⚠️ PERINGATAN! Chapter ini mengandung konten dewasa. Kebijaksanaan pembaca diharapkan.
***
Noel menghela nafasnya dan terdiam selama beberapa detik. "Itu karena, Jeanne bilang kalau dia hamil," jawab Noel sedikit menundukkan kepalanya.
"Hamil? Jadi, sekarang kalian udah punya anak?" tanyaku.
Noel menatapku dan menggelengkan kepalanya. "Jeanne keguguran. Hari-hari setelah aku berpisah dengan kakak, aku jadi emosional dan aku melampiaskan amarahku kepada Jeanne. Kami sempat bertengkar dan aku mendorongnya. Tiba-tiba, darah mengalir melewati kakinya, Jeanne keguguran karena aku," jawab Noel.
"Kamu mencintainya?" tanyaku.
Noel memalingkan mukanya dariku dan menatap lurus ke depan. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
"Kalau gitu, nggak udah dijawab," sahutku.
"Hmmmm... aku cuma merasa aku harus bertanggungjawab. Aku pernah membuat dia hamil dan aku melakukan kekerasan padanya sampai ia keguguran. Aku membentaknya dan memarahinya hampir setiap hari tetapi dia selalu bersikap baik kepadaku dan memaafkan aku. Kalau aku ninggalin dia, aku jadi orang yang sangat jahat kan?" kata Noel.
Aku terdiam dan menahan kalimat-kalimat yang terus berputar di kepalaku untuk membuat Noel tak meneruskan hubungannya dengan Jeanne. Jawaban yang Noel berikan terdengar seperti, Noel tak mencintai Jeanne karena itulah aku ingin mencegahnya. Namun, kalimat-kalimat itu hanya berputar di kepalaku saja dan tak kukatakan kepada Noel.
Mungkin saja saat itu Noel belum mencintai Jeanne tetapi seiring berjalannya waktu, Noel mencintainya sehingga ia menikahinya, pikirku. Ini sudah empat tahun. Jika tanpa cinta, mustahil hubungan akan berjalan selama itu.
Sebuah pikiran konyol tiba-tiba terlintas begitu saja dipikiranku. Aku tertawa kecil menertawakan pikiranku yang sangat sangat konyol itu. "Kalau aku h*mil juga, apa kamu juga akan bertanggung jawab?" tanyaku begitu saja, mengungkapkan pikiran konyol yang terlintas di pikiranku itu.
"Eh?" Noel menatapku dengan heran.
"Lupakan, aku cuma bercanda, hahaha!" kataku sambil tertawa walaupun sebenarnya aku merasa iri kepada Jeanne.
Noel tersenyum. "Sebenernya aku berharap kakak hamil lebih dulu daripada Jeanne..." katanya.
"Eh?" seruku heran juga.
"Ngomong-ngomong, boleh aku minta sesuatu buat yang terakhir kalinya, kak?" tanya Noel mengalihkan topik pembicaraan kami.
"Apa itu?"
Noel pun membisikkan permintaannya di telingaku. Permintaannya cukup mengejutkanku.
"Beneran kamu minta itu?" tanyaku memastikan.
Noel mengangguk. "Kalau kakak nggak keberatan," jawabnya.
"Aku... nggak keberatan kok," jawabku.
Noel menghela nafasnya dan berjalan ke arah balkon. Setelah menutup tirai kamar, Noel menghampiriku dan duduk di sampingku dengan canggung.
Aku menoleh ke arah Noel yang sedang menatap lurus ke depan, jari-jarinya nampak gemetaran, dan ia duduk dengan gelisah.
"Noel... lihatlah kemari," kataku.
Noel pun menoleh ke arahku, ia menatapku dengan pupil matanya yang bergetar. Aku menarik nafas panjang dan membuang nafasku secara perlahan untuk menenangkan jantungku yang berdetak tak karuan. Aku mengangkat tanganku dan memegang kepala Noel dengan lembut. Noel memejamkan matanya dan aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Nafas Noel terdengar begitu cepat seirama dengan nafasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romansa⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...