8 | Tua yang menyebalkan

5.4K 369 0
                                    


Seandra bukanlah tipikal orang yang gigih. Meski diawal bulat dengan rencananya, jika ditengah jalan ada gangguan, dia pasti cepat ingin menyerah. Dalam hal apapun, termasuk dalam hal mencintai.

Sedari dulu dia selalu tidak bisa maju lebih jauh dari diam-diam menyukai. Sudah bertekad sedikitpun untuk mengungkapkan pasti ada saja kendala yang membuatnya mundur kembali. Karena itu, sudah terjadi beberapa kali dalam hidupnya.

Makanya, perasaannya sampai sekarang tidak ada yang mengetahui dia cinta dan suka pada siapa. Bahkan orang tuanya pun tidak tahu. Karena Sea tidak sekali pun menceritakannya kepada mereka.

Sifatnya berbeda dengan Sean. Sea cendrung lebih menutup diri dan tidak biasa menceritakan semua yang terjadi dalam hidupnya. Saking tertutupnya, pernah satu waktu Sea tidak berani menceritakan kepada ibunya ketika dia pertama kali datang bulan.

Anak kelas enam sekolah dasar dengan pengetahuan minim tentang pembalut wanita. Dia bingung, tidak tau harus memakai yang seperti apa. Namun dia tetap nekat pergi ke minimarket sendiri untuk membeli pembalut untuknya. Dengan perasaan yang campur aduk di dalam hati, antara takut ketahuan oleh sang ibu dan juga kebingungan membeli. Bertanya pada pramuniaga di minimarket pun Sea malu.

Berujung dia salah membeli. Alih-alih membeli pembalut dia malah membeli pantiliner. Pikirnya, dengan harga yang lumayan murah dan dapat banyak Sea memilihnya untuk di beli. Sebelum ia membaca apa kegunaan dari produk tersebut. Ya tentu saja, dengan benda yang ukurannya tidak lebih satu jengkal itu tidak mampu menampung darahnya. Alhasil Sea tembus di sekolah dan nangis sejadi-jadinya.

Dia malu, sungguh. Ibunya sampai dipanggil karena Sea tidak mau meninggalkan kursinya barang sedikitpun. Meski telah dibujuk oleh ibu wali kelas, Sea tetap kukuh tak mau keluar kelas. Dan sebagai kakak yang pengertian, Sean berinisiatif meminta wali kelas mereka untuk menelpon ibunya agar datang ke sekolah.

Sea yang begitu pasti tidak akan mau dibujuk siapapun kecuali ibunya.

Sama halnya sekarang, alih-alih menghubungi Ervan dia malah mengabaikan laki-laki itu. Padahal masalah sepele. Ervan yang tidak kunjung menghubunginya, membuat Sea hampir menggagalkan rencananya untuk membuat laki-laki itu jatuh cinta padanya.

Dia mau menyerah saja.

Ponselnya sudah dua hari sepi. Sekarang pun Sea cek tidak ada tanda-tanda Ervan menghubunginya. Juga rumah depan yang biasanya terparkir mobil laki-laki itu, kini sudah dua hari tidak ada. Mungkin Ervan pulang ke rumahnya sendiri.

"Buruan naik, elah. Lama banget."

Sea melotot tajam pada pemuda yang bertugas menjemputnya hari ini. "Ya sabar. Gak lihat lagi pakai helm?!"

"Bisa di motor itu."

"Matamu. Boro-boro mau pakai helm di motor, mau syahadat dulu juga udah keburu mati kalau dibonceng sama lo."

"Padahal biasa aja, itu sih lo nya yang lebay."

Gadis itu tidak membalas, hanya menatap Sean dengan malas. Dia meraih pundak Sean sebagai pegangan untuknya saat naik ke atas motor.

Untungnya motor Sean bukan tipe motor yang jok belakangnya lebih tinggi dari jok belakang. Ya kalau Honda Vario sih masih bisa ditoleransi.

Mereka berdua dipanggil ke rumah omanya. Katanya tolong jenguk kucing gembul peliharaan sang oma, yang kebetulan tidak dibawa ke Yogyakarta.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang