Begitu sampai di kost, aku langsung melakukan pekerjaan-pekerjaanku yang tertunda. Aku datang ke tempat laundry dan menyetrika pakaian-pakaian para pelanggan hingga pukul 17.30. Selepas itu, aku kembali ke kost dan bersiap untuk memotret untuk katalog beberapa produk entah itu pakaian maupun produk lainnya di studio foto milik Daniel.
Noel menghubungiku dan meminta aku menjemputnya. Setelah aku menunggu selama 10 menit di depan gedung apartemen, aku melihat Noel keluar dari gedung apartemen menggunakan sweater rajut crew neck oversize berwarna pink pastel yang dipadukan dengan celana berpotongan lurus berbahan linen tebal, tote bag kanvas, dan sepatu sneakers yang ketiganya berwarna putih tulang.
Sejak awal aku bertemu dengan Noel, cara berpakaiannya tidak pernah berubah, dia sering memakai sweater dan celana berpotongan lurus dengan bahan dan warna yang berbeda-beda.
Namun, hari ini, ketika Noel menggunakan sweater berwarna pink pastel, dimataku, itu membuatnya terlihat semakin manis dan imut. Aku tersenyum memandangnya, aku selalu mengaguminya karena aku tak pernah melihat seorang laki-laki yang begitu cantik dan imut seperti dirinya.
"Kak lihat, sekarang aku udah punya helm," kata Noel begitu aku tiba di depan gedung apartemennya. Noel menunjukkan kepadaku helm Bog*nya yang berwarna hitam dengan beberapa garis memanjang putih di bagian bawahnya.
"Oh, kapan belinya?" tanyaku.
"Tadi, di depan gang sana," jawab Noel sambil tersenyum.
"Lucu helmnya, kayak kamu," godaku.
"Lah, kakak! Tuh kan mulai genit!"
Aku tersenyum. "Yuk, naik!" kataku.
Noel segera memakai helmnya dan segera menaiki motorku. Begitu Noel sudah naik, aku menyalakan mesin motorku dan melajukannya menuju studio foto milik Daniel yang berada di pusat kota.
"Wuuuu.... angin sepoi-sepoi..." seru Noel sembari membuka kaca helmnya.
"Awas nanti kelilipan," candaku.
"Kalau kelilipan nanti ditiupin kakak," balasnya.
"Nggak mau ah!" candaku lagi.
Noel pun mencubit pahaku.
"Aaaaakkk!" kataku yang merasa geli karena cubitan Noel dipahaku.
"Jahat banget sih kak! Aku sebel sama Kak Shawn jelek!" kata Noel ngambek.
"Jangan ngambek dong, aku kan cuma bercanda. Maaf ya, Noel," kataku sambil melihat wajah Noel yang sedang cemberut dari kaca spion motorku.
"Nggak tahu ah! Males!" jawab Noel yang masih cemberut.
"Aku minta maaf ya, Noel. Lain kali aku nggak ngomong gitu lagi deh," kataku sembari menggenggam telapak tangan kiri Noel dengan tangan kiriku.
"Iya," jawab Noel singkat.
Aku melepaskan tanganku dari telapak tangan Noel dan kembali memegang stang motor. "Mau jajan?" tanyaku.
"Apa?"
"Tuh, ada kue pukis, roti bakar, jus buah-buahan, es krim?" tanyaku sambil menunjuk pedagang-pedagang jajanan dan minuman dipinggir jalan. "Atau mau jajan di minimarket?" lanjutku bertanya.
"Aku mau jus alpukat aja kak, yang dipinggir jalan itu,"
"Oke," kataku sembari menepikan motorku di dekat pedagang jus buah-buahan.
Aku membelikan Noel jus alpukat dan melanjutkan perjalanan kami. Noel sudah tidak lagi ngambek dan dia kembali ceria.
"Masih jauh nggak kak?" tanya Noel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romance⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...