33 | Kita berjuang bersama, ya?

4.7K 280 0
                                    


"Kamu kemana aja?"

"Ada."

Nyatanya, memulai panggilan duluan membuat Sea tidak bisa menahan diri. Dia tengah menahan-nahan agar air matanya tidak turun karena memandang wajah suaminya.

"Baik, kan? Gak sakit?"

"Enggak. Aku baik-baik aja."

"Syukur kalau begitu. Tapi—kamu kayak sendirian. Eliya dimana?"

"Aku suruh pulang."

"Kenapa? Kan bagus kalau ada temannya."

"Aku bisa sendiri, Mas. Kasihan Mbak El, bolak balik ke sini."

"Tapi, kan..."

"Mas?! Aku juga gak apa-apa, ih."

"Yaudah, iya." Ervan terlihat mengusap rambutnya yang kelihatan sedikit basah. Sepertinya lelaki itu baru mandi. "Sudah makan?"

Sea mengangguk. "Udah. Mas?"

"Sudah tadi sekalian pulang, makan di luar."

Sea tersenyum tipis mendengar penuturan itu. Melihat mata legam suaminya yang menatapnya dari layar itu, membuatnya amat merindukan laki-laki itu. Hingga diamnya dia membuat Ervan menatapnya agak khawatir.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu lembut.

Duh, Sea tidak bisa mendengar nada lembut ini. Dia akan menangis kalau dibiarkan.

Perempuan itu menggeleng. "Gakpapa." Namun jawabannya kontras dengan matanya yang mengeluarkan air mata.

Dia kalah. Sea tidak bisa lagi menahannya. Lalu panggilan itu terputus secara sepihak karena Sea yang mengakhiri. Padahal Ervan sudah panik melihat istrinya yang tiba-tiba menangis.

Sea tak mengindahkan getaran dari ponsel dan juga deringnya. Itu Ervan yang menghubungi kembali karena dilanda rasa khawatir dengan keadaannya.

Tetangga rese:
Sea angkat
Kenapa? Ada apa?
Sey....
Angkat ya?
Saya khawatir ada apa-apa

Seandra
Gak mau
Gakpapa, aku okay Mas

Tetangga rese:
Tetap aja saya khawatir

Seandra
Aku beneran gakpapa

Tetangga rese:
Terus nangis kenapa?

Seandra
Aku cuma kangen ╥﹏╥

Tetangga rese:
Coba terima dulu itu teleponnya
Saya pengin lihat wajah kamu lagi

Seandra
Gak mau
Aku lagi berantakan

Tetangga rese:
Enggak ah, cantik

Seandra
MAS ERVAAAAN!!

Tetangga rese:
Apa sayang?

Seandra
Tuhhh kaaan
Aku jadi makin kangen
><

Tetangga rese:
Sabar ya, sisa besok
Tabung dulu kangennya, nanti
kita buka sama-sama

Bodo amat. Sea tidak mau membalas. Dia sibuk meluapkan rasa di hatinya ini. Dengan menangis tersedu-sedu, mungkin bisa sedikit mengobati rasa sesaknya.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang