Pernah gak sih, menemukan sosok ter menyebalkan di dalam hidup ini? Mungkin Sean adalah sosok itu, yang hadir di dalam hidup Sea. Bagaimana tidak, pemuda yang sebaya dengannya itu, menatap jahil padanya sedari dia masuk ke ruang makan. Dan candaan yang dilontarkan pun, membuat Sea geram pagi-pagi pada kembarannya itu.
"Ih, jalannya aneh. Abis sunat lo?!"
Sialan sekali memang dia itu. Mami Raisa bahkan sampai menoleh untuk memeriksa anak perempuannya.
"Ervan mana, Ya? Suruh sarapan sini."
"Tadi udah berangkat. Buru-buru katanya."
Memang betul, Ervan sudah berangkat beberapa saat lalu.
"Lho, kok gak sarapan?"
Gadis itu mengedikkan bahunya acuh. "Mau di kantor katanya. Tadi berangkat bareng sama papi juga, kok."
"Yeh, dua orang itu ampun. Kerjaan terus yang diurus."
Mami juga. Padahal kedua anak disana ingin mengatakan hal itu, namun agaknya mereka pasti akan mendapat kultum pagi hingga dua jam ke depan. Jadi diurungkannya niat itu.
Sea padahal sudah berusaha mengabaikan tapi Sean malah menepuk pundaknya. "Berapa ronde?"
Gadis itu memicing tajam. "Dua puluh. Puas?"
Pemuda itu terkikik pelan. Puas sekali dia mengerjai saudaranya ini. Padahal Sean sebenarnya tidak tahu apapun yang terjadi semalam, dan hanya tahu sebatas ciuman Sea dan Ervan yang terjadi di dapur saja. Karena setelahnya dia pergi ke rumah Arion hingga pukul dua belas lebih.
Tapi Sea diam-diam bergidik. Dua puluh ronde katanya? Mulutnya memang terkadang asal bunyi saja. Sea pasti tewas bila benar-benar melakukan hal itu. Semalam saja, padahal tidak ada setengahnya dari yang dia sebutkan tadi tapi lihat cara berjalannya saja sudah berbeda. Karena merasakan selangkangannya pegal luar biasa setelah semalaman mengangkang untuk suaminya.
"Kamu baik-baik aja, kan?"
Sea mendongak menatap Mami Raisa. Kemudian mengangguk. "Kenapa emangnya?"
"Muka mu, lho, pucat begitu," kata Ibunya, berbalik memeriksa telur yang masih berada di penggorengan. "Begadang ya? Kamu kebiasaan buruk begitu harusnya di hilangin dong. Udah nikah juga, kan."
"Iya. Nanti-nanti enggak," Sea menjawab cepat. Dia malas meladeni keributan pagi hari.
"Dia begadang bikin anak, Mi. Bukan begadang sembarangan."
Si bajingan satu itu memang menyebalkan. Sea melemparkan tatapan membunuh pada Sean yang tidak digubris pemuda itu. Namun di sebrang sana, Mami Raisa tersenyum geli menatap anak perempuannya.
Yah, gadis kecilnya itu sudah dewasa.
"Berhubungan sih, boleh aja, Ya. Tapi perhatikan juga anak kamu di dalam perut, lho. Takut ada apa-apa sama bayi."
"Mami apaan sih?! Harus berapa kali aku bilang? Aku gak hamil."
"Iya, iya, gak hamil. Tapi akan. Nanti juga pasti kejadian."
"Enggak!"
"Enggak gundulmu. Kamu berhubungan sama suamimu, lho. Ya mana mungkin enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
RomanceEnggak. Ini mustahil. "Apa? Mas bilang apa tadi?" "Menikah dengan saya. Jadi istri saya. Ya?" Seandra bahkan tak pernah mengira kalau tetangga dekatnya itu menaruh perhatian padanya. Dan sekarang apa? Dia bahkan diminta untuk jadi istrinya? Heck! Y...