Ketika aku, Darren, Lucas, dan Noel mencari ikan bersama di sungai, aku melihat Leah duduk sendirian di atas tikar sambil merapikan peralatan makan kami. Aku segera berbalik dan membantu Leah merapikan peralatan makan kami.
"Jujur aja, aku nggak rela kamu nikah muda," kataku kepada Leah begitu kami selesai merapikan peralatan makan.
Leah tersenyum. "Kak Lucas punya pekerjaan di sana yang nggak bisa ditinggal. LDR itu nggak enak, aku pengen deket sama Kak Lucas. Kalau aku menikah sama Kak Lucas, ayah bisa tenang melepas aku," jawab Leah.
"Aku tahu itu bukan satu-satunya alasan kamu. Kamu nggak mau menyusahkan ayah kan?" tanyaku.
Leah terdiam beberapa saat, matanya kemudian berkaca-kaca. "Kakak tahu? Aku ikut beberapa seleksi masuk perguruan tinggi, tapi nggak ada yang lolos. Sebenernya, aku pengen satu kampus dengan kakak, tapi aku nggak bisa karena aku nggak dapat beasiswa kayak kakak dan aku juga nggak sepintar kakak. Padahal aku pengen banget kuliah..." kata Leah sambil mengusap matanya yang basah.
Aku menghela nafasku dan memeluk Leah. "Menikah bukan satu-satunya cara kan? Walaupun belum lulus, aku punya uang kok. Aku juga punya banyak tabungan. Aku bisa kuliahin kamu Leah," kataku sambil mengusap kepala Leah yang sedang menangis dipelukanku.
"Enggak. Mending uang kakak buat bantuin ayah..." kata Leah sambil melepaskan tubuhnya dari pelukanku dan menatapku.
"Memang ayah kenapa?" tanyaku.
"Ayah... ayah..." kata Leah ragu-ragu.
"Kenapa, Leah?" tanyaku yang mulai panik.
"Ayah selama ini menggadaikan sertifikat rumah dan kebun buah-buahan kita untuk modal usaha tapi usaha ayah banyak mengalami kerugian terlebih setelah teman ayah di pasar menipu ayah. Ayah nggak bisa bayar hutang lagi, sekarang kebun kita akan di ambil alih..." kata Leah yang menceritakan itu dengan suara bergetar.
Mulutku menganga mendengar cerita Leah. Banyak hal terjadi selama aku tidak di rumah dan... aku selalu menjadi orang terakhir yang tahu.
"Berapa nominal hutang ayah?" tanyaku berusaha untuk tetap tenang.
"Total hutang dengan bunga Rp110.000.000,00," jawab Leah.
"Sampai kapan batas waktunya?"
"Akhir bulan ini kak..."
Aku menghela nafasku dan memejamkan sejenak mataku yang terasa pedih. Aku bahkan hanya punya tabungan setengah dari hutang ayahku. Tabungan itu aku dapat setelah aku melakukan beberapa pekerjaan selama bertahun-tahun hingga hampir tak pernah beristirahat; terpotong untuk biaya hidupku di perantauan. Aku berpikir, bagaimana bisa mendapatkan kekurangannya dalam waktu tiga minggu ini?
"Sebenernya ada uang seserahan Rp88.000.000,00 tapi udah kepakai lebih dari setengahnya buat persiapan pernikahan di sini. Jadi, aku ada Rp30.000.000,00 kak," kata Leah.
"Simpan aja itu, biar kakak yang cari uangnya," jawabku sambil tersenyum dan berusaha menyembunyikan kecemasanku.
"Nggak... kita harus menyelesaikan masalah ini sama-sama, kak. Jangan menanggungnya sendiri. Jangan kayak ayah yang menanggung apa-apa sendiri ujung-ujungnya malah jadi sakit," jawab Leah sambil mengusap bahuku.
"Ayah sakit?"
"Iya, tapi udah sembuh kok," jawab Leah. "Kak... aku boleh tetep nikah sama Kak Lucas kan kak?" lanjut Leah bertanya.
"Nggak!" jawabku singkat.
"Kak... kan nikahnya tinggal beberapa hari lagi. Masa dibatalin?"
"Lagian siapa suruh ngasih tahu aku mendadak. Sebenernya, aku ini keluarga kalian bukan sih? Mulai dari hutang sampai pernikahan kamu, kenapa aku selalu dikasih tahu ketika mendekati hari H. Padahal kita sering video call? Kenapa kamu dan ayah nggak bilang apa-apa?" tanyaku yang mulai tak bisa menahan kekesalanku.
Leah menggigit bibirnya. "Waktu video call kan ada ayah. Ayah nggak mau kakak tahu karena ayah bilang ayah akan menyelesaikan masalah ini sendiri. Ayah cuma nggak mau kakak khawatir," jawab Leah.
"Tapi pernikahanmu? Haruskah kamu menikah diusiamu yang sekarang Leah? Aku akan mengusahakan uang untuk membayar hutang dan membiayai kuliahmu. Menikah bukan jalan untuk menyelesaikan masalah," kataku.
"Kak... aku mencintai Kak Lucas. Pada akhirnya di masa depan aku akan menikah dengan Kak Lucas, pernikahan kami cuma dipercepat dan kebetulan ini akan membantu meringankan beban ayah..." bantah Leah.
"Kamu masih kecil, Leah. Kamu dan Lucas berencana untuk menunda punya anak tapi gimana kalau tiba-tiba kamu punya anak?"
"Aku udah 17 tahun kak... Aku udah dewasa. Aku bisa jamin, aku dan Kak Lucas akan menunda punya anak,"
"Leah! 17 tahun itu masih terlalu muda untuk menikah!" bentakku. "Di saat teman-teman seusiamu bermain-main dan bersenang-senang dengan bebas, kamu yang sudah kewajiban untuk mengurus rumah tangga bersama suamimu. Lucas emang kaya tapi apa kaya dan cinta itu cukup untuk mempertahankan rumah tangga?" lanjutku.
"Lalu apa? Selain materi dan cinta?" tanya Leah menahan suaranya.
"Kedewasaan," jawabku.
"Apa menurut kakak aku nggak dewasa?"
Ketika aku akan menjawab pertanyaan Leah, Lucas tiba-tiba muncul di hadapan kami sambil membawa ikan di tangannya.
"Kalau ada masalah antara aku dan Leah, aku yang akan mengalah, kak. Aku janji sama kakak, aku akan membuat Leah bahagia," kata Lucas dengan yakin. "Aku sungguh mencintai Leah..." lanjutnya dengan mata berkaca-kaca. Tatapan matanya terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Aku juga akan bahagia kak, aku mencintai Kak Lucas juga," sahut Leah.
Aku tahu, Lucas adalah seorang aktor, mudah baginya untuk bersandiwara. Namun, aku menyingkirkan jauh-jauh prasangka burukku itu sesegera mungkin. Aku berusaha untuk percaya padanya. Terlebih, Leah dan Lucas terlihat sangat saling mencintai.
Aku bangkit berdiri dari tikar tempat aku duduk dan berdiri dihadapan Lucas. "Sungguh kah kamu mencintai Leah sedalam itu?" tanyaku.
"Iya, aku bersumpah, kak. Aku berjanji akan selalu mencintai Leah seumur hidupku dan membuat dia bahagia,"
"Oke, aku pegang janjimu," jawabku sambil menepuk bahu Lucas.
"Jadi, kakak udah setuju sama pernikahanku sama Kak Lucas kan kak?" sahut Leah bertanya.
"Ya, tapi jangan lupa, kalian berjanji untuk menunda punya anak sampai Leah mencapai impiannya," kataku.
"Iya, kami janji," jawab Lucas dan Leah hampir bersamaan.
Pernikahan Leah dan Lucas sudah bisa aku terima tetapi bagaimana dengan hutang itu? Aku sebenarnya merasa gundah, tetapi aku mencoba bersikap biasa saja sambil terus mencari jalan keluarnya di pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romance⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...