21 | Degdegan

6.3K 320 1
                                    


Mami Raisa pernah berkata, 'anak gadis gak boleh bangun siang-siang. Pamali.'

Memang, wanita yang hidup di zaman milenial itu masih saja memercayai mitos-mitos kuno yang dia dapatkan sedari masih kecil. Oma, kan, orang zaman dulu. Sudah pasti masih tahu tentang mitos-mitos tersebut. Dan diturunkan kepada anaknya, salah satunya adalah Mami Raisa.

Sea terkadang ingin menghilang saja dari muka bumi ketika mendengar larangan tentang ini dan itu. Apalagi kalau disebutkan 'kamu itu perawan, gak boleh ini dan itu. Dan bla bla bla'. Sea jadi berpikir, kenapa dia terus. Kenapa Sean tidak pernah diceramahi tentang mitos-mitos seperti itu sih?

Dan mitos yang sering Mami Raisa katakan adalah tentang tadi, jangan bangun siang. Jadi Sea selama hidup mengusahakan diri bangun tidur tidak lebih dari jam 5. Kalau lebih dari jam itu, sudahlah mungkin dia dapat siraman rohani seharian dari ibunya.

Dan pagi ini, Sea mencoba mengabaikan larangan itu. Pagi ini terasa damai. Mungkin karena udara yang lebih sejuk dari kemarin-kemarin. Apalagi dengan pelukan yang hangat dari Ervan. Menambah kenyamanan diatas ranjang ini bertambah. Untuk sehari saja, dia ingin bangun tidur agak siang. Dia tidak mau meninggalkan kenyamanan ini soalnya. Meskipun dia sudah tahu kalau ini sudah pagi walau belum mendengar alarm yang berbunyi dari ponsel ataupun tanda-tanda lain ketika pagi tiba.

Sea merasakan gerakan dari Ervan. Suaminya makin merapatkan diri, mengeratkan pelukan ketika merasa udara semakin dingin.

"Mas, gak bisa napas." Sea sampai menahan napas karena Ervan kekencangan memeluknya.

Mendengar itu Ervan melonggarkan sedikit tanpa membuka mata. Napasnya terdengar berhembus keras.

"Jam berapa?" tanyanya dengan suara berat.

"Gak tahu. Tapi udah pagi kayaknya."

Sea mengerjapkan matanya. Menyesuaikan penglihatannya karena nampak kabur. Setelahnya dia bergerak meraih ponsel di atas nakas.

"Mas lepas dulu, mau lihat jam," katanya saat merasa Ervan tak membiarkannya keluar dari rengkuhan lelaki itu.

Saat layar dari benda pipih itu menyala, angka yang ditunjukkan malah membuat Sea tercengang. Masih pukul dua kurang. Tapi Sea merasa tidur sudah sangat lama. Nyatanya subuh pun belum tiba.

"Masih jam dua kurang masa, Mas. Kayak udah pagi, ya?" gumamnya.

Ervan juga heran. Laki-laki itu mengernyit sambil mengerjap-ngerjap. "Salah lihat kali."

Sea berdecak. Dia membuktikan pada suaminya dengan menunjukkan ponselnya. "Kan?"

Ervan dengan jelas melihat angka 01.37 disana. Tapi serius itu?

Tapi karena dia tak mau ambil pusing, Ervan melebarkan lagi tangannya. Menyuruh gadis itu masuk kembali ke dalam pelukannya.

"Masih ada waktu," ucapnya.

Jelas saja Sea setuju. Dia kembali melingkarkan tangannya pada pinggang Ervan. Kembali meraih kenyamanan yang beberapa saat lalu ia rasakan. Namun saat dirinya asik merapatkan diri, suara Ervan yang terdengar membuatnya melebarkan mata.

"Kamu jangan gerak-gerak terus. Kalau pagi ada yang bangun selain saya, apalagi kamu gak pakai bra."

Sialan!

Tangan Sea yang semula berada di pinggang Ervan, bergerak cepat untuk pindah menutupi dadanya.

"Percuma ditutupi, semalaman saya udah terasa. Bulat. Kenyal."

Sea menepuk keras mulut lelaki mesum itu. Membuat si empunya membuka mata dengan cepat. "Mesum!"

"Kamu yang mulai, saya yang dikatain mesum."

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang