Chapter 39 - Pergi dengan Hati yang Patah

58 8 0
                                    

⚠️ PERINGATAN! Chapter ini mengandung konten dewasa. Kebijaksanaan pembaca diharapkan.

***

Aku mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi menuju rumah Daniel. Pikiranku terasa sangat kacau dan tubuhku masih terasa gemetar.

"Oh, kamu beneran datang? Ayo kita pesta!" kata Daniel sambil menarik tanganku masuk ke dalam rumahnya begitu ia membukakan pintu rumahnya untukku.

Daniel mengajakku ke taman belakang rumahnya. Aku melihat beberapa botol minuman beralkohol dan sekotak rokok di atas meja batu di tengah taman itu.

Begitu kami duduk di bangku batu yang tertata mengelilingi meja batu itu, Daniel menuangkan segelas minuman beralkohol untukku.

Begitu kami duduk di bangku batu yang tertata mengelilingi meja batu itu, Daniel menuangkan segelas minuman beralkohol untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sketch by: Shawn Ellian

"Minumlah," kata Daniel sambil menuangkan botol berisi minuman beralkohol ke dalam gelasnya dan mengangkat gelas itu ke hadapanku.

Aku mengambil gelas berisi minuman beralkohol yang disiapkan untukku dan meneguk minuman itu yang tak sengaja tercampur dengan lelehan air mataku.

Aku melirik ke arah Daniel, ia terus menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelasnya. Matanya memerah, tetapi air mata tak lagi mengalir dari matanya seperti tadi ketika aku melihatnya terus meneteskan air mata selama di mobil. Daniel sudah menumpahkan air matanya ketika aku tak ada, kurasa.

Daniel balas menatapku dan ia mengusap air mata di pipiku. "Kenapa kamu menangis? Kamu udah ketemu Noel?" tanya Daniel.

Aku menganggukkan kepalaku dan menuangkan botol berisi minuman beralkohol ke dalam gelasku. Aku meneguk minuman itu lagi dan lagi. Aku juga membiarkan air mataku terus mengalir hingga tercampur dengan minuman itu.

Daniel menghentikan tanganku dan menatapku. Mataku tidak bisa melihat wajah Daniel dengan jelas karena air mata yang terus meleleh dari mataku.

Daniel memelukku dan mengusap punggungku. "Jangan menangis atau aku c*um kamu," ucap Daniel.

"Kalau gitu, c*um lah," jawabku tanpa berpikir.

Daniel melepaskan pelukannya dari tubuhku dan menatapku. "Aku serius loh," kata Daniel.

"Aku juga," jawabku.

Pipi Daniel memancarkan semburat merah muda, pandangan matanya yang tadinya mengarah ke mataku, turun ke arah bibirku.

Daniel mendekatkan kepalanya dengan kepalaku dan meng*cup bibirku. Aku memejamkan mataku dan merasakan sentuhan yang bibir dan lidah Daniel kepada bibir dan lidahku. Namun, aku membayangkan orang lain, aku membayangkan Noel yang melakukannya kepadaku.

Daniel memeluk erat tubuhku dan semakin brutal menc*umi mulut serta bibirku. Aku membuka sedikit mataku, mataku dan mata Daniel saling bertemu. Namun, dengan segera, aku mengalihkan pandanganku.

Daniel menc*umi leherku dan mem*sukkan tangannya ke dalam kaosku. Daniel mer*ba tubuhku dan perlahan membuka kaosku. Daniel menc*umi lagi bibirku dan telingaku.

Hembusan nafas yang terasa hangat terdengar dan terasa begitu jelas di telingaku. Hembusan nafas yang mengingatkanku dengan hembusan nafas yang hampir setiap malam kudengar ketika aku dan Noel sedang bers*tub*h.

Daniel memb*ka kaosnya dan memelukku dengan erat, sambil terus berc*uman, ia menuntun langkah kami menuju sebuah kamar, yang tak lain adalah kamar tidur Daniel.

Tubuhku didorong dengan lembut dan dibaringkan di ranjang oleh Daniel. Daniel mel*paskan celanaku dan mel*paskan juga celananya hingga tak sehelai benangpun menempel ditubuh kami.

Aku berusaha meraih saklar lampu kamar untuk mematikan lampu yang begitu terang benderang ini. Namun, Daniel mencegahku.

"Biarin nyala aja, kalau gelap kamu pasti membayangkan orang lain," kata Daniel sambil memegangi kedua tanganku di atas ranjang. "Ini aku dan kamu, Daniel dan Shawn, bukan yang lainnya..." lanjutnya sebelum ia mulai menc*umi tubuhku lagi.

Aku hanya pasrah ketika Daniel menc*umi tubuhku. Hatiku yang sedang kacau ditambah dengan minuman keras yang ku teguk membuatku tak bisa berpikir dengan jernih malam ini...

Noel Kristoffer (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang