Sesampainya di rumah Lucas, aku langsung mengajak Lucas ke tepi sungai dekat rumah ibunya, tempat kami biasa dia merundungku dulu.
"Kenapa kamu akan menikahi adikku? Apa tidak ada wanita lain di Jepang sana yang bisa kamu nikahi?!!" bentakku.
"Tenanglah, kakak ipar. Kenapa kamu marah sekali?" tanyanya.
"JAWAB!" bentakku lagi.
"Nggak ada wanita di Jepang yang ingin kunikahi karena yang aku mau cuma adikmu. Mari kita lupakan masa lalu kita dan saling bersikap baik mulai sekarang karena kita akan menjadi saudara, kakak ipar," katanya sambil merangkul pundakku.
Aku menepis tangan Lucas dari pundakku.
"Pulanglah ke Jepang dan batalkan pernikahanmu dengan adikku!" kataku.
"Aku akan pulang ke Jepang setelah menikah dengan Leah, sebelum itu, aku nggak akan pulang," kata Lucas sambil menatapku dengan pupil matanya yang bergetar.
"Aku minta maaf atas kesalahanku di masa lalu kepadamu, kakak ipar. Aku akui, aku salah dan aku benar-benar menyesal. Perasaanku kepada Leah benar-benar tulus dari hatiku yang paling dalam. Aku mencintainya sejak aku pertama kali bertemu dengan Leah tanpa sengaja di hari kelulusan kita di bangku SMP. Aku mencoba menemuinya lagi, tapi aku nggak menemukannya. Bahkan setelah sampai di Jepang pun, aku masih mencarinya melalui teman-temanku yang berada di sini. Kamu, maksudku kakak ipar bisa tanyakan kepada mereka kalau kamu tidak percaya. Waktu itu aku tidak tahu kalau itu adik kakak. Jadi, aku mohon, restuilah aku untuk menikah dengan Leah," kata Lucas. Ucapannya terdengar sungguh-sungguh.
"Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan kepada kamu," kataku sambil memegang kedua bahunya.
Lucas menatapku, "Aku tahu, kakak pasti takut terjadi apa-apa dengan Leah. Aku janji akan menjaganya, aku sungguh mencintai Leah," kata Lucas.
"Iya, mari kita duduk di batu itu dan bicara," jawabku sambil menunjuk sebuah batu dekat sungai.
Aku dan Lucas duduk di batu dekat sungai itu. Aku mendengarkan setiap kata yang diucapkan Lucas. Ketika dia menyebut nama Leah, matanya berbinar dan senyumannya mengembang.
"Aku udah kerja, aku bisa menghidupi Leah, kalau dia mau kuliah di negara manapun, aku biayai..." kata Lucas disela-sela obrolan kami.
"Apa pekerjaanmu?" tanyaku.
Lucas mengambil ponselnya dari dalam saku celananya dan mengetikkan namanya pencarian google. Ia kemudian menunjukkan layar ponselnya dihadapanku. "Aku seorang aktor, walaupun aku tidak cukup terkenal, ini beberapa film dan drama yang pernah kumainkan," jawabnya sambil mengulurkan layar ponselnya ke bawah dan menunjukkan film-film dan drama yang ia pernah berperan di sana.
"Apa nggak apa-apa kalau kamu menikah? Apa itu nggak mempengaruhi karirmu?" tanyaku.
"Aku sudah dapat ijin dan kalaupun karirku sebagai aktor memburuk, aku masih punya restoran dengan beberapa cabang," jawabnya.
Aku menganggukkan kepalaku. "Kamu beneran mencintai Leah? Leah masih 17 tahun, dia masih terlalu muda buat menikah,"
Lucas menarik nafas panjang. "Aku beneran mencintai Leah. Aku mencintai Leah sejak awal bertemu. Aku nggak bisa melupakan dia sejak saat itu..." jawabnya. "Apakah kakak nggak lihat kesungguhanku? Bahkan aku ajak ayahku kemari waktu melamar Leah," lanjutnya.
"Kenapa nggak ada yang memberitahuku waktu kamu melamar adikku? Kamu juga kenapa nggak bilang apapun ke aku?"
"Ayahmu bilang kamu lagi praktek kerja di luar negeri. Beliau melarang aku memberitahumu karena kakak pasti akan seperti ini. Aku minta maaf soal itu, kak..." jawab Lucas sambil menundukkan kepalanya.
Tak lama, Leah datang bersama Noel dan Darren sambil membawa tikar dan rantang.
"Leah..." ucap Lucas begitu Leah datang. Lucas memandang wajah Leah dengan tatapan yang begitu dalam dan berbinar seperti tatapan yang ditujukan orang-orang yang sedang jatuh cinta. Leah pun menatap Lucas dengan tatapan yang sama.
"Kakak berdua nggak bertengkar kan?" tanya Leah kepada aku dan Lucas sambil memutar-mutar kedua jari telunjuknya.
"Enggak," jawab Lucas sambil tersenyum.
"Ayo kita piknik!" kata Leah sembari mengangkat rantang yang ia bawa di tangan kanannya.
Kami pun makan siang bersama di tepi sungai. Aku melihat Leah dan Lucas yang nampak saling memperhatikan satu sama lain. Leah terlihat sangat ceria ketika ia berinteraksi dengan Lucas, begitupun dengan Lucas. Tanpa kusadari, aku tersenyum. Walaupun sebenarnya aku tidak rela adikku menikah di usianya yang masih muda, aku bahagia melihatnya bahagia.
"Noel, kamu mau main di sungai? Ayo kita cari ikan di sana!" kata Darren kepada Noel setelah kami selesai makan.
"Yuk!" jawab Noel dengan penuh semangat.
"Aku ikut boleh?" sahut Lucas.
"Boleh dong!" jawab Darren.
"Ayo, kamu ikut juga, sayang!" kata Noel sembari menarik tanganku.
"Eh!" seru Darren kaget begitu ia mendengar panggilan Noel kepadaku.
Darren, Leah, dan Lucas terpaku mendengar panggilan yang diberikan Noel kepadaku.
"Maksudku... kak..." kata Noel sambil melepaskan tangannya dari tanganku.
Suasana masih canggung dan hening bahkan setelah Noel meralat panggilannya untukku.
Aku berlari ke arah sungai sambil berteriak, "ayo cari ikan!"
Aku mengabaikan kecanggungan mereka dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Aku hanya belum siap untuk jujur mengenai hubunganku dan Noel dengan keluargaku.
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romance⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...