"Dinnernya di rumah aja ya, Mas. Kita masak sendiri aja. Aku tiba-tiba malas kalau pergi-pergi."Dan kalimat berupa usulan itu disetujui tanpa ribet oleh Ervan. Asal istrinya nyaman, dimanapun akan Ervan lakukan. Termasuk di kaki gunung mungkin kalau Sea mau. Tapi tidak mungkin juga.
Hari sudah semakin siang. Berbeda dengan Ervan yang disibukkan oleh pekerjaan, Sea justru pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan yang akan dimasak.
Dan di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan, kan? Semuanya sudah diatur sesuai takdir termasuk pertemuannya dengan Ayana di sebuah supermarket yang ia kunjungi ini. Sea sedikit merasa malas ketika Ayana sadar dan menemukan keberadaannya. Kenapa pula dunia sesempit ini?
"Duh, makin cakep aja," sapa Ayana dengan ceria seperti biasa.
Namun Sea hanya menanggapi dengan senyuman kecil.
"Ervan mana? Kamu sendirian?"
Kenapa lu tanya-tanya laki gue?
"Iya, Mbak. Mas Ervan kerja."
"Dih, parah banget. Masa dia biarkan istrinya belanja sendiri?!"
Sea meringis. "Gak apa-apa, Mbak. Toh, aku juga iseng belanja. Lagi ngisi waktu luang."
"Ya meskipun begitu. Tapi emang dia orangnya kurang ajar juga sih."
Sea ikut Ayana yang terkekeh kecil. Dia berdehem pelan dan kembali menatap Ayana. "Mbak sendiri?"
"Sama ayang dong," jawabnya sambil menaik-turunkan alisnya dengan geli.
"Mbak gak ke kantor juga?" Karena seingat Sea, Ayana satu tempat kerja bersama Ervan.
"Enggak," jawab perempuan itu. "Ervan, kan, mau ke Jepang. Jadi dia beresin dulu urusan yang disini."
Kening Sea berkerut. Suaminya ke Jepang? Sea baru mendengar kabar itu.
"Mas Ervan mau ke Jepang?"
"Lho...." Ayana terheran menatap Sea. "Ervan belum cerita?"
Ya tentu saja pertanyaan itu dijawab gelengan oleh Sea. Dia mana ada diberitahu tentang ke Jepang atau kemanapun itu.
"Dia ada kerjaan kesana, Ya. Minggu depan berangkat."
Sea ternganga dengan fakta itu. Dalam hatinya kesal karena berita seperti ini disembunyikan oleh Ervan.
"Oh, gak tahu. Mas Ervan lupa kayaknya mau kasih tahu."
"Iya kali, ya."
Sea jadi penasaran. Suaminya ke Jepang akan bersama siapa saja berangkat dari sini. Jadi gadis itu mencoba untuk memancing-mancing Ayana supaya mendapatkan informasi.
"Mbak Aya berangkat juga?" tanyanya tapi disangkal wanita itu.
"Enggak, Ya. Bentar lagi kawin, dilarang pergi jauh-jauh."
"Oh ya? Memangnya berapa lama lagi Mbak acaranya?" tanyanya lagi namun dalam hati diam-diam sedikit senang karena tidak akan adegan suaminya berduaan dengan sang mantan.
"Sebulan lagi. Cuma yah... Orang-orang tua dulu kan, sebulan menjelang pernikahan dilarang pergi-pergi. Apalagi katanya aku disuruh pingitan sama calonku. Jelaslah aku menolak, mana bisa berpisah, kan?"
"Waduh, berat ya, Mbak," ujar Sea seraya tertawa kecil.
Sebenarnya Sea tidak membenci Ayana. Hanya saja dia tidak suka dengan kedekatan suaminya dengan wanita ini.
"Iya makanya. Eh, ngomong-ngomong berapa bulan sekarang, Ya?"
"Hm? Berapa bulan maksudnya, Mbak?"
"Kata Ervan kamu lagi hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
RomanceEnggak. Ini mustahil. "Apa? Mas bilang apa tadi?" "Menikah dengan saya. Jadi istri saya. Ya?" Seandra bahkan tak pernah mengira kalau tetangga dekatnya itu menaruh perhatian padanya. Dan sekarang apa? Dia bahkan diminta untuk jadi istrinya? Heck! Y...