Chapter 6 - Malam Keakraban Klub Fotografi

96 13 0
                                    

Bus melaju menuju tempat tujuan kami. Daniel dan Michelle sebagai ketua dan wakil ketua klub mengajak para anggota klub bernyanyi bersama selama dalam perjalanan. Sedangkan aku, sibuk mengabadikan momen kebersamaan kami dengan kameraku. Sebagai senior di klub ini selama dua tahun, aku memang tidak banyak memimpin atau menjadi pembicara di acara klub ini. Aku biasanya hanya mendokumentasikan kegiatan klub. Pada awalnya, aku adalah seorang penyendiri seperti seseorang yang kulihat sekarang, seseorang yang sedang duduk sendiri di bangku dekat jendela, menatap keluar jendela, dan tidak ikut bernyanyi.

Aku pun berjalan menghampirinya dan duduk di bangku sebelahnya yang kosong. Aku bertepuk tangan sambil bernyanyi mengikuti Daniel dan Michelle. Noel, seseorang yang sedang menyendiri itu menoleh ke arahku dan tersenyum.

"Ayo nyanyi biar nggak ngantuk!" kataku pada Noel.

Noel bertepuk tangan dan bernyanyi dengan suara lirih. Namun, dia tidak memandang ke arah Daniel dan Michelle, Noel memandangku sambil tersenyum begitu manis.

Setelah hampir satu jam kami bernyanyi sambil bermain undian berhadiah di bus, kami kembali disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Ada yang saling mengobrol, mengambil selfie, dan bercanda-canda. Sedangkan aku makan camilan bersama dengan Noel. Sambil makan, Noel bercerita banyak hal padaku. Seperti biasa, dia menceritakan banyak hal dengan wajah ceria. Aku mendengarkan setiap cerita yang ia ceritakan kepadaku dan menyimpannya di kepalaku. Aku sangat menikmati mendengarkan cerita-ceritanya yang seru dan lucu.

Setibanya di resort, Michelle dan saudara kembarnya, Michella mengumumkan pembagian kamar secara acak. Satu kamar ditempati oleh empat orang mahasiswa/i dari berbagai semester dan jurusan.

"Kak Daniel, Kak Shawn, Kak Aaron, dan Kak Fabian nggak dapat kamar dan tidur di tenda yang sudah disediakan," kata Michelle setelah selesai mengumumkan pembagian kamar. Michelle menunjuk dua tenda berwarna oranye dan hijau yang terpasang di halaman resort.

"Lah! Masa gitu?" protes Aaron.

"Iya, karena kakak-kakak berempat yang tugas jaga malam selama kita di sini," jawab Michella.

"Shawn, bujuk tuh pacarmu itu supaya kasih kita kamar. Masa kita di tenda gitu!" kata Aaron kepadaku.

Aku hanya diam dan memaksakan mataku untuk tidak menatap Michella, mantan kekasihku. Tanpa sengaja, mataku malah tertuju pada Noel yang sedang menatapku juga.

"Dilarang protes ya kak! Ini udah kesepakatan kita!" tolak Michella.

"Lah!" protes Aaron lagi.

"Psssttt! Tenang! Malah bagus kan jaga malam, kita bisa jalan-jalan keliling dan diam-diam menyelinap ke kamar ciwi-ciwi," bisik Fabian kepada Aaron yang terdengar begitu saja olehku.

"Jadi adik-adik, silahkan ke kamar masing-masing. Jam 12 kita kumpul di ruang makan," kata Michelle menjelaskan.

Para mahasiswa dan mahasiswi pun membubarkan diri menuju kamar mereka masing-masing.

Noel yang sejak tadi menatapku berjalan menghampiriku dan mengulurkan tas ranselnya kepadaku. "Kakak, bantuin..." kata Noel sambil menatapku dengan matanya yang berbinar.

Aku tersenyum dan mengacak-acak dengan lembut rambut Noel yang nampak lembut dan berkilau itu. "Iya, sini aku bantuin bawa," kataku sembari mengambil ransel dan tas tenteng Noel dari tangannya.

"Kita duluan ya," sahut Daniel sambil menepuk bahuku.

"Ya," jawabku sambil mengangguk. "Yuk, Noel!" lanjutku berkata kepada Noel.

Aku membawakan tas-tas Noel dan mengantarnya ke kamarnya. Sesampainya di kamarnya, aku meletakkan tas-tas Noel di rak. Di sana, tiga orang teman sekamar Noel sedang merapikan barang-barang mereka.

"Udah ya, aku tinggal..." kataku kepada Noel.

Noel cemberut mendengar aku berpamitan.

"Mau kemana kak?" tanya Noel memegangi ujung lengan jaketku dengan kedua tangannya.

"Mau bantu-bantuin yang lain..." jawabku.

"Ikut..." kata Noel sambil memanyunkan bibirnya.

"Nggak mau ngobrol sama temen-temen sekamar kamu dulu?" tanyaku sambil memandang satu per satu teman-teman sekamar Noel yang sedari tadi memandangi kami sejak kami datang.

Noel menoleh ke arah teman-teman sekamarnya. "Hai!" sapa Noel kepada teman-teman sekamarnya.

"Oh, hai juga," jawab teman sekamar Noel dengan kaku.

"Aku udah ngobrol kak, aku boleh ikut kakak sekarang?" kata Noel kepadaku.

Aku tertawa kecil. "Ya udah yuk," jawabku. "Kita pergi dulu ya atau kalian mau ikut juga?" tanyaku membercandai teman-teman sekamar Noel.

"Enggak kak, kami di sini aja,"

"Boleh titip tas-tas Noel?" tanyaku lagi.

"Boleh kak,"

"Kak, ruang makannya dimana? Kita nanti ke sana jam 12 kan?" tanya salah seorang dari mereka.

"Kalian keluar kamar, belok kanan. Lurus aja sampai ketemu kolam ikan. Nah di seberang kolam ikan itu ruang makan. Kumpul di sana jam 12," jawabku.

"Makasih kak!"

"Sama-sama," jawabku sebelum meninggalkan kamar Noel.

Aku berjalan menuju aula untuk membantu teman-temanku mempersiapkan tempat untuk kegiatan nanti siang. Noel terus mengikutiku dan membantuku menata tempat. Ia sangat cuek kepada siapapun dan hanya berbicara denganku saja. Noel sangat disukai para senior perempuan karena wajahnya yang imut dan lucu tetapi Noel mengabaikan mereka.

"Noel comel! Kamu lucu banget sih!" seru Michelle yang baru saja tiba sambil mencubit pipi Noel.

Noel cemberut dan melirik sinis ke arahku seolah dia memintaku untuk mengusir Michelle.

"Sekarang seleramu cowok yang lebih muda? Kamu udah nggak suka aku lagi?" sahut Daniel kepada Michelle.

Michelle melepaskan kedua tangannya dari pipi Noel dan menatap Daniel. "Kamu cemburuan banget sih! Aku kan cuma gemes sama calon adik ipar,"

"Adik ipar? Kamu Michelle atau Michella sih?" tanya Daniel bingung.

"Michelle, masa sama pacar sendiri nggak tahu? Kak Shawn kan pacarnya kembaranku jadi... Noel itu calon adik ipar," jawab Michelle.

"Stop perbucinan kalian! Ayo bantu kita pindah-pindahin kursi!" sahut Fabian sambil memberikan kursi kepada Daniel dan Michelle.

Aku mengabaikan perdebatan antara mereka bertiga dan berjalan menghampiri Noel.

"Pipiku sakit dicubitin kakak senior terus dari tadi," kata Noel kepadaku sambil mengusap-usap pipinya.

Aku mengusap pipi Noel. "Udah nggak apa-apa ya. Kita jalan-jalan yuk, beres-beresnya udah mau selesai kok, biar mereka yang baru dateng yang lanjutin," kataku mengajak Noel keluar karena aku tidak tega melihatnya dicubiti oleh para senior perempuan yang gemas kepadanya.

"Yuk kak!" jawab Noel dengan penuh semangat.

Noel Kristoffer (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang