Selama pembuatan video klarifikasi, Noel nampak sangat sedih. Ia berulang kali mengusap matanya. Bahkan setelah pengambilan video selesai, Noel masih nampak sedih.
"Kamu kenapa, sayang?" tanyaku pada Noel begitu kami berada di luar basecamp.
"Nggak apa-apa kok," jawab Noel sambil menunduk.
"Aku pelakunya, aku yang buat dia menangis," sahut Aaron yang tiba-tiba muncul dibelakang kami. "Aku bilang dia w*ria tadi di belakang, lalu dia nangis!" lanjutnya sambil menatap sinis ke arah aku dan Noel.
"Beneran Noel?" tanyaku pada Noel.
"Ayo pulang aja kak," kata Noel mengalihkan pembicaraan.
"Dari awal kita ketemu aku udah lihat ada gelagat aneh dari kamu yang menyerupai perempuan. Kalau mau h*mo ya h*mo sendirilah! Nggak usah melibatkan kami! Dasar W*RIA!" kata Aaron menaikkan nada bicaranya dan terus menatap sinis ke arah Noel.
BUAAK!! Aku meninju Aaron hingga ia terjatuh di tanah.
"Jaga mulutmu! Noel bukan w*ria! Apa matamu buta!!!" bentakku. Aku hendak memukul Aaron lagi, tetapi Noel memegang erat tanganku.
Aaron bangkit berdiri dari tanah sambil mengusap ujung bibirnya yang berdarah. Ia menatapku dengan tatapan tajam. "Kamulah yang buta, apa kamu nggak bisa membedakan mana perempuan tulen dengan perempuan j*di-jadian?" katanya sambil tersenyum sinis.
Aku mengepalkan tanganku tapi Noel menahan tanganku dengan sangat erat.
"Maafin Kak Shawn, aku akan bayar biaya pengobatan Kak Aaron nanti. Kami pamit pulang duluan," sahut Noel sambil menatap Aaron dengan matanya yang berkaca-kaca dan gemetar.
"MINGGIRLAH! B*NCI!!!" teriak Aaron sambil mendorong Noel dan melayangkan tinjunya kepadaku.
Namun, aku berhasil menghindari tinju Aaron yang dilayangkan padaku. Aku pun langsung menghampiri Noel untuk memastikan keadaannya.
"AWAS KAK!!!" teriak Noel sambil menarik tanganku menepi, menghindari tinju yang dilayangkan Aaron padaku.
Aku menghampiri Aaron. "Pukul aku kalau bisa!" kataku pada Aaron.
Aku dan Aaron pun terlibat perkelahian. Kami saling meninju, menendang, dan memukul. Noel memelukku dari belakang untuk mencegah aku berkelahi dengan Aaron.
Tak lama, Daniel, Fabian, Michella, dan Michelle keluar dari basecamp dan melerai kami. Aku memandang ke sekeliling dan melihat para mahasiswa dan mahasiswi berkerumun mengelilingi kami.
"KALIAN SEMUA DENGAR! AKU BUKAN G*Y! MEREKA BERDUA, SHAWN DAN NOEL LAH YANG G*Y. AKU DAN FABIAN HANYA MELEDEK MEREKA KARENA RISIH DENGAN KEMESRAAN MEREKA SEPANJANG PENDAKIAN!" teriak Aaron berusaha menjelaskan dirinya kepada para mahasiswa dan mahasiswi yang mengelilingi kami.
"NGGAK ADA YANG G*Y DI KLUB KITA!" balas Daniel berteriak. "Bisa-bisanya kalian malah berkelahi setelah kita mengunggah video klarifikasi. Apa kalian tidak memikirkan dampaknya bagi klub kita?" lanjut Daniel berkata kepada aku dan Aaron.
"Kepada teman-teman yang ada di sini, aku mohon berhentilah merekam. Tolong bantu kami. Ini hanya kesalahpahaman...." kata Michelle kepada para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang merekam kami.
"Ayo Noel, kita pulang!" kataku sambil menggandeng tangan Noel dan membawanya pergi meninggalkan basecamp klub fotografi. Aku tak mempedulikan tatapan penghinaan para mahasiswa dan mahasiswi yang mengerumuni kami. Aku terus berjalan dan membawa Noel pergi.
"Kaksay, kita beli es krim yuk! Es krim beneran, bukan es krim c*bul!" kata Noel ketika aku memboncengkan Noel menggunakan motorku.
"Iya, sayang..." jawabku sambil melirik wajah Noel yang imut dari kaca spion motorku.
Aku menghentikan laju motorku tepat di depan sebuah minimarket. Aku membeli dua es krim dan memakannya bersama Noel di bangku di teras minimarket yang masih berada di area kampus.
"Kaksay habis ini mau ngapain?" tanya Noel sambil menjilat es krim strawberrynya.
"Mau kerja di studio foto Pak Robin, kamu mau ikut?"
Noel mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mauuu..." katanya sambil memonyongkan bibirnya.
"Monyong-monyong, nanti kug*git lho!" candaku.
Noel buru-buru melipat bibirnya ke dalam mulutnya. "Nggak boleh kalau di sini," jawabnya.
Tiba-tiba, dua orang mahasiswi datang menghampiri kami. "Kalian lucu banget! Kami dukung kalian!" kata salah satunya kepada kami berdua.
"Maksudnya?" tanyaku.
"Kami mendukung hubungan kalian," jawab kedua mahasiswi itu hampir bersamaan.
"Kami fujo!" lanjut salah satu dari mereka sambil tersenyum.
"Fujo? Apa itu?" tanyaku berbisik kepada Noel.
Noel mengangkat bahunya. "Nggak tahu, mungkin sales makanan atau semacamnya," jawab Noel.
"Biasanya kami lihat begini di manga atau anime, seneng banget bisa lihat yang real!" kata mereka lagi.
"Hah?" seruku heran. "Noel, dalam hitungan ketiga, kita lari ke arah motor..." bisikku pada Noel. "1... 2... 3 lariii....!" lanjutku sambil berlari mengandeng Noel menuju ke arah motorku.
"Mau kemana kak? Tungguuuu....!" panggil mereka.
Aku dan Noel tidak mempedulikan mereka. Kami berdua bergegas menaiki motor dan kabur.
"Mereka pasti berniat mengerjai kita," kataku pada Noel dalam perjalanan.
"Tapi mereka nggak kelihatan jahat kak..." bela Noel.
"Nggak jahat, mungkin usil," jawabku sambil menahan tawa.
Aku dan Noel melanjutkan aktivitas kami seperti biasanya. Setelah video klarifikasi klub fotografi diunggah, berita tentang hubungan ses*ma jenis mereda dan perlahan menghilang setelah beberapa hari. Aku dan Noel tidak mencari tahu, siapa yang merekam dan menyebarkan video itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romance⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...