Sea benar-benar merahasiakan pernikahannya. Meskipun teman-teman kerjanya tidak berada di lingkungan yang dekat dengannya, tapi Sea berjaga-jaga. Dia tetap menyembunyikan status Ervan sebagai suaminya.
Sea berdecak kecil. Meraung dalam hati kenapa yang ia temui pagi ini bukanlah Diana yang notabene nya sudah pernah melihat Ervan. Tapi malah Veny yang mulutnya macam petasan. Pagi itu dia berpapasan dengan Veny yang baru datang diantar suaminya.
Ceileh, pada diantar suami.
Sea awalnya ingin bersembunyi tapi tidak mungkin. Karena Veny sudah melihat keberadaannya. Tidak mungkin dia langsung terburu-buru masuk ke dalam butik juga.
Sea buru-buru melepaskan tangan Ervan yang semula akan dia kecup. Kata lelaki itu, salim dulu sama suami, biar berkah. Tapi belum sempat tercium, sudah ada Veny datang.
Merasa ditatap Veny, Sea langsung mengode suaminya untuk segera pergi lewat tatapan matanya. Tapi entah Ervan tidak mengerti atau memang sengaja. Dia malah tersenyum hormat kepada Veny.
Sea sudah geram di tempatnya. Tah paham lagi dengan tingkah Ervan yang begitu.
"Tumbenan nih, diantar ayang," komentar Veny, tersenyum menggoda pada Sea.
Gadis itu balas tersenyum, lebih tepatnya meringis.
"Iya nih, lagi manja. Minta diantar kerja pagi ini."
Memang sialan.
Itu bukan Sea yang menjawab tapi Ervan. Si tua menyebalkan itu.
Gadis itu memutar kepala sampai menghadap suaminya. Dia terkekeh dibuat-buat padahal dalam hati sudah dongkol luar biasa pada suaminya.
Apa katanya? Lagi manja?
Macam lagu Siti Badriah saja. Tapi Sea sedang tidak terjangkit penyakit manja begitu, tuh.
"Udah ya, aku mau masuk dulu. Kamu cepetan pergi dari sini, takut terlambat masuk kerja," balas gadis itu. Sengaja menyebutkan kata perkata nya dengan penekanan.
Ervan hampir saja berteriak ketika Sea dengan sengaja mencubit pinggangnya. Senyum manis yang sedari terpasang pun harus luntur karena dia harus menahan mulutnya agar tak mengeluarkan suara.
"Iya sayang. Kerja yang bener, ya. Nanti aku jemput lagi."
Veny mesem-mesem di tempat menyaksikan pasangan yang baru diciduk ini.
Sea tidak menjawab, hanya melempar senyuman pura-pura dengan tatapan mata yang mengancam. Tapi seolah buta Ervan tak mengindahkan hal itu. Dia melepas istrinya yang beranjak mendekati Veny. Tapi sebelum benar-benar pergi, Sea kembali menyerangnya. Kali ini bukan pinggang sasaran gadis itu. Pantatnya yang mendapat cubitan maut dari istrinya.
Wah, gadis itu memang benar-benar.
"Ganti gandengan lu?" Veny bersuara ketika mereka masuk.
"Ha? Kapan gue bawa cowok ke sini?"
"Lah, yang biasa nganterin dulu itu."
Sea mengernyit. Siapa maksud Veny? Tiba-tiba ingatannya terbang pada saat dia sering diantar jemput oleh kakaknya.
"Itu mah kembaran gue, Mbak," gadis itu tertawa kecil.
Mata Veny melebar. "Eh, serius lo punya kembaran?" tanyanya.
Sea mengangguk, membenarkan. "Masa gak lihat wajah kita sama sih?"
"Asli gue gak nyadar."
Sea meringis hingga matanya menyipit. "Btw, mesra selalu ya, bun. Hehe. Sun dulu sebelum berangkat kerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
RomanceEnggak. Ini mustahil. "Apa? Mas bilang apa tadi?" "Menikah dengan saya. Jadi istri saya. Ya?" Seandra bahkan tak pernah mengira kalau tetangga dekatnya itu menaruh perhatian padanya. Dan sekarang apa? Dia bahkan diminta untuk jadi istrinya? Heck! Y...