Ketika aku dan Noel melangkahkan kaki keluar dari aula, tanpa sengaja kami berpapasan dengan Michella. Aku menoleh ke arah Michella dan menyapanya. "Hai, Michella," sapaku dengan ragu-ragu.
Namun, lagi-lagi Michella mengabaikanku seperti biasanya. Dia bahkan tak menatapku sama sekali.
Sejak aku dan Michella putus, kami menjadi orang asing. Kami sering bertemu ketika bekerja dan mengikuti kegiatan klub tetapi kami tidak saling bicara. Walaupun perasaanku padanya sudah tidak ada, bersikap seperti orang asing membuatku merasa tidak nyaman terlebih ada beberapa hal tentang pekerjaan dan kegiatan klub yang kadang perlu kita bicarakan.
"Itu tadi pacar kakak kan? Kenapa kalian saling cuek?" tanya Noel begitu kamu berjalan di jalan setapak depan aula.
"Kami udah putus sekitar setahun yang lalu. Michella bukan pacarku lagi sekarang," jawabku.
"Terus kenapa temen-temen kakak ngiranya kalian masih pacaran?" tanya Noel.
"Sebenernya mereka udah tahu kalau aku dan Michella udah putus kok. Cuma mereka itu kayak masih jodoh-jodohin aku sama dia," jawabku.
"Emang kenapa putus? Kakak selingkuh ya?" tanya Noel dengan muka polosnya.
Aku tersenyum. "Enggak kok," jawabku singkat.
"Terus kenapa?"
"Mmmm..." gumamku sambil berpikir untuk menceritakan penyebab aku dan Michella putus atau tidak.
"Kenapa? Kenapa? Kenapa?" tanya Noel sambil mencondongkan wajahnya tepat di depan wajahku.
"Karena... aku nggak bisa membahagiakan dia," jawabku tanpa berpikir panjang.
"Emang kakak ngapain kok nggak bisa membahagiakan dia?" tanya Noel. "Terus yang putusin siapa?" lanjut Noel bertanya.
Aku tersenyum melihat Noel yang terus bertanya kepadaku. "Michella yang putusin," jawabku singkat. "Mau aku fotoin nggak? Itu tamannya bagus," kataku sambil menunjuk taman bunga yang ada di sisi kiri kami untuk mengalihkan pembicaraan.
"Nggak mau! Ceritain dulu kak! Aku pengen tahu!" paksa Noel. "Dari awal kakak pacaran sampai putus," lanjutnya.
Aku tersenyum lagi. "Kamu kepo banget sih," candaku.
"Biarin! Kan aku harus tahu latar belakang seseorang sebelum aku lebih dekat biar nggak salah pilih," jawab Noel. "Jadi, cepet cerita!" lanjutnya.
"Ya udah kita duduk di bangku itu. Nanti aku ceritain semuanya," kataku.
Aku dan Noel duduk di bangku taman di dekat kolam teratai.
"Cepetan cerita! Dari awal kenal sampai putus!" bentak Noel.
"Iya iyaa... aku lagi merangkai kata-kata dulu tadi," jawabku setengah bercanda. "Aku kenal Michella waktu aku masih mahasiswa baru. Waktu itu, temen sejurusanku Daniel lagi ada pekerjaan foto katalog produk fashion cewek, modelnya itu kebetulan putri dari pemilik usaha itu sendiri, Michella dan Michelle. Karena banyak yang harus difoto, Daniel ngajakin aku dan di sanalah pertama kalinya aku ketemu Michella dan Michelle. Singkat cerita, karena kami berempat sering ketemu, kami saling jatuh cinta dan akhirnya pacaran beberapa bulan kemudian. Daniel dengan Michelle dan aku dengan Michella. Tapi, setelah hampir enam bulan pacaran, tepatnya sih akhir semester tiga, aku dan Michella putus..." kataku bercerita.
"Terus kakak putus kenapa?"
Aku menghela nafasku. "Karena... perbedaan status ekonomi keluarga Michella dengan keluargaku. Tumbuh dari keluarga dengan status ekonomi yang berbeda membuat aku dan Michella punya gaya hidup yang berbeda. Awalnya kupikir itu nggak akan jadi masalah karena setelah lulus aku bisa dapat pekerjaan yang baik. Tapi kenyataannya, aku nggak bisa bikin Michella merasa bahagia ketika kami pacaran..." jawabku sambil menundukkan kepalaku menatap bunga teratai di hadapanku.
"Daniel selalu beliin Michelle barang-barang mahal dan ajak Michelle ke tempat mewah ketika kencan. Setiap kali Michelle dapet hadiah mahal dan diajak Daniel kencan ke tempat mewah, Michella ceritain itu ke aku sambil nangis. Dia selalu bilang, kalau dia juga pengen diperlakuin kayak gitu. Aku pun akhirnya ambil banyak pekerjaan paruh waktu supaya aku bisa menuruti permintaan Michella tapi penghasilanku dari pekerjaan-pekerjaan paruh waktu nggak cukup banyak. Pada akhirnya, Michella jatuh cinta sama seorang model pria.. Model itu kaya dan mapan dan dia bisa menuruti apa aja kemauan Michella. Sejak saat itulah, Michella putusin aku..." lanjutku.
Noel mengusap-usap bahuku. Aku menatap wajahnya yang nampak muram dan kesal.
"Dasar cewek mata duitan!" ucap Noel kesal.
"Itu bukan salah dia, Noel. Itu salahku yang nggak sadar diri sejak awal," kataku.
"Bukan salah kakak lah! Dia mau jadi pacar kakak kan harusnya tahu bakalan kayak gimana! Terus Kak Michelle dan Kak Daniel tahu kalau Kak Michella udah punya pacar baru?"
Aku mengangguk. "Tahu," jawabku.
"Mereka tahu dan masih jodoh-jodohin kakak sama Kak Michella itu artinya kakak lebih disukai sama mereka dibandingkan model cowok sok-sokan itu!" kata Noel penuh emosi.
Aku tertawa kecil. "Udah dong, jangan marah-marah terus, aku kan takut," candaku.
Noel memasang wajahnya di depan wajahku. "Terus kakak masih suka nggak sama Kak Michella?" lanjutnya.
"Enggak," jawabku.
"Beneran nggak ada perasaan lagi?"
Aku mengangguk dengan yakin. "Beneran kok," jawabku.
"Sumpah?"
"Iya, sumpah," jawabku sambil menahan tawa tingkah Noel yang lucu.
"Emang orang tua kakak kerjanya apa sih?" tanya Noel kemudian.
"Ayahku pedagang buah,"
"Ibu?"
"Udah nggak ada,"
"Oh, maaf kak..."
"Iya, nggak apa-apa," jawabku. "Ke ruang makan yuk! Udah jam 12," lanjutku.
Noel menjawab ajakanku dengan anggukan dan senyuman manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romance⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...