Chapter 37 - Kembali Bekerja

34 8 0
                                    

Leah dan Lucas berencana tinggal di rumah ayah selama satu bulan setelah pernikahan mereka. Sedangkan aku dan Noel kembali ke kampus tiga hari setelah pernikahan Leah dan Lucas.

Ayah dan Darren mengantarkan aku dan Noel ke bandara menggunakan motor tua milik ayahku.

"...yang rukun ya kalian berdua..." kata ayahku kepada aku dan Noel sambil memegangi kedua tangan kami bersamaan.

"Iya, ayah," jawabku.

"Kalau ada yang menghujat nggak usah didengerin, toh kalian nggak merugikan mereka," kata ayahku lagi.

"Maksud ayah? Ayah udah tahu tentang aku dan Noel?" tanyaku ragu.

Ayahku mengangguk. "Tahu," jawab ayah sambil tersenyum.

Mulutku menganga mendengar ayah begitu santai menyikapi semua ini. "Leah memberi tahu ayah?" tanyaku.

"Emang Leah juga udah tahu?" kata ayahku balik bertanya.

"Iya, Leah tahu," jawabku. "Darimana ayah tahu?" lanjutku bertanya.

Ayah menepuk bahuku. "Tentu ayah tahu, aku kan ayahmu, aku bisa melihatnya dari gerak-gerikmu," jawab ayah. "Udah sana, jangan sampai ketinggalan pesawat," lanjut ayahku.

"Makasih ayah," kataku sambil memeluk ayahku.

"Iya," jawab ayah sambil mengusap punggungku.

"Terima kasih ayah sudah merestui hubungan kami," kata Noel sambil tersenyum.

Ayahku mengangguk-anggukkan kepalanya dan memeluk Noel. "Jadi, kamu sekarang menantuku kan?" tanya ayahku sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Noel.

"Iya, kalau ayah nggak keberatan," jawab Noel.

"Ayah nggak keberatan," jawab ayahku.

Kami berpisah setelah percakapan itu.

Aku merasa lega, keluargaku menerima Noel dan tidak menentang hubunganku dengan Noel. Aku tak menyangka semudah ini mendapatkan restu dari keluarga.

Selama perjalanan, aku dan Noel selalu berpegangan tangan. Tangan Noel yang dulunya terasa lembut dan lentik, kini terasa agak kasar, kekar, dan berurat. Noel selalu menjagaku, mengalah, dan bersikap gentleman. Noel yang imut dan cantik yang dulu memang benar-benar sudah hilang, tetapi aku bisa memastikan bahwa perasaanku kepada Noel tak ada bedanya dulu ataupun sekarang.

"Sayang kan habis makan roti, nih minum..." kata Noel sambil membukakan tutup botol air mineral untukku.

Aku tersenyum dan mengambil botol minuman itu dari tangan Noel. Aku tak lagi menyangkal atau menolak setiap perhatian yang Noel berikan padaku. Tak apa jika kami bertukar peran, toh Noel tetaplah Noel.

***

Sesampainya di apartemen Noel, aku langsung bersiap untuk bekerja. "Sayang, aku anterin ya..." kata Noel.

"Iya," jawabku sambil tersenyum menatap wajah Noel yang terlihat semakin tampan dari hari ke hari.

"Sini tasnya, biar aku yang bawa, sayang," kata Noel sembari meraih tas yang sedang kupegang di tanganku. Noel kemudian melingkarkan tasku itu di bahu kirinya. "Ayo, sayang," lanjut Noel sembari meraih tangan kananku dan menggandengnya.

Noel memboncengkan aku dengan motor sport miliknya menuju studio foto Daniel yang ada di pusat kota. Di tangan perjalanan, Noel meraih tanganku dan melingkarkannya di perutnya. "Pegangan sayang..." kata Noel.

"Rame sayang, dilihatin orang," jawabku sambil menarik tanganku dari perut Noel.

"Emang kenapa? Mereka kan nggak kenal kita, pegangan aja biar sayang nggak terbang ketiup angin," canda Noel sembari menarik kembali tanganku dan melingkarkannya di perutnya.

"Iyaa..." jawabku.

Aku menuruti apa yang Noel minta, aku memeluk Noel dari belakang. Tanpa sengaja, aroma parfum yang terasa dingin dan maskulin masuk melalui rongga hidungku ketika aku menarik nafas. Aku pun semakin erat memeluk Noel untuk lebih dekat menghirup aroma wangi itu.

Perjalanan yang seharusnya 30 menit terasa lebih cepat, seperti hanya 5 menit saja.

"Merem sayang," kata Noel begitu aku turun dari motor dan melepaskan helmku.

"Mau ngapain?" tanyaku curiga.

Noel melepaskan helmnya dari kepalanya. "Mau kasih hadiah, merem buruan, sayang. Mumpung sepi,"

Aku tersenyum, aku pikir, Noel akan mengecup pipi atau keningku.

Aku memejamkan mataku. Namun, tak seperti yang kuduga, Noel menc*um dan sedikit meng*git bibirku. Sontak, aku membuka mataku dan menoleh ke sekelilingku, beruntung, tak ada orang lain ataupun CCTV di sana.

Noel memakai helmnya lagi dan mengambil helmku dari tanganku. "Nanti kalau udah selesai telpon ya, sayang. Aku mau ke tempat temenku dulu," kata Noel.

"Oke, daa!" kataku sambil melambaikan tangan.

Noel balas melambaikan tangan dan ia berlalu.

"Ciyee, pacar baru!" seru Daniel yang tiba-tiba keluar dari dalam mobil.

"Hah? Kamu di sana sejak tadi?" tanyaku kaget.

"Iya, aku lihat loh! Pacar barumu ganteng banget!" canda Daniel sambil menahan tawa.

"Dia Noel loh!" jawabku.

Mata Daniel tiba-tiba terbelalak. "HAH? SERIUS?" tanyanya.

"Iya," jawabku sambil mengangguk.

"Kok beda banget, aku kira beda orang,"

"Ya udah yuk masuk, ada kerjaan apa aja hari ini?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Ada foto wisuda, banyak banget. Kamu di studio 5 ya," kata Daniel.

"Oke!" jawabku.

Noel Kristoffer (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang