Seandra Malika Sheeva.
Hanya gadis yang baru saja lulus kuliah lima bulan yang lalu. Fresh graduate ya. Tapi sama sekali belum mendapatkan pekerjaan. Yang berakhir dia direkrut menjadi karyawan sang Ibu.
Meskipun sempat menolak, tapi Ibunya bilang, 'Aku ragu ada perusahaan yang mau terima kamu'. Sungguh menyakitkan, bukan? Tapi Sea tau, itu hanyalah akal-akalan sang Ibu agar ia mau menjadi karyawannya. Memang gajinya tak sebesar teman-temannya, tapi yang Sea malaskan adalah Ibunya yang menjadi atasan.
Ya, bagaimana sih kalau kerja bareng orang tua? Apalagi Ibu. Mengerjakan pekerjaan rumah saja bawelnya minta ampun. Lantai sudah bersih disapu dan dipel pun, masih terlihat kotor di mata Ibunya.
Dan hari-harinya diwarnai dengan omelan Ibunya mengenai kinerjanya yang katanya buruk itu. Padahal Sea sudah berusaha sekuat tenaga.
Padahal dia mengharapkan hidupnya lebih tenang dari tahun ke tahun tapi sepertinya semesta memang tidak mengizinkan. Mempunyai Ibu yang cerewet, Ayah yang protektif dan Kakak yang amat ia sayangi sampai-sampai Sea ingin menggigit kepala Sean karena saking sayangnya. Dan tolong jangan lupakan tetangga kaku, keras kepalanya. Yang kini tengah menatap Sea di teras rumah.
Cih!
Menyebalkan.
Dua mingguan ini laki-laki itu sering berada disini. Biasanya berada di rumahnya yang lumayan agak jauh dari rumah orang tuanya. Entah ada angin apa tiba-tiba ingin berkunjung padahal biasanya seminggu sekali ke rumah pun jarang.
Sea tersentak ketika merasakan ada getaran yang berasal dari ponselnya. Nama laki-laki itu tertera di layar ketika Sea membuka benda pipih tersebut. Dengan decakan dan dengusan Sea mengangkat panggilan dari orang disebrang rumahnya.
"Mau kemana?"
Sea memutar bola matanya. Hari Kamis pagi hari, pakaian rapi memang mau apa lagi kalau bukan kerja?
"Ya kerja."
"Mau diantar?"
Sea menggeleng, "Gak usah."
"Yaudah."
Setelah jawaban singkat itu sambungan telepon langsung terputus. Membuat Sea melebarkan mata tak percaya.
Tuyul! Kurang kerjaan banget. Makinya dalam hati.
Sepagian ini dia sudah dibuat dongkol oleh laki-laki bernama Ervan Alfareza itu. Dimulai dari bangun tidur yang sudah di spam ratusan pesan dan miscall, bertujuan untuk membangunkan Sea. Oh please, Sea bukan lagi anak SD yang mau berangkat sekolah harus di bangunkan dulu. Dia bisa bangun sendiri.
Dengan rasa dongkol yang masih tersisa dalam diri, Sea mengabaikan Ervan yang masih berada di teras. Hingga tak lama kemudian ojek yang ia pesan sudah tiba di depan gerbang rumah. Ia segera menghampirinya, agar cepat-cepat pergi dari sini. Demi apapun ia kesal setengah mampus pada Ervan.
Mungkin sematan manusia kaku tak berperasaan memang cocok sekali untuk Ervan. Lihatlah sekarang, pada saat Sea sudah dibonceng bapak ojek, mana ada Ervan melakukan aksi membatalkan ojol itu dan menggantikan untuk mengantar Sea. Laki-laki itu tak berperasaan sekali bahkan kepada calon istrinya sendiri.
Duh, mengingat itu Sea malah makin meradang.
Lamaran tempo hari, dengan kata-kata sederhana namun manis itu nyatanya hanya palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
RomansEnggak. Ini mustahil. "Apa? Mas bilang apa tadi?" "Menikah dengan saya. Jadi istri saya. Ya?" Seandra bahkan tak pernah mengira kalau tetangga dekatnya itu menaruh perhatian padanya. Dan sekarang apa? Dia bahkan diminta untuk jadi istrinya? Heck! Y...