Beberapa bulan berlalu, aku dan Noel sepakat untuk merahasiakan hubungan kami berdua dari orang-orang.
Aku sering menginap di apartemen Noel dan Noel juga sering menginap di kostku. Aku dan Noel tidak tinggal bersama karena apartemen cukup jauh dari tempat kerjaku dan kostku cukup jauh dari universitas. Ketika ada pekerjaan, aku menginap di kostku dan Noel sering ikut aku menginap di kost. Begitu juga sebaliknya, jika ada kuliah, aku menginap di apartemen Noel bersama Noel. Tak ada yang mencurigai kami karena orang-orang di sekitar kami mengira kami adalah kakak beradik.
Hari ini, hari Sabtu pada minggu kedua bulan Mei, klub fotografi mengadakan kegiatan mendaki gunung. Acara ini sebenarnya, sifatnya tidak wajib karena sebagian anggota klub ada yang tidak menyukai mendaki gunung. Namun, tetap saja, setiap tahunnya, kegiatan mendaki gunung diikuti oleh hampir semua anggota klub karena banyak foto menarik yang bisa kita ambil di puncak gunung. Biasanya, hanya satu atau dua orang saja yang tidak ikut karena masalah kesehatan.
Karena ini adalah acara bebas, anggota klub fotografi boleh mengajak siapapun dari luar klub. Michella mengajak pacarnya.
Ketika sedang berkumpul di kampus untuk bersiap berangkat bersama, pacar Michella menjadi pusat perhatian karena dia terlihat berbeda jika dibandingkan dengan yang lainnya. Pacar Michella mempunyai tinggi badan diatas 190 cm, berambut pirang, berkulit putih pucat, dan bermata biru.
"Eh, lihat ada bule! Ganteng banget!" celetuk para anggota klub perempuan begitu melihat pacar Michella datang.
"Hush! Dia pacarnya Kak Michella!"
"Lihat tuh, masing-masing outfit-nya, harganya diatas 10 juta!"
"Seriusan?"
"Iyalah! Cek aja di google!"
"Wajarlah, dia kan model!"
"Kak Shawn kebanting nggak sih?"
"Kak Shawn? Emang apa hubungannya sama pacarnya Kak Michella?"
"Kak Shawn tuh mantan pacarnya Kak Michella,"
"Hah? Jauh banget perbedaannya. Kak Shawn walaupun ganteng dia tuh miskin!"
"Kak Michella lebih cocok sama bule itu dibanding Kak Shawn,"
"Iya, mereka sama-sama mahal dan kaya!"
"Nyesel kan kamu ngidolain Kak Shawn pas awal masuk klub ini. Ganteng-ganteng ternyata kere! Hahaha!"
"Hahaha! Dikit!"
"Tapi adeknya tinggalnya di Apartemen X loh! Beda sama kakaknya yang tinggal di kost jelek,"
"Masa sih?"
"Beneran deh sumpah! Aku sering ketemu Noel di lift!"
"Mau nyamperin temennya kali!"
"Iya betul tuh! Kalau kere ya kere sekeluargalah! Hahaha!"
Aku menghela nafasku mendengar para junior perempuan membicarakanku. Tetapi, daripada merasa sakit hati karena ucapan mereka tentang aku, aku lebih mengkhawatirkan Noel yang ikut dibicarakan oleh mereka.
Aku menoleh ke arah Noel yang sedang berdiri di sampingku dan Noel sedang memandangku dengan mata berkaca-kaca. Ia kemudian mengusap punggungku.
"Nggak usah didengerin kak. Kita ke sana aja yuk!" kata Noel mengajakku menjauh dari para junior perempuan yang membicarakan kami.
"Aku nggak apa-apa kok, udah kebal sama kayak gitu sih," kataku sambil mengusap kepala Noel. "Maaf gara-gara aku, kamu jadi ikutan diomongin," lanjutku.
"Aku juga udah biasa kok diejekin kak," kata Noel sembari menggandeng tanganku dan berjalan menjauh dari para junior itu.
Ketika sudah berada jauh dari mereka, Noel mengambil bunga yang kebetulan sudah terjatuh di rerumputan dan memberikannya kepadaku. "I love you, kaksay," bisiknya.
Aku mengambil bunga itu dari tangan Noel dan memasangnya di telinga Noel. "Love you too, sayang," bisikku.
Noel melepaskan bunga itu dari telinganya dan memasangnya di telingaku. "Kaksay kalau pakai bunga jadi kelihatan nggak badboy lagi hahahaha!" candanya.
"Lah, emang aku badboy?" candaku juga.
"Style-nya," jawab Noel sambil tersenyum ceria.
Melihat Noel tersenyum begitu ceria, hatiku terasa sedih. Dia tak seharusnya menjalin hubungan dengan orang miskin sepertiku. Dia layak mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.
Di kampus ini kebanyakan mahasiswa/i-nya berasal dari keluarga kaya dan hanya beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari keluarga kurang mampu bisa masuk ke kampus ini karena mendapatkan beasiswa.
Semenjak berkuliah di sini, aku jadi merasa, aku masuk ke dalam circle yang seharusnya aku tak ada di sana. Tanpa kusadari, air mataku mengalir. Aku benar-benar merasa tidak pantas mempunyai hubungan romantis dengan Noel seperti ini.
"Kaksay jangan nangis..." kata Noel dengan raut muka cemas. Ia kemudian mengusap air mataku. "Jangan nangis sayang..." lanjutnya dengan air matanya yang perlahan mengalir juga.
Aku menghela nafasku dan mengusap air mata Noel. "Maafin aku ya, Noel..." kataku.
"Kenapa minta maaf? Kaksay nggak salah apa-apa kok,"
Air mataku semakin deras mengalir. Aku menengadahkan kepalaku untuk menahan lelehan air mataku. Aku mengusap air mataku dan memandang wajah Noel setelah aku tenang.
"Mulut cewek-cewek itu emang tajam banget! Aku mau ke sana memarahi mereka!" kata Noel dengan penuh emosi.
Aku mencegah Noel menghampiri mereka dan menggenggam tangan Noel. "Udah biarin aja, itu bukan karena mereka kok. Sini duduk," kataku sambari menepuk ruang kosong pada bangku taman tempat aku duduk.
Noel menurutiku dan duduk di sampingku. Ia duduk sambil mengayun-ayunkan kakinya di bangku. "Kaksay... nanti kalau aku pingsan, gendong aku ya..." kata Noel.
Aku tersenyum. "Iya..." jawabku.
"Sayangnya mana?"
"Iya... sayang..." kataku sembari mengusap kepala Noel.
"K*ss dong!" kata Noel sembari memonyongkan bibirnya.
Aku tertawa kecil. "Heh, nggak boleh di sini, sayang. Tuh kan sekarang siapa yang suka ngomong c*bul?"
"Habisnya kaksay kelihatan makin ganteng tiap hari!" kata Noel sambil mengayunkan kakinya.
"Huuu tuh kan mulai gombal, pasti ada maunya nih!" candaku.
Noel menggeleng. "Nggak ada," jawabnya sambil meledekku dengan menjulurkan lidahnya.
Setelah Daniel dan Michelle tiba dan semua telah berkumpul, kami pun berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romansa⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...