Chapter 19 - Malam yang Indah

98 11 0
                                    

⚠️ PERINGATAN! Chapter ini mengandung konten dewasa. Kebijaksanaan pembaca diharapkan.

***

Aku yang sedari tadi mengalihkan pandanganku dari Noel tanpa sengaja memandang Noel lagi. Aku melihat krim kue masih menempel di bibir atas Noel.

Aku menatap wajah Noel dan mendekatkan kepalaku dengan kepala Noel. Noel balas menatapku dengan matanya yang bergetar dan pipinya yang merona merah. Detak jantung Noel dan detak jantungku terdengar saling bersahutan ketika wajah kami berada dalam jarak sedekat ini.

Aku sudah tidak bisa menahan diriku lagi melihat Noel yang begitu manis dan cantik hingga akhirnya aku meng*cup bibir Noel dan menj*lat krim di bibir Noel dengan lidahku. Noel memejamkan matanya dan aku mel*mat bibir Noel dengan bibir dan lidahku. Aku memasukkan lidahku ke dalam mulut Noel dan menjelajahi setiap bagian dalam mulut Noel dengan lidahku. Aku menyapa lidah Noel dengan lidahku dan menghisap lidah Noel dengan lembut.

Aroma nafas Noel yang terasa harum dan hangat membuatku ingin menc*um Noel lebih lama lagi. Aku memeluk erat tubuh Noel dan terus menjelajahi mulut Noel dengan lidahku. Noel balas memelukku dengan erat dan dia seolah pasrah dengan apa yang kulakukan ini.

Aku menc*umi leher Noel dan memasukkan tanganku ke dalam pakaian Noel. Aku meraba setiap bagian tubuh Noel dengan tanganku.

Noel memanglah seorang laki-laki yang mempunyai d*da yang rata, tetapi itu tidak mempengaruhi apapun, aku menyukainya, setiap bagian tubuh Noel yang kus*ntuh, aku menyukainya, seperti apapun dia.

"Ah... kakak..." rintih Noel ketika aku menc*umi lehernya sambil meraba tubuhnya.

"Hmmm?" tanyaku yang tak berhenti menc*umi leher dan mer*ba tubuh Noel.

Aku meraba p*ha Noel, dari p*ha bagian luar hingga p*ha bagian dalam sambil terus menciumi wajah serta lehernya. Aku memasukkan tanganku ke dalam celana Noel dan meraba bagian tubuhnya yang berada di balik celananya itu.

Noel tiba-tiba membuka matanya dan menatapku.

Aku mengeluarkan tanganku dari dalam celana Noel. "Maaf," kataku sambil menunduk.

"Aku nggak keberatan kok kak. Aku cuma agak kaget aja, lanjutin aja nggak apa-apa kak..." kata Noel.

"Beneran?" tanyaku.

Noel mengangguk-anggukkan kepalanya, semburat merah di kedua pipinya nampak semakin jelas.

Aku membopong Noel dan membaringkan tubuh Noel di atas tikar tempat biasa aku tidur. Aku melep*skan pakaianku dan Noel memandangi badanku, ia kemudian menyentuh otot perutku dengan ujung jari telunjuknya.

"Perut kakak keras banget... ototnya..." kata Noel malu-malu.

"Pegang aja nggak apa-apa," kataku sembari menempelkan tangan Noel di perut dan dadaku.

Noel menarik nafas panjang dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kenapa? Apa ada yang salah?" tanyaku.

"Aku seneng banget sampai rasanya malu. Aku belum pernah meny*ntuh otot badan cowok secara langsung kayak gini..." kata Noel.

Aku tersenyum. "Nggak usah malu, kan cuma ada aku sama kamu di sini..." kataku. "Aku b*ka baju kamu ya?" tanyaku.

"Aku malu... aku nggak berotot kayak kakak..."

"Nggak apa-apa, aku malah suka..."

"Beneran?" tanya Noel.

Aku mengangguk. "Iya, aku suka..." jawabku. "Jadi, boleh aku buka?" lanjutku bertanya.

"Ya... ya... udah, buka aja..." jawab Noel gugup.

Setelah mendapat persetujuannya, aku mel*paskan baju Noel dan menahan kedua tangan Noel tepat di samping kepalanya. Aku menc*umi tubuh Noel mulai dari leh*rnya, lengannya, d*danya, dan perutnya. Sambil menc*umi tubuhnya aku mer*ba p*ha Noel lagi dan memb*ka celana Noel perlahan-lahan.

Noel tak berontak, lagi-lagi dia pasrah dan membiarkan aku melakukan apapun pada tub*hnya. Ketika seluruh pakaian Noel telah terl*pas dari tubuhnya, aku mel*paskan celanaku. Aku dan Noel sama-sama tel*njang tanpa sehelai benang pun menempel pada tubuh kami. Sejenak, kami saling menatap dengan canggung.

Aku mematikan lampu kamarku hingga menyisakan sedikit cahaya remang-remang yang menemani m*lam panas kami berdua ini. Kami melewati m*lam panas ini sambil mendengarkan berjudul Feel Better dari band Inner Wave yang kuputar di ponselku.

***

Cahaya matahari pagi yang menembus masuk dari kaca jendela kamar jatuh tepat di wajahku. Aku membuka mataku dan mendapati Noel sedang tertidur pulas sambil memelukku dengan erat. Pakaianku dan pakaian Noel berserakan di lantai, kami berdua menutupi tubuh kami yang tel*njang hanya dengan selimut. Aku meng*cup kening Noel dan Noel pun terbangun. Noel menatapku dengan ragu-ragu dan menyembunyikan wajahnya di dadaku.

Aku tersenyum melihat Noel yang terus bersikap malu-malu sejak semalam.

Aku mengusap kepala Noel dengan lembut. "Makasih ya sayang..." kataku.

Noel tak menjawab apapun, dia malah semakin membenamkan kepalanya di dadaku.

Aku tertawa kecil dan menggeser tubuhku. "Geli sayang..." kataku.

Noel menempelkan kepalanya ke dadaku lagi ketika aku bergeser. "Oh, aku malu banget..." gumamnya.

"Mandi yuk! Terus sarapan," ajakku.

"Kakak ke kamar mandi terus mandi duluan, aku mau pakai baju dulu..." kata Noel sambil menarik selimut hingga menutupi sampai lehernya.

Aku tersenyum. "Kan kita udah saling lihat, masa masih malu kayak gitu?" godaku.

Noel tiba-tiba mencubit lenganku dengan keras.

"Aaaaakkk!" rintihku.

"Kakak c*bul banget! Dasar mes*mmm!!!!" omelnya.

Aku tertawa kecil melihat Noel yang mengomel.

Hari itu, aku dan Noel menghabiskan hari libur Natal bersama seharian. Aku tidak lagi memikirkan apa yang benar dan salah tentang hubungan ini. Aku hanya menjalaninya dan membiarkan waktu membawa kami entah kemana...

 Aku hanya menjalaninya dan membiarkan waktu membawa kami entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Noel Kristoffer (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang