Freen meminta Becky, untuk mengambil sesuatu di dalam nakas, gadis itu masih menemaninya di rumah sakit, karena Freen memintanya untuk tetap tinggal.
Becky tersenyum, saat melihat medali kemenangan yang tergeletak di dalam laci nakas, lalu ia mengambil dan memberikannya kepada Freen.
Gadis itu tersenyum meski kesedihan tersirat di wajahnya, ia memutar medali itu beberapa kali, sebelum akhirnya mengalungkannya di leher Becky.
"Untukmu!" Ucap Freen lembut, sembari mengusap pipi gadis itu.
"Emm??" Becky mengerutkan dahinya, bingung. "Ini milikmu, Freen"
Freen menggeleng, medali itu sengaja ia berikan untuk Becky, sejak awal gadis itu sudah berjanji jika dia menang, medali itu akan menjadi milik Becky.
Meski medali itu adalah medali terakhir yang ia terima, namun akan lebih baik jika Becky yang menyimpannya.
"Ini adalah medali terakhir ku, kau harus menyimpannya dengan baik!" Freen terus memandang medali yang menggantung di leher Becky.
"Tapi medali ini sangat berharga bagimu, Freen! Bukankah lebih baik kamu yang menyimpannya."
"Sama halnya denganmu Bec, kamu pun sangat berharga untukku! Aku sudah berjanji, jika aku menang, medali ini akan menjadi milikmu!"
Becky langsung memeluk gadis itu, meski saat ini Freen terlihat jauh lebih baik, namun Becky tahu jika Freen, masih menyimpan kesedihan yang teramat dalam, di hatinya.
Menjadi atlet taekwondo internasional, adalah salah satu mimpi terbesar gadis itu, namun kini mimpinya harus terkubur sangat dalam.
Gadis itu menghancurkan mimpinya sendiri.
Freen terus tersenyum memandang Becky, yang duduk di samping, di atas ranjangnya, dia pun mengusap anak rambut, yang menghalangi wajah Becky.
"Becky, aku sangat bahagia memilikimu!" Ucap Freen seraya menyentuh pipinya.
Becky mengangguk, menyambut tangan Freen.
"Aku juga sangat bahagia, bisa memilikimu, Freen!" Becky mengusap lembut, punggung tangan gadis itu.
"Jadi hari ini, kau menjadi pacarku?"
Becky menggeleng pelan "Emm.."
"Hmm??" Freen, memasang wajah bingung.
"Lebih tepatnya, minggu lalu, saat kau berhasil menang dikejuaraan!" Becky, mencolek hidungnya.
~~~
Malam pun tiba, langit terlihat sangat gelap namun indah, karena bertabur banyak bintang.
Becky, gadis itu memutuskan untuk menginap, di rumah sakit, Freen sudah meminta izin, terlebih dahulu kepada orang tua Becky.
Mereka berdua, kini tengah melihat pemandangan kota, di malam hari, melalui jendela.
Kamar rawat inap Freen, berada di lantai enam.
Becky duduk di kursi tepat di samping ranjang gadis itu, sedangkan Freen masih berbaring, sambil terus menatap ke luar jendela, mereka berpegangan tangan.
Untuk beberapa saat mereka hanya diam, menikmati pemandangan malam ini.
"Freen..." ucap Becky.
"Emm?" Freen menoleh ke arahnya.
"Bolehkah aku mengatakan sesuatu?" Becky mengusap, punggung tangannya.
"Emm, tentu saja, Bec!" Angguknya "kenapa?"
"Karena saat ini kita adalah pasangan, aku ingin kita berbagi segalanya. Rasa senang, bahagia, sedih, kecewa. Aku ingin kau berbagi semuanya denganku.."
"Emm!" Angguknya lagi "tentu saja, Bec!"
Malam semakin larut, waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, Becky menarik selimut untuk menyelimuti tubuh gadis itu.
"Selamat malam, Freen!" Becky tersenyum.
"Selamat malam, Becky!" Freen balas tersenyum.
Becky melangkah menuju kursi, malam ini dia akan tidur di sana, namun dengan cepat Freen menahan lengannya.
"Bisakah kau tidur denganku?"
"Freen, ranjang ini kecil! Aku tidur di sofa, ya!" Becky menarik pelan tangan Freen, menyembunyikannya di bawah selimut.
Freen menggeleng, kembali menarik lengannya.
"Tubuhku kecil! Ini cukup untuk berdua" gadis itu bergeser, meski sulit.
"Ayolah, aku takut tidur sendiri, Bec!"
"Eeyy, bukankah selama di rumah sakit, kau tidur sendiri?"
"Ah..." Freen merengek "ayolah, tidur di sampingku!! Atau aku akan tidur di sofa" Freen mencoba untuk bangun, hingga membuat Becky langsung menahannya.
"Freen..."
"Becky........."
Melihat raut wajah Freen saat merengek, membuat Becky tidak bisa menolaknya, gadis itu terlalu menggemaskan.
Malam ini, mereka berdua tidur di atas ranjang, meski sempit, namun mereka terlihat sangat bahagia, terutama Freen, yang saat ini terus memandang Becky, yang berada di sampingnya.
"Berhenti memandangku, Freen!" Ujar Becky, tersipu malu, ia memandang langit-langit ruangan.
"Bagaimana bisa kamu secantik ini, Bec!" Puji Freen " ah, aku kesal, karena tidak bisa berbalik ke arahmu! Aku masih ingin melihat wajahmu, tapi leherku sakit."
Becky berbalik menghadap ke arah Freen, kini giliran Freen menatap langit-langit ruangan, lehernya terasa pegal usai memandang Becky.
"Sekarang giliranku!" Kata Becky tersenyum.
"Maksudmu?"
"Memandang kecantikanmu, Freen!"
Mendengar kalimat itu, seketika Freen salah tingkah, dia mencoba untuk terlihat santai, namun ekspresinya tidak bisa disembunyikan.
📣📣📣GUYS JANGAN CUMAN DIBACA AJA DONG!! KALAU CERITA INI EMANG SERU, JANGAN LUPA BUAT DIFOLLOW, DIVOTE, DIKOMEN DAN BAGIKAN!!
THANK YOU!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love My Enemy
RomanceJantung ku mulai berdegup kencang, jika Freen berada di samping ku, entah kapan aku mulai menyukai gadis ini. Gadis cantik yang selalu mengganggu dan membuatku menangis ini, kini berhasil membuat ku jatuh cinta. Ya, dia kini menjadi kekasih ku. Juju...