Chapter 34 - Jatuh Cinta kepada Orang yang Sama

49 8 0
                                    

Malam hari, setelah aku, ayahku, Darren, Leah, Lucas, dan Noel makan malam bersama dari hasil tangkapan ikan di sungai tadi siang, aku berpamitan untuk pergi ke kota mencari sinyal dengan alasan mencari jurnal untuk proposal skripsiku. Padahal, sebenarnya aku ada tujuan lain, aku sedang berusaha mencari uang untuk membayar hutang ayahku.

Noel yang sebenarnya tidak kuajak meminta ikut denganku. Aku tak enak menolaknya jadi aku mengajak Noel bersamaku. Noel tak mau jika aku memboncengkannya, dialah yang memboncengkan aku dengan motor tua ayahku.

Kami pun pergi ke sebuah kafe yang buka 24 jam di kota.

"Lihat dong sayang!" seru Noel ketika aku membuka laptopku di kafe.

Aku berpura-pura mengerjakan proposal skripsi karena Noel terus mengawasi apa yang kulakukan. "Kamu nggak mau main game atau ngapain gitu? WiFi di sini kenceng loh!" kataku.

Noel menggeleng. "Aku pengen menikmati waktu berdua kita. Sayang kan sibuk banget hari ini..." jawab Noel. "Nanti malem kita bobok sekamar kan, sayang?" lanjut Noel bertanya.

"Iya sayang," jawabku sambil mengetik menggunakan laptopku.

"Aku pengen n*suk kamu sayang," bisik Noel tepat ditelingaku.

Mataku seketika terbelalak mendengarnya. "Sayang... jangan ya..." kataku memohon.

"Semakin sayang menolak semakin pengen kut*suk!" bisik Noel lagi.

Aku menghela nafasku. "Ya udah sayang, iya. Kamu mau ngapain aku kayak gimanapun boleh kok..." jawabku. "Emm... sayang, aku ke parkiran sebentar ya, kunci motorku ketinggalan," kataku berbohong.

"Oh, oke, jangan lama-lama ya sayang..." jawab Noel.

Aku menjawab ucapan Noel dengan anggukan dan senyuman. Aku bergegas ke tempat parkir dan menelpon Daniel.

"Halo, Daniel..." kataku.

"Ya, halo. Ada apa?" tanya Daniel.

"Emmm... begini... emmm..." kataku ragu.

"Bilang aja nggak apa-apa, Shawn," sahut Daniel.

"Emm... boleh aku minta gajiku diawal?" tanyaku ragu-ragu.

"Kamu lagi ada masalah kah?" tanya Daniel dengan suara yang lembut.

"Nggak ada kok. Jadi, boleh nggak?"

"Boleh. Kamu butuhnya berapa?"

"Lima... eh, maksudku dua puluh lima juta, tapi kalau nggak ada, dikurangin juga nggak apa-apa kok,"

"Ada, cuma itu?" tanya Daniel santai.

"Iya, cuma itu..."

"Kamu lagi ada masalah di rumah ya?" tanya Daniel.

"Nggak kok," sanggahku.

"Pasti ada kan, suara kamu nggak bisa bohong. Masalahnya apa?"

"Nggak ada masalah, Dan. Makasih udah perhatian,"

"Ya udah kalau nggak mau cerita. Aku udah kirim tuh lima puluh juta, kalau butuh apa-apa lagi bilang aja ya, aku pasti bantu kok,"

"Dua puluh lima juta aja, Daniel," kataku.

"Nggak, kamu kan butuhnya lima puluh juta kan? Sebagai gantinya, kamu harus kerja bareng aku seumur hidupmu," canda Daniel.

"Eh,"

"Canda. Udah ya, aku masih ada banyak kerjaan nih. Dah ya, Shawnku yang cantik, moga masalahnya cepat selesai," ucap Daniel.

"Apa tadi? Kamu panggil aku apa?" tanyaku yang samar-samar mendengar Daniel memanggilku 'cantik'.

"Apa?" kata Daniel balik bertanya. "Ada yang bisa aku bantu lagi kah?" lanjut Daniel.

"Nggak ada, makasih banyak. Aku bakalan ganti uangnya secepatnya, makasih banyak," kataku yang merasa tersentuh dengan kepedulian Daniel kepadaku yang membantuku tanpa berpikir panjang.

"Santai aja, uangku kan banyak hahaha!" jawab Daniel.

"Iya. Sekali lagi makasih udah pinjemin lima puluh juta," kataku.

"Iya sama-sama, cantik," jawab Daniel sebelum ia menutup teleponnya.

"Eh, apa?" tanyaku mencoba memastikan apakah aku salah dengar atau tidak. Namun, Daniel sudah lebih dahulu menutup teleponnya. Mungkin dia mabuk, pikirku.

Aku memeriksa rekeningku melalui ponselku, Daniel benar-benar sudah mengirim uang sebanyak yang dia katakan.

"Lima puluh juta buat apa?" tanya Noel mengangetkanku. Ia muncul tiba-tiba dihadapanku.

"Nggak, itu cuma gajiku kok," jawabku, panik.

"Gaji apa sebanyak itu? Sayang j*al diri? Atau selingkuh sama sugar daddy?" tanya Noel sambil menatap tajam ke arahku.

"Enggak sayang, tadi itu Daniel,"

"Kalau itu Kak Daniel kenapa sayang nelpon sembunyi-sembunyi di sini?"

"Aku ambil kunci, kebetulan Daniel telpon,"

"Oh, sumpah?"

"Iya..."

"Oke, aku percaya kali ini tapi kalau sayang ketahuan bohong, nanti sayang dapat hukuman, dit*suk tujuh hari berturut-turut,"

"Iya sayang, aku nggak bohong kok," jawabku sambil membelai rambut Noel tetapi Noel menepis tanganku dari kepalanya.

"...yang cantik yang lebih cocok dibelai rambutnya," kata Noel sambil membelai rambutku sambil tersenyum.

Senyumannya kali ini terlihat sangat maskulin. Aku menatap senyuman Noel yang terlihat maskulin itu, biasanya jika Noel tersenyum, ia akan terlihat imut dan cantik tetapi senyumannya kali ini terlihat berbeda.

Jantungku tiba-tiba saja berdetak kencang, belaian lembut yang diberikan Noel dikepalaku dan senyumannya yang maskulin itu membuatku merasa canggung.

Angin malam pun bertiup, menerpa tubuh kami. Noel melepaskan jaketnya dan memakaikannya di tubuhku.

"Maaf, aku baru sadar kalau sayang nggak pakai jaket. Pakai aja jaketku, di sini dingin," kata Noel sambil merapikan jaketnya di tubuhku.

Aku menganggukkan kepalaku. Pesona Noel yang maskulin dan tampan membiusku dan membuatku perlahan mulai menerima perhatian yang diberikan Noel kepadaku.

Noel menggandeng tanganku dan membawaku masuk kembali ke dalam kafe. Jantungku terus berdebar kencang seperti debaran jantung yang kurasakan dulu ketika awal mula aku jatuh cinta kepada Noel.

Sekarang rasanya, aku jatuh cinta lagi kepada seseorang yang sama tetapi dengan penampilan dan kepribadiannya yang sangat berbeda...

Noel Kristoffer (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang