Chapter 4 - Berbelanja Bersama

132 16 3
                                    

Aku dan Noel sering bertemu semenjak kami bertukar nomor telepon. Ketika Noel ingin pergi ke suatu tempat untuk membeli barang-barang yang ia butuhkan seperti pergi ke toko buku, mall, supermarket, dia selalu meminta aku menemaninya. Aku sebenarnya tipe orang yang tidak mau membuang-buang waktuku untuk bepergian ke suatu tempat yang memang tidak perlu aku datangi. Aku juga lebih senang bepergian kemanapun sendirian daripada harus bersama dengan orang lain. Namun, entah mengapa, ketika Noel yang mengajakku, aku merasa sangat bersemangat dan sama sekali tidak merasa keberatan menemaninya pergi kemanapun.

Hari ini, Noel memintaku menemaninya belanja kebutuhan sehari-hari Noel di supermarket.

"Belanja berdua begini bikin aku merasa kayak pasutri," celetuk Noel ketika kami sedang berjalan menyusuri lorong supermarket.

Aku tertawa kecil sambil terus berjalan mendorong keranjang belanjaan Noel. "Kita kan sama-sama laki-laki, masa pasutri sih," kataku.

"Kalau gitu pasusu," jawab Noel sambil melihat-lihat etalase parfum.

"Pasusu?"

"Ya, pasusu, pasangan suami-suami," jawab Noel sambil menatapku tanpa ekspresi.

Sontak aku pun tertawa. Entah mengapa Noel bisa bercanda dengan wajah tanpa ekspresi seperti itu.

"Kak, parfum kakak yang mana? Aku pengen pakai parfum yang sama kayak punya kakak soalnya aromanya enak!" kata Noel mengganti topik pembicaraannya begitu saja.

"Parfumku nggak ada di sini," jawabku.

"Terus? Di mana? Kakak beli online dari luar negeri?"

Aku menggeleng. "Aku pakai parfum laundry yang dijual literan itu. Sebenernya bukan buat parfum sih, aku pakai itu buat setrika baju-bajuku," jawabku.

"Oh, ya udah. Nggak usah beli di sini berarti. Hmmm kalau perawatan wajah kakak pakai apa?" tanya Noel sambil berjalan ke arah etalase produk perawatan kulit dan wajah.

"Nggak pernah perawatan wajah aku tuh. Cuma pakai sabun mandi," jawabku sambil mengikuti langkah Noel.

Noel membalikkan badannya menghadapku dan menengadahkan kepalanya menatap wajahku. Ia kemudian mencubit pipiku. "Masa? Kok wajahnya bisa lembut dan kenyal begini? Bersih lagi! Kakak pasti bohong!"

Aku tersenyum, perbedaan tinggi badan kami membuat Noel terlihat imut dan menggemaskan saat ia menatapku sambil menengadahkan kepalanya. "Beneran Noel. Kulit wajahmu kan lebih bagus dari aku, masa malah nanya ke aku sih?" tanyaku sambil mencubit pipi Noel juga.

Noel memalingkan mukanya, terlihat semburat merah muda memancar tipis dari kedua pipinya.

"Masa sih?" tanya Noel sambil mengusap-usap pipinya sendiri. "Oh iya kak! Besok Sabtu kan kita ada malam keakraban klub! Aku harus beli camilan sekarang! Ayo ke tempat camilan!" lanjut Noel dengan bersemangat.

"Yuk!" jawabku sambil tersenyum menatap Noel yang imut.

Aku mengikuti langkah Noel kemanapun dia mencari barang-barang yang akan dia beli dan membantunya mengambil barang di rak yang tinggi serta membantunya mendorong keranjang belanjaan.

Noel terlihat sangat ceria dan manis, ia sering tersenyum lebar dan berbicara banyak hal secara acak seperti topik pembicaraan yang sering berganti begitu saja. Namun, aku menikmati setiap pembicaraanku dengannya. Kecanggunganku perlahan memudar karena kepribadian Noel yang begitu terbuka itu.

Setelah hampir satu jam berbelanja, kami pulang...

Setelah hampir satu jam berbelanja, kami pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi: Leisha Huang

"Noel, makan siang bareng yuk!" tanyaku kepada Noel dalam perjalanan.

"Boleh. Aku mau makan steak!" jawab Noel dengan bersemangat.

"Oke," jawabku sambil mengingat jumlah uang yang aku bawa didompetku hari ini.

"Sekarang giliran aku yang traktir kakak!" sahut Noel.

"Nggak, nggak, aku aja," jawabku.

"Aku!"

"Aku aja, Noel. Kan aku yang ngajakin makan,"

"AKUUUUU. Aku pokoknya aku! Kan kakak udah bayarin makan terus tiap kita makan bareng, masa aku nggak pernah!"

"Nggak apa-apa dong," jawabku.

"Kalau gitu nanti habis makan kita suit, yang menang yang traktir," sahut Noel.

"Iya deh," jawabku.

Noel Kristoffer (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang