23 | Tapi enak, kan?

8.9K 318 3
                                    


"Ikut ke rumah Eyang yuk, anter makanan."

Sea menengok. Ada Mama Hana menghampirinya ke dapur. Bukan hanya Sea, tapi Eliya pun ikut menengok.

"Yuk, tadi Eyang nanyain kamu," kata Mama Hana sekali lagi. "Kamu mau ikut gak, El? Kalau enggak, habis ini bagiin kue yang masih ada ke tetangga-tetangga."

Dikasih opsi begitu, jelas Eliya memilih ikut ke rumah Eyang nya. Dia bergegas membereskan piring-piring kotor bekas pengajian tadi bersama Sea.

Pengajian yang hanya dihadiri beberapa orang itu sudah selesai beberapa menit yang lalu. Bukan pengajian karena Eliya akan lamaran, tapi sebegai syukuran untuk perempuan itu yang telah menyelesaikan pendidikan s2 nya. Sekaligus syukuran karena Ervan telah menikah.

Iya, syukuran atas bergabungnya Sea ke dalam keluarga ini pula.

Sea beranjak ke kamar hendak meminta izin pada suaminya yang sama sekali tidak di ajak oleh Mama. Dia menemukan Ervan yang tengah berkutat dengan tabnya, ditambah kacamata yang bertengger di hidung bangirnya.

"Mau izin ke rumah Eyang dulu. Diajak Mama."

Ervan mengalihkan atensinya mendengar suara sang istri yang mengalun ke telinga. Sejenak, dia melirik jam yang terdapat di layar tab nya.

"Udah malam."

Sea cemberut. Padahal Sea tahu, ini juga baru jam setengah sepuluh malam. "Sebentar. Antar kue doang."

Mau tak mau Ervan harus mengizinkan. Laki-laki itu menghembuskan napas, kemudian mengangguk pelan membuat Sea tersenyum tipis. Namun yang membuat heran, Ervan tiba-tiba menyodorkan tangan ke arah istrinya.

"Apa?"

"Salam. Kan, katanya mau jadi istri soleha."

Ah, laki-laki itu memang ahli menggodanya.

Sea dengan cepat meraih tangan suaminya dan mengecup kecil disana. Tapi siapa sangka Ervan justru menahan tangan Sea. Dan ketika gadis itu mendongak, Ervan mengecup tepat di bibir istrinya.

Shit. Sea kecolongan lagi. "Modus terus!"

"Berangkat sana."

**

"Pantas Ervan tergila-gila. Anaknya cakep begini."

Sea tersipu malu ketika Eyang menyebutnya cantik. Bukan ya, bukan karena mendengar Ervan tergila-gila padanya. Tapi karena dipuji cantik, makanya Sea tersipu. Catat itu.

"Kamu umurnya berapa?"

Sea menerawang. Jujur saja, umurnya tahun ini pun dia samar-samar lupa. Yang dia ingat hanya umur Jungwoo saja.

Sea menatap Tante Dini. "Jalan 23 kayaknya, Tan."

"Lah, seumuran dong sama anak Tante," katanya. Sea menanggapinya dengan sedikit rasa antusias dan senyuman tipis. "Coba kalau belum sama Ervan. Pasti udah tante gondol buat anak tante."

Sea tertawa kecil. Dia bagai ikan asin mendengar perumpamaan Tante Dini.

"Kok kamu mau sama anak bandel itu, sih?"

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang