chapter 11 🌾

217 11 5
                                    

Dhico menjatuhkan besi dari tangannya lalu membuka pintu mobil dan menyeret tangan anak laki-laki itu keluar dari sana

"Aaakh lepasin" teriak zayden sambil memberontak, dhico tak menjawab dan terus menyeretnya membawanya kesebuah mobil namun anak laki-laki itu tak menyerah ia menggigit tangan dhico hingga melepas cengkramannya lalu berlari sekencang-kencangnya

"Akh" rintihnya dhico kesakitan, dhico tersenyum remeh menatap anak laki-laki yang berlari begitu kencang "hey anak kecil kamu ngga mau liat mama?" Teriaknya hingga membuat zayden menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang

"Kamu kenal om kan? Om ini teman papa kamu, om kesini mau bawa kamu ketemu mama" jelas dhico

Zayden terdiam sejenak namun ia tak sebodoh itu, jika tujuannya untuk menjemputku kenapa harus melukai stiven. zayden pun kembali berlari menjauhi lelaki itu

Dhico berdecak kesal lalu menendang salah satu anak buahnya yang terbaring kesakitan "cepat bangun kejar bocah itu!" Bentaknya

Beberapa anak buah dhico pun tersadar dan mengejar anak kecil itu

Zayden melihat telepon umum ia pun langsung menggunakannya, anak itu terlihat ketakutan tangannya gemetar saat menekan beberapa angka ditelepon umum itu

"Papa... pah tolong zayden" ucap zayden saat panggilan teleponnya terhubung "zayden dikejar sama... aaakh"

Tiba tiba seseorang yang tak lain adalah anak buah dhico menarik anak laki laki itu hingga membuat suara zayden perlahan menjauh dan menghilang

Disisi lain leroy mematung mendengar suara anaknya yang juga ikut terlibat dalam masalah ini hungga membuatnya semakin marah lalu berteriak memanggil seluruh anak buahnya

...

Terlihat kinara terbaring lemah dengan tangan dan kaki yang diikat, seluruh tubuhnya penuh memar dan luka

Beberapa menit kemudian dhico datang dengan membawa zayden membuat kinara langsung membulatkan matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk

"Z-zayden"

"Mama" teriak zayden dan berlari ke pelukan ibunya sambil menangis

"Zayden sayang kamu ngga papa?" Tanya kinara dengan suara bergetar

"Mama hiks, mama zayden takut"

"Iya sayang sini peluk mama"

Zayden kembali memeluk erat ibunya dengan air mata yang terus bercucuran ditambah lagi ibunya yang terlihat begitu berantakan dengan luka dimana-mana

"Dhico apa yang kau lakukan!" Bentak kinara menatap tajam lelaki kejam itu

"Ah aku cuma ingin memberi kejutan padamu" jawabnya dengan santai sambil tersenyum

"Dhico ku mohon lepaskan anakku...aku akan melakukan apapun yang kau minta tapi talong biarkan anakku pergi" pintanya sambil menangis sesegukan

Dhico tersenyum remeh sambil berjalan mendekati kinara lalu menarik rambut wanita itu hingga membuatnya mendongak dan merintih kesakitan

"Susah payah aku membawanya kemarin dengan mudah kau bilang lepaskan! Kau pikir aku bodoh!"

Zayden yang melihat ibunya kesakitan berusaha membantu ibunya dengan memukul tangan lelaki itu namun hal itu tak membuatnya merasakan apa-apa dan justru membuatnya marah. Dhico menepis tangannya hingga membuat zayden terlempar dan menubruk dinding

"Zayden!" Teriak kinara lalu berjalan dengan lututnya mendekati anaknya yang terbaring kesakitan "zayden sayang kamu kamu ngga papa?" Tanya kinara sambil menangis melihat anaknya yang disakiti seperti ini membuat hatinya tersayat, tangannya yang diikat membuatnya tak leluasa memeriksa kondisi anaknya. Meskipun kepala zayden terlihat sedikit mengeluarkan cairan kental berwarna merah namun anak itu masih bisa bergerak lalu kembali memeluk ibunya

Dhico kembali bertingkah ia menarik rambut kinara dan menyeretnya dan memisahkannya dengan anaknya "kita belum menyelesaikan kegiatan kita yang tadi sempat tertunda" ucap dhico, zayden pun tak tinggal diam ia menahan tubuh ibunya dengan memeluknya

"Lepasin mama!" Teriaknya

Dhico pun kesal dan langsung menendang anak itu hingga membuatnya terseret dan menubruk tumpukan barang disana, zayden pun mulai merasa kesakitan dan tubuhnya melemah

"Aaakh lepasin!" Teriak kinara sambil menggerakkan tubuhnya hingga membuat dhico kesusahan saat ingin membuka pakaian kinara "ku mohon hentikan, jangan lakukan ini didepan anakku hiks" ucap kinara memohon

"Sudah ku bilang, aku ingin menghancurkanmu, leroy dan juga zayden" jelasnya

"Zayden itu masih kecil dia masih belum mengerti apa-apa, kumohon jangan libatkan dia"

"Itu bukan urusanku!" Bentaknya lalu kembali berusaha membuka pakaian kinara

"Aaakh hentikan!" Teriaknya "toloong" lanjutnya. Tubuh kinara yang terus bergerak membuat dhico kesusahan membuka pakaian wanita itu, dhico merasa geram lalu menampar kinara hingga membuatnya terdiam

Beberapa detik kemudian zayden memegang botol satu ditangan kirinya dan satu ditangan kanannya matanya begitu tajam dengan wajahnya yang datar

"Lepasin mamaaa!" Teriak anak kecil itu lalu memukul kepala dhico dengan salah satu botol ditangannya

Dhico terdiam menatap cairan kental yang menetes dari kepalanya lalu menoleh menatap tajam anak laki-laki itu, sedangkan kinara terbengong seakan tak percaya akan apa yang terjadi

"Beraninya kau!" Bentak dhico dan ingin membalas anak itu namun zayden masih memiliki satu botol lagi ditangannya

"Aaaakh" teriak zayden merah lalu memukul kembali kepala lelaki itu hingga pingsan tak sadarkan diri dan terjatuh dipangkuan kinara

"Z-zayden sayang" ucap kinara ketakutan

Zayden tak menjawab ibunya, dengan ekspresi yang datar anak lelaki itu menarik kepala dhico dari pangkuan ibunya lalu meletakannya sembarang. Zayden menatap ibunya dengan tatapan kosong

"Zayden sayang, sini sayang peluk mama nak"

Zayden tak menjawab, ia menatap telapak tangannya yang terus gemetar setelah melukai seseorang, matanya merah namun tak mengeluarkan air mata. Kinara pun menangis ini kali pertama ia melihat ekspresi ini diwajah anaknya, kinara takut anaknya akan mengalami trauma setelah kejadian ini

"Zayden semuanya akan baik-baik saja sayang, sini sayang peluk mama" ucap kinara namun tak menggerakkan hati anak itu dan terus menatap telapak tangannya "zayden mama takut sayang" mendengar kata-kata itu barulah zayden menatap ibunya "sini sayang peluk mama"

Zayden langsung berlari dan memeluk ibunya namun anak laki-laki itu tak menangis seperti biasa, ia hanya memeluk ibunya karena tak ingin wanita itu ketakutan

...

Tak lama kemudian leroy datang bersama beberapa anak buahnya, ia melihat kinara bersama dengan anaknya bersandar di dinding menatap pintu dan berharap seseorang akan menolong mereka, karena sebelumnya zayden sudah berusaha membuka pintu namun tak bisa ia hanya bisa melepas ikatan ditangan dan kaki ibunya

Leroy dengan penuh haru memeluk anak dan wanita yang sangat ia cintai "maafin aku sayang, aku terlambat" ucap leroy tanpa ia sadari meneteskan ai matanya



REVENGE (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang