Teriakan haru itu menggema ketika suara lembut Eliya terdengar menerima lamaran Bagas. Keduanya berfoto ria ketika cincin indah tersemat di jari masing-masing.Sea mengamati dari kejauhan dengan perasaan yang campur aduk. Satu sisi dia ingin juga mengalami acara-acara sebelum pernikahan begini. Tapi di satu sisi, dia tidak menginginkannya. Dan dirinya tak luput dari perhatian suaminya.
Ketika acara sudah selesai, Ervan beranjak mendekati gadis itu dan berbisik pelan di telinga Sea. "Kenapa?"
Perempuan yang tengah fokus menatap depan itu sontak tersentak. Sea menggeleng menatap suaminya. "Gak apa-apa."
Namun Ervan tak percaya. Laki-laki itu memicing curiga. "Bohong. Coba jujur sama saya, kenapa?"
"Gak apa-apa, ih!" decak Sea.
"Kamu mau cincin juga?"
Ha? Sea mengerut aneh. "Apa sih?!"
"Ya barangkali pengin dibeliin cincin baru."
Gadis itu menyeringai geli. "Tapi boleh, deh. Dibeliin mobil baru juga boleh."
"Yaudah besok."
"Heh!" Sea terkejut sendiri. Niat hati ingin mengerjai suaminya namun kenapa dia yang terkejut.
"Kenapa?" tanya Ervan, heran. "Besok, kan, libur. Sekalian pergi beli."
"Aku bercanda."
"Beneran juga gak apa-apa."
Sea mau tapi astagaa, tidak-tidak. Dia lebih ingin diantar jemput oleh suaminya ketimbang membawa mobil sendiri.
"Gak usah," ucap gadis itu, lalu berdiri membuat suaminya mendongak untuk menatapnya dengan wajah bingung.
"Mau ke mana?"
"Bantu Mama."
**
Kecupan itu, yang awalnya terasa nyaman tapi jika dilakukan berulang kali dengan semua bagian wajah dikecup, membuat risih. Gadis itu menggeleng berusaha menjauhkan wajahnya dari bibir yang terus mengecup basah wajahnya. Tapi nihil. Dan terpaksa harus membuka mata.
Pemandangan yang pertama dia lihat adalah suaminya yang tersenyum lebar tengah mendekapnya erat.
"Bangun." Ervan mengecup lagi tepat di bibir gadis itu.
"Bau jigong. Belum sikat gigi juga, udah cium-cium."
Ervan tertawa sama sekali tidak merasa tersinggung dengan ucapan Sea. Dia menarik gadis itu yang beringsut menjauh, dan kembali mendekap erat.
"Ayo mandi," ucap laki-laki itu dengan dagu bertumpu pada kepala istrinya. "Katanya mau beli cincin."
"Aku gak serius minta, Mas."
"Tapi saya mau belikan untuk kamu."
"Aturan kamu jangan bilang-bilang ke aku, nanti tahu-tahu kamu kasih aja. Kan, biar jadi surprise."
"Yaudah gak jadi. Besok aja, biar surprise."
Gadis itu tertawa garing seraya menepuk pundak Ervan. "Apaan sih. Garing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
RomanceEnggak. Ini mustahil. "Apa? Mas bilang apa tadi?" "Menikah dengan saya. Jadi istri saya. Ya?" Seandra bahkan tak pernah mengira kalau tetangga dekatnya itu menaruh perhatian padanya. Dan sekarang apa? Dia bahkan diminta untuk jadi istrinya? Heck! Y...