Aku segera bangkit dari rerumputan dan menghampiri Leah. "Leah, aku..." kataku ragu.
"Kakak berdua udah dapet ikan? Aku bawain ember," tanya Leah kepadaku dan Noel. Leah terlihat sedang memaksakan senyumnya.
"Belum, ini baru mau nyari," jawab Noel.
"Oh, mau aku bantu nyari?" tanya Leah sambil menatap aku dan Noel bergantian.
"Leah, bisa kita bicara?" sahutku sambil memegang lengan Leah.
Leah menepis tanganku dan menatapku dengan matanya yang nampak berkaca-kaca. "Nggak bisa," jawab Leah sambil memalingkan mukanya dariku.
"Leah..." kataku.
"Kalau gitu bicaralah sekarang di sini kak," kata Leah memotong ucapanku.
"Aku... minta maaf ya..." kataku sambil memandang wajah Leah.
"Kenapa? Kakak nggak salah apapun ke aku tuh!" sambil menggigit bibirnya yang bergetar seiring dengan air matanya yang mengalir membasahi kedua pipinya.
"Maaf karena aku bukan contoh yang baik buat kamu. Maaf karena aku berbuat seperti itu di sini, hal buruk yang nggak patut dicontoh," jawabku.
Leah menghela nafasnya dan mengusap air matanya. "Aku cuma kasihan sama ayah. Selama ini ayah selalu menceritakan kakak kepada siapapun yang ia temui, ayah bangga banget sama kakak. Kalau ayah tahu kakak adalah seorang g*y, ayah pasti sedih dan kecewa..." kata Leah dengan suara bergetar.
"Aku bukan... aku bukan g*y, Leah. Seumur hidupku, aku nggak pernah menyukai laki-laki kecuali Noel," sanggah ku.
"Tetep aja kan, Kak Noel laki-laki. Ayah juga belum tahu kalau kakak pernah membuat kehebohan di kampus karena pernikahan kakak di gunung,"
"Kamu tahu tentang itu?" tanyaku kaget.
Leah mengangguk. "Tahu, temen di sekolahku yang kasih tahu. Tapi aku nggak percaya, aku membela kakak sampai semua temanku percaya kalau itu cuma berita bohong. Tapi kepercayaanku agak goyah ketika aku lihat cincin yang kakak dan Kak Noel pakai waktu pertama kali datang. Kak Noel juga pernah keceplosan panggil kakak 'sayang', ditambah yang barusan kakak lakuin sama Kak Noel..."
"Leah..." sahutku.
"Kenapa kakak seperti ini? Apakah kakak habis disakiti perempuan sampai kakak trauma?" tanya Leah sambil menatapku dengan tatapan lembut dari matanya yang berkaca-kaca itu.
"Enggak, aku menyukai Noel gitu aja," jawabku.
Leah melirik Noel sejenak dan Leah menarikku berjalan menjauh dari tempat Noel berdiri.
"Apa kakak ada niatan untuk kembali normal? Aku tahu kakak bukan penyuka ses*ma jenis, ini pasti cuma perasaan sesaat kan kak? Ini bukan cinta yang sebenarnya..." kata Leah kepadaku.
Aku menatap Noel yang berdiri sambil memandang aku dan Leah dari kejauhan. Noel membalikkan badannya dan masuk ke dalam sungai untuk menangkap ikan.
"Nggak bisa, aku bahkan nggak peduli ini normal atau nggak, aku cuma jatuh cinta kepada Noel," jawabku.
Air mata Leah mengalir lagi, ia menatapku sambil berlinang air mata tanpa berkata apa-apa.
Aku mengusap air mata Leah dengan kedua tanganku. "Maafin aku ya, Leah. Aku tahu ini salah tapi... aku nggak bisa mengabaikan perasaanku kepada Noel..." jawabku.
Air mata Leah semakin deras mengalir, aku memeluk Leah sambil terus meminta maaf.
"Gimana nanti masa depan kakak? Apa kakak akan terus hidup bersama dengan Kak Noel? Kakak bisa dibenci dan dianggap menj*jikkan sama orang-orang..." kata Leah sambil menangis di pelukanku. Aku tak menyangka dia malah mencemaskan aku daripada merasa kecewa karena perilakuku.
"Aku nggak apa-apa kok, aku udah siap dengan semua konsekuensinya..." jawabku.
Leah melepaskan tubuhnya dari pelukanku dan menatapku. "Gimana dengan ayah?" tanya Leah.
"Aku akan memberi tahu ayah sendiri nanti tapi itu nggak sekarang. Aku nggak mau merusak suasana pernikahanmu," jawabku.
Leah menganggukkan kepalanya. "Dan... jangan begitu lagi di tempat umum atau tempat terbuka!" kata Leah.
"Iya," jawabku sambil mengangguk.
Setelah kejadian di pinggir sungai dan aku mengakui hubunganku dengan Noel kepada Leah, Leah masih bersikap seperti biasanya, ia bersikap seolah-olah itu tidak pernah terjadi.
***
Hari ini adalah hari pernikahan Leah dengan Lucas. Lucas sudah berdiri di depan altar dan para hadirin berdiri di depan bangku mereka masing-masing menunggu kedatangan pengantin perempuan.
Tak lama, dari luar pintu gereja, ayahku datang sambil menggandeng tangan Leah, senyuman mereka mengembang dan Lucas membalas senyuman mereka dengan senyuman kebahagiaan yang sama. Gaun putih panjang berbahan sutera yang bertabur berlian serta mahkota perak yang berhiaskan berlian membuat Leah nampak lebih cantik dari biasanya.
Pastor memimpin penerimaan sakramen pernikahan kepada Leah dan Lucas setelah Leah tiba di depan altar.
Beberapa saat kemudian, tibalah saatnya kedua mempelai mengucapkan janji pernikahan...
"Dihadapan imam dan para saksi saya, Lucas Tanaka menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Rose Venerini Leah Kristoffer yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dalam suka maupun duka, dalam sehat ataupun sakit. Saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini..."
"Dihadapan imam dan para saksi saya, Rose Venerini Leah Kristoffer menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Lucas Tanaka yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dalam suka maupun duka, dalam sehat ataupun sakit. Saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini..."
Aku merinding ketika mendengarkan Lucas dan Leah mengucapkan janji pernikahan mereka. Sekilas, sebuah pikiran konyol sempat terlintas dalam benakku, sesuatu yang sangat tidak mungkin bagi aku dan Noel.
Aku melirik ke arah Noel dan melihatnya sedang menatap ke arahku dengan tatapan mata yang nampak sendu.
Noel berbisik tepat di telingaku, "maaf aku nggak bisa kasih kamu pernikahan yang seperti ini..."
Aku mengusap bahu Noel. "Nggak apa-apa. Buatku, nggak ada bedanya selama kita selalu bersama," kataku berbisik juga.
Noel tersenyum dan ia mengusap kepalaku dengan lembut. Kami pun kembali fokus dengan pernikahan Leah dan Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romance⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...