Tangis yang begitu pecah masih belum berhenti. Sampai-sampai, Ashana yang membukakan pintu melebarkan mata terkejut dengan keadaan Sea. Baju kerja yang melekat rapi namun tidak selaras dengan diri perempuan itu yang terlihat berantakan.Ashana langsung meraih Sea ke dalam pelukan ketika perempuan itu bergerak untuk memeluk.
"Eh, masuk. Lo kenapa?" tanyanya.
"Gue harus gimana, Shan?"
"Gimana maksudnya?" tanya Ashana balik tapi tak mendapatkan balasan.
Sea belum mau bercerita. Dia malah semakin tergugu menangis. Dan yang dilakukan Ashana hanya diam menenangkan sahabatnya ini. Meski dia sudah kepo setengah mati tapi Ashana harus menahan diri untuk menunggu Sea siap bercerita.
Tapi tiba-tiba... "Gue hamil, Shan," kata Sea sambil mendongak menatap sahabatnya. "Tapi Mas Ervan tega, dia malah selingkuh."
"Hah?" Ashana masih ngelag.
"Gue hancur, Shan. Hati gue sakit."
"Sssttt, tenangin diri lo dulu, Ya," sahut Ashana karena dia tidak tega melihat Sea tersedu-sedu dengan napas yang tersengal.
Namun sahabatnya justru menggeleng lemah. "Gue gak bisa tenang dengan keadaan begini."
"Iya, iya gue ngerti. Lo jangan pikir apa-apa dulu, tenangin dulu diri lo. Nanti baru cerita sama gue ada apa."
Kiranya memang itu yang terbaik, Sea menuruti. Perempuan itu masih tak menghentikan hingga beberapa saat kemudian. Baru, saat dia sudah mereda, Sea menatap Ashana lagi ketika gadis itu bertanya dengan apa yang terjadi.
"Laki gue selingkuh, Shan," katanya.
"Lo tahu dari mana? Udah valid beritanya?"
"Gue tahu sendiri, Shan. Tadi gue nyium parfum nya beda dari biasanya."
"Barangkali dia ganti parfum, Ya."
Sea menggeleng tegas. "Enggak. Yang barusan itu parfum cewek. Dia juga tadi bentak-bentak gue. Bilang gue aneh, gue berubah. Dia emang udah capek kayaknya sama gue, Shan. Padahal gue berubah juga gara-gara hamil. Tapi dia malah tega sama gue."
Ashana terdiam mendengarkan.
Sea kembali terisak seraya menunduk. "Gue gak sanggup kalau dia punya yang lain. Gue pengen cerai aja."
"Heh!" pekik Ashana. "Jangan gegabah dulu, Ya. Pikirkan dulu baik-baik."
"Tapi ini keputusan yang terbaik, Shan."
"Ya tapi, kan...." Ashana juga bingung. Selain dia tidak berpengalaman, dia bingung harus melakukan apa. "... terus anak lo?"
"Mas Ervan gak tahu soal ini," kata Sea.
Ashana termenung sejenak. Lalu membuka suara setelah menghela pelan seraya menatap Sea. "Gue ngerti gimana perasaan lo dan gue emang gak punya pengalaman ya, Ya. Tapi menurut gue lo bicarain ini baik-baik sama suami lo dulu. Siapa tahu, parfum yang ada di baju suami lo bukan apa yang lo maksud."
"... Maaf kalau gue terkesan gimana-gimana, tapi kalau langsung ke perceraian, gue agak kurang srek. Apalagi masalah lo ini belum jelas fakta-faktanya."
"Kurang jelas apalagi, Shan? Itu udah ada satu faktanya, kok."
"Ya sebuah parfum doang gak bisa sepenuhnya membuktikan, Ya. Bisa jadi karena ada hal-hal lain. Lagi pula lo dapet spekulasi itu dari mana?"
"Feeling, Shan," sahut Sea cepat. "Feeling gue kuat, mengatakan kalau mas Ervan itu selingkuh."
"Feeling gak selalu bener, Ya," ucap Ashana lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
RomantizmEnggak. Ini mustahil. "Apa? Mas bilang apa tadi?" "Menikah dengan saya. Jadi istri saya. Ya?" Seandra bahkan tak pernah mengira kalau tetangga dekatnya itu menaruh perhatian padanya. Dan sekarang apa? Dia bahkan diminta untuk jadi istrinya? Heck! Y...