chapter 10 🌾

270 13 1
                                    

Tersebar berita dimana-mana tentang seorang narapidana kabur dari penjara membuat heboh masyarakat. Seluruh stasiun tv menyiarkan tentang berita itu, pihak berwajib juga sedang mencarinya

Leroy yang membaca berita itu pun membuatnya semakin khawatir. Ia mengacak-acak rambutnya dan menghancurkan seluruh barang dikamarnya. Steven yang berada disana ketakutan, ia terus menunduk dengan tubuhnya yang gemetaran

Leroy yang kesal dan kehilangan kendali mengambil sebuah vas bunga dan melemparkannya pada steven hingga mengenai kepala sekretarisnya itu dan mengeluarkan cairan kental berwarna merah, steven tak berani bergerak ia mematung dan menahan rasa sakit dikepalanya, terakhir kali ia melihat leroy semarah ini saat ibunya meninggal dan tak seorangpun bisa menenangkannya

"Kenapa kau masih belum menemukan kinara, hah!" Bentak leroy

"Kami sedang berusaha tuan" jawab stiven menunduk

"Aaaagh" teriak leroy menggelegar

"Papa"

Leroy dan stiven terdiam menatap kesumber suara, mereka melupakan keberadaan zayden dirumah ini yang tadi sempat tertidur dan terbangun mendengar keributan ini. zayden berdiri didepan pintu ketakutan melihat ayahnya yang sangat menyeramkan ketika marah ditambah lagi kamar yang terlihat sangat berantakan

"Papa kenapa? Om stiven kenapa? Kenapa kepala om stiven ngga diobatin? Kenapa mama belum pulang? Zayden kangen mama" ucap zayden dengan mata yang berkaca-kaca

Stiven menarik tangan zayden untuk membawanya pergi, ia tak ingin anak ini menjadi pelampiasan amarah ayahnya "tuan muda sebaiknya kembali kekamar" ucap stiven

"Zayden" panggil leroy. Zayden menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang dengan tangan yang digenggam erat oleh stiven

Leroy meletakkan lututnya kelantai lalu merentangkan tangannya "zayden sini sayang"

Zayden langsung berlari dan memeluk ayahnya, ia tau sesuatu telah terjadi pada ibunya namun ia tak ingin menanyakan sesuatu yang semakin menambah beban pikiran leroy "papa zayden takut" ucap anak lelaki itu

Leroy semakin memeluk anaknya dengan erat membuat hatinya sedikit tenang. Disisi lain stiven mengelus dadanya merasa lega

"Papa akan membawa mama pulang sayang tapi untuk sementara waktu kamu tinggal dirumah kakek dulu ya" leroy pun bangkit berdiri sambil menggendong anaknya lalu menyerahkannya pada stiven "bawa dia kerumah utama" rumah utama adalah rumah milik kakek dan nenek zayden. Stiven pun mengangguk dan langsung melaksanakan perintah tuannya

...

Disisi lain kinara ketakutan melihat dhico muncul dihadapannya, ia takut lelaki gila ini akan membawa orang-orang yang disayanginya dan menyiksanya tepat didepan matanya (seperti yang terjadi diseason 1 dhico menyiksa sahabatnya hingga hampir kehilangan nyawanya)

"Bagaimana kabarmu nara?" Tanya dhico menyeringai

"Apa yang kau inginkan!" Bentak nara

Dhico berjalan mendekati kinara sambil mengisap sebatang rokok ditangannya "aku sedang memikirkannya kinara. Aku sedang memikirkan cara menghancurkanmu dan juga leroy...ah satu lagi sekalian menghancurkan anakmu" jelasnya

Kinara semakin takut, ia khawatir pada anakanya dan juga leroy. apa mereka baik-baik saja? Apa zayden mencariku? Apa leroy mengkhawatirkanku?

"Kenapa? Kenapa kau membawa mereka lagi!" Tanya kinara kehabisan akal

"Tenang saja kinara aku akan menghancurkan kalian dengan cara halus tapi sebelumnya mari kita rasakan kenikmatan tubuhmu ini" dhico langsung mendorong kinara hingga membuatnya terbaring dilantai lalu menahan tangan wanita itu diatas kepalanya dengan satu tangan

"Apa yang kau lakukan! Bajingan!" Umpatnya sambil memberontak

"Tenanglah kinara ini tidak akan lama" dhico membuka kancing baju wanita itu lalu membuangnya sembarang. Lelaki itu berhenti sejenak menatap tubuh kinara yang mulus dan putih ini

"Aaagh lepasin!" Teriaknya "toloong! Siapa pun yang ada diluar tolong!" Kinara terus berteriak minta tolong berharap seseorang akan datang dan menyelamatkannyaa namun dhico tak sebodoh itu, tentu saja ia membawa kinara ke tempat yang jauh dari penduduk.

Rrrrtt...getaran benda ditipis disaku celana dhico membuatnya menggentikan kegiatannya, ia berjalan menjauh lalu menempelkan benda tipis itu ke telinga

"Selesaikan segera" ucap dhico dan meninggalkan kinara disana sendirian

....

Terlihat zayden kebingungan didalam mobil tiba-tiba dibawa pergi oleh stiven untuk diantar ke rumah kakeknya

"Om kenapa kita tiba-tiba ke rumah kakek?" Tanya zayden melirik lelaki yang duduk disampingnya

"Kakek lagi kangen pengen ketemu zayden" jawab stiven mengelus puncak kepala anak laki-laki itu sambil tersenyum

"Om apa mama baik-baik saja?"

Stiven terdiam sejenak menatap anak laki-laki itu "emmm iya, nanti nyonya pulang langsung jemput zayden" jelasnya

Zayden mengangguk lalu menatap keluar jendela, ia memandangi lampu-lampu yang menerangi jalanan dimalam hari

Ciiit...tiba-tiba mobil berhenti mendadak saat beberapa mobil menghalangi jalan mereka, beberapa orang menggedor-gedor pintu mobil agar segera dibuka. Supir mereka pun turun untuk menenangkan orang-orang yang terlihat begitu menyeramkan

"Ada apa ini?" Tanya supir itu bernama surya yang terlihat sudah berumur

Salah seorang lelaki bertubuh kekar menarik kerah baju surya hingga membuatnya sedikit terangkat

"Aaaakh t-tolong lepasin saya" ucap surya ketakutan

Merasa tak punya urusan dengan supur itu, lelaki bertubuh kekar langsung mendorong surya sembarang hingga terjatuh

Disisi lain stiven berusaha menenangkan anak laki-laki yang terlihat ketakutan

"Tuan muda tunggu disini" ucap stiven lalu turun dari mobil

Stiven yang memang jago bela diri membuka jasnya lalu meletakkannya keatap mobil lalu melipat lengan kemejanya

"Tuan ku sedang menunggu didalam, sebaiknya kita selesaikan ini dengan cepat" ucap stiven lalu menghajar orang-orang itu satu persatu.

Gerakan stiven yang cepat dapat menghindari serangan yang ditujukan padanya lalu dengan muda membalas serangan itu, satu persatu stiven mengalahkan orang-orang bertubuh kekar itu namun tiba-tiba seseorang memukul tengkuk stiven dengan sangat kuat hingga membuat penglihatannya buram, ia memegang tengkuknya yang mengeluarkan cairan kental berwarna merah dan tangannya yang lain berpegangan pada mobil untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, stiven melirik kebelakang dan mendapati dhico menyeringai sambil memegang sebuah besi, stiven pun tak menyerah ia menggeleng kepalanya agar membuat kesadarannya kembali stabil namun serangan kedua yang mendarat dikepalanya membuat lelaki itu tak bisa menahannya hingga membuat stiven langsung terbaring pingsan dijalanan

Dhico tersenyum puas setelah membereskan orang yang menghalanginya lalu menjatuhkan besi dari tangannya dan membuka pintu mobil dan menyeret tangan anak laki-laki itu keluar dari sana

REVENGE (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang