Freen dan Becky sedang duduk di pinggir lapangan, mereka sedang asik, melihat anak-anak lain yang sedang bermain bola basket.
Gadis belasteran Inggris itu, kini sedang memandang Freen yang duduk di sampingnya, sedangkan gadis yang sedang dilihatnya, malah asik melihat anak-anak lain bermain basket.
Ia pun sesekali tersenyum kala menyadari, betapa cantiknya gadis ini.
Merasa diperhatikan, ia pun menatap balik Becky, namun gadis itu malah melamun sambil terus menatapnya, jari terlunjuk Freen pun menyentuh pipinya, dan membuyarkan lamunannya.
"Oii, kenapa kamu menyentuh pipiku?" Tanya Becky polos, melirik sekilas ke arah jari telunjuk, Freen.
"Oii, kenapa kau tak berhenti menatapku?" Freen mendekatkan wajahnya.
"Menatapmu! Eishh jangan mengada-ngada, aku sedang melihat mereka!" Elak, Becky, sambil menunjuk ke arah lapangan
Freen tersenyum jail, melihat tingkah laku Becky.
"Eyy, kau bahkan tersenyum saat menatapku tadi!" Freen semakin mendekatkan wajahnya.
Perlahan Becky pun mundur, menjauhkan wajahnya.
"Apa kamu menyukai ku?" Alis sebelah kanan Freen, naik.
Pipi Becky tiba-tiba berubah warna, menjadi merah.
"Ohh... lihat pipi mu merah Bec!" Freen, tersenyum kecil, menggodanya " Oii, kau benar-benar menyukaiku?"
Gadis bule itu seketika memegang kedua pipinya, tersipu malu.
"Berhenti berbicara omong kosong, Freen! Pipi ku tidak merah, jika pun merah itu karena aku kepanasan! Minggir" Becky berdiri, berniat untuk meninggalkan Freen.
Ia berjalan melewati Freen begitu saja.
Seketika Becky pun, ingin menghilang dari muka bumi.
Ia benar-benar tersipu malu, dan salah tingkah.
"Bec!!" Panggil Freen, menyusul.
Beberapa siswa yang sedang bermain kejar-kejaran tak sengaja menabrak Becky, ia pun tak bisa menjaga keseimbangan, namun dengan cepat, tangan Freen menahan tubuhnya.
Kedua bola mata mereka bertemu, jantung Becky kembali berdegup kencang, begitu juga dengan Freen.
Ia menatap kedua bola mata hazel nut, milik Becky.
"Sepertinya aku menyukaimu!" Ucap Freen, masih menatapnya, kali ini tatapan Freen terasa sangat dalam.
"AP-APAAAA?" Becky terdengar gagap.
"Sepertinya aku menyukaimu!" Ulangnya lagi.
"OII!! APA KALIAN SEDANG SHOOTING FILM?" Teriak Fon, yang entah dari mana ia muncul.
Seketika Becky pun kembali menyeimbangkan tubuhnya, mereka berdua terlihat sangat canggung, sebenarnya hanya Becky, justru Freen terlihat santai saja.
"YAH!! Darimana kau muncul!!" Kesal, Freen.
"Kalian berdua sedang apa di sini? Dan apa yang kau lakukan Freen? Kau memeluk Becky?" Tanya Mona penasaran.
"Emm!" Angguk Freen mengiyakan, sedang Becky menatapnya malu "Dia hampir jatuh, jadi aku menolongnya!"
"Bec!! Mengapa wajahmu merah sekali, oii apa kali..."
Becky memotong kalimat Fon, ia tidak mau sahabatnya itu melanjutkan kalimatnya.
"Aku permisi!!" Becky kembali menyentuh pipinya, yang semakin memerah, gadis itu dibuat salah tingkah.
"Aku harus ke ruang guru!" Gadis itu mempercepat langkahnya.
"Bec!!" Panggil Freen, Becky masih terus berjalan kali ini dia menutup telinganya.
~~~
Freen sedang duduk di meja makan, bersama keluarga Becky, ia pun terlihat begitu gugup, hingga memainkan jari tangannya, mencoba untuk tetap terlihat santai.
Namun apa daya, rasa gugup itu benar-benar menyelimuti Freen, hingga ia tidak bisa menyembunyikan.
Gadis kecil yang berada di samping Freen, berbisik.
"Apa kamu malu?" Bisiknya.
Freen tersenyum canggung "Emm! Aku malu sekali"
Gadis bernama Emely itu tertawa, hingga membuat semua orang yang berada di sana menoleh, terutama Becky.
"Emely, kamu kenapa?" Tanya Yin, tersenyum.
Emely menggeleng "Ini rahasia aku dan Olaf, Ibu!"
Olaf adalah nama panggilan Freen dari Emely, mereka berdua sudah saling mengenal lebih dulu, dibanding Freen mengenal Becky.
Gadis itu rupanya selalu menghampiri Emely, di sekolahnya, saat jam istirahat.
Emely, gadis kecil berusia tujuh tahun itu, selalu menemani Freen, ketika gadis itu sedang merasa lelah dan kesepian, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, di taman sekolah Emely.
Namun ternyata ketika Freen datang ke rumah Becky, sahabat kecilnya itu, adalah anak terakhir Yin, dan ia pun adik kesayangan Becky.
Sementara itu Yin mengundang Freen untuk makan malam, sebagai bentuk ungkapan rasa terima kasihnya, karena Freen telah menyelamatkan Becky.
"Freen silahkan dimakan!" Titah Yin, ternyum lebar.
"Terima kasih bibi!" Ucap Freen.
Freen merasa bahagia merasakan kehangatan di dalam rumah ini, ia pun tak berhenti memandang semua makanan yang ada di meja.
"Mengapa kamu hanya memandangnya?" Kata Prim.
"Apa aku boleh memakan semuanya?" Tanya Freen polos.
Becky hanya tersenyum melihat Freen, ia baru saja mengetahui sisi lain dari gadis itu, lucu.
"Oh, tentu Freen kau bisa memakannya! Ayo kita makan" Yin, mengambil sesinduk nasi, ke piring Freen.
"Kamu boleh memakan apapun yang kamu mau!"
"Terima kasih!" Freen mengangguk.
"Apa kau belum makan, selama satu minggu?" Ucap Becky.
"Tid-dak!" Freen menggeleng "Semua makanan ini terlihat sangat enak!"
"Tentu, masakan ibuku adalah masakan terenak di dunia!" Becky tersenyum.
Freen mulai memasukan makanan itu, ke dalam mulutnya, seketika matanya membelalak.
Apa yang dikatakan Becky benar, masakkan ibunya sangat enak.
"WAH!! INI ENAK SEKALI!" Freen tersenyum bahagia, ia terus menyendok makanan itu ke dalam mulutnya.
"Bibi, bolehkah aku membawanya pulang?"
Mata Becky melotot ia pun tersedak, ketika mendengar kalimat Freen.
"Oh tentu saja Freen, kau boleh membawanya! Bibi akan menyiapkannya untukmu!"
"Terima kasih, bibi!"
"Freen, kau lucu sekali!" Komentar Prim, sambil tertawa.
"Apa kau sangat menyukai, masakkan ibu ku?" Tanya Emely.
"Emm!!" Angguk Freen bahagia.
📣📣📣GUYS JANGAN CUMAN DIBACA AJA DONG!! KALAU CERITA INI EMANG SERU, JANGAN LUPA BUAT DIFOLLOW, DIVOTE, DIKOMEN DAN BAGIKAN!!
THANK YOU!!
YANG BACA DOANG MALES NGEVOTE, KITA GAK TEMENAN!!! TITIK.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love My Enemy
RomanceJantung ku mulai berdegup kencang, jika Freen berada di samping ku, entah kapan aku mulai menyukai gadis ini. Gadis cantik yang selalu mengganggu dan membuatku menangis ini, kini berhasil membuat ku jatuh cinta. Ya, dia kini menjadi kekasih ku. Juju...