Kita gak melakukan apa-apa tapi masih aja, aku dinikahin. Heran."

"Gak heran. Orang tua mah mengantisipasi terjadinya hal hal yang gak diinginkan. Memangnya kamu mau, anakmu gak punya bapak?"

"Siapa juga yang hamil?!"

"Belum terbukti."

"Bukan belum, tapi tidak akan pernah terbukti kalau aku hamil."

Setelah itu, Sea menyeret kakinya meninggalkan roti crofle yang masih tersisa. Sean yang berada di sana dan menyaksikan adu mulut antara saudara dan ibunya tidak berani bertindak. Dia hanya diam dan menatap kosong pada Sea yang berlalu.

Ibunya pun tak terlalu ambil pusing. Memang hatinya sedikit berat untuk menikahkan anak gadisnya, tapi kalau terbukti Sea hamil, dia juga yang repot.

Gadis itu bukan hanya keluar dari ruang makan tapi sekalian keluar dari rumah. Setelah menyambar tasnya, Sea langsung pergi bekerja. Tanpa peduli Ervan yang sudah berjanji akan mengantarkan dirinya ke butik.

Sea masih mencerna semuanya. Tentang hidupnya yang berubah sedari pagi tadi sampai tentang masa depannya. Dia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan sedikitpun setelah menikah dengan Ervan. Meski dia mencintai lelaki itu.

Menikah dengan lelaki yang tidak mencintainya, memang apa yang membahagiakan?

Karena dasarnya memang tidak peka ataupun tidak peduli, bahkan sampai sore saat pulang kerja pun Sea masih belum melihat wajah suaminya. Dia pulang di jam seperti biasanya. Tidak menuruti apa yang dikatakan mami Raisa. Toh Ervan juga tidak menghubunginya. Untuk apa Sea izin setengah hari.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang