10. Unromantic

7.5K 565 3
                                    

Sebanyak 1500 bibir mangrove berhasil tertanam di sepanjang pesisir. Acara pembukaan HUT SMA berjalan sesuai dengan yang Nuha dan anggota OSIS lainnya harapkan. Masing-masing murid mendapat kesempatan untuk menanam satu bibit, dan Sena baru saja bangkit usai melihat bibit yang ia tanam berhasil berdiri tegak.

Pokoknya Nuha harus lihat jika dia sudah jago masalah tanam menanam supaya pria itu mau mengajaknya ke kampung. Tidak ada yang membuat Sena penasaran sampai hari ini selain melihat seperti apa suasana pedesaan di musim yang lumayan panas ini.

Lahir dan tumbuh di pinggiran kota, bayangan Sena akan sejuknya udara pegunungan tak pernah sekalipun lepas dari percabangan otaknya. Sebuah tempat yang tenang, sudah lama sejak ia terus-menerus dituntut Ayahnya untuk menikah, Sena memiliki niatan untuk pergi dari kota ini dan bersembunyi di perkampungan. Sayangnya saat itu, Sena belum tahu pasti kampung mana yang akan ia tuju dan bagaimana ia akan tinggal. Sampai kemudian dia memilih Nuha sebagai pelarian yang sangat sempurna.

"Ayo anak-anak kita istirahat dulu, kalian bisa ambil konsumsi di stand yang disiapkan OSIS. Silahkan antri, jangan berebut," titah guru pendamping dengan menggunakan pengeras suara.

Di saat semua murid berhamburan pergi menuju stand yang memang sengaja OSIS dirikan untuk mengambil makanan, yang Sena lakukan hanyalah berdiri menatap panjangnya antrian. Sena yakin jika yang akan mereka dapatkan tak lebih dari sepotong roti dan juga air mineral, makanya dia tak seantusias itu dan memilih berdiri di antrian paling belakang.

Berjalan selangkah demi selangkah, tanpa Sena sadari antrian semakin pendek, dan jaraknya dengan stand hanya tinggal beberapa meter saja. Sena juga melihat jelas bagaimana para anggota 5 inti berada di sana, jika saja ada Sena, pasti sekarang ada 6 orang yang membagikan makanan.

Tidak mau berpikiran bodoh seolah menyesal telah meninggalkan organisasi itu, Sena dengan tenang berdiri di hadapan mereka kendati mendapat tatapan yang tidak mengenakkan dari pihak sekretaris dan bendahara. Nuha dan Hersa, tentu saja mereka tidak punya masalah dengan Sena.

"Ngapain lo semua liatin gue?" Sena sewot, karena pada kenyataannya dia memang mendapat tatapan yang berbeda-beda dari kelima orang di depannya.

"Gue cuma mau lihat betapa mirisnya lo sekarang yang nggak punya temen karena keluar dari OSIS." Rupanya Anin masih menduduki puncak tertinggi tahta perjulid'an Sena.

"Lah, emang dari dulu gue nggak punya temen." Tawa Sena terdengar. "OSIS itu cuma pelarian buat kegabutan gue, bukan temen. Lagian ogah banget punya temen yang suka cari muka kaya lo."

"Ekhmm!" Nuha tiba-tiba berdehem keras, jujur saja, dia kurang suka dengan cara bicara Sena yang terdengar seperti tengah menjelek-jelekkan seseorang. Ya mungkin gadis itu hanya bermaksud membela diri, tapi tetap saja caranya kurang baik.

Di telinga Anin, deheman Nuha mungkin terdengar seperti sebuah pembelaan untuknya, tapi bagi Sena, dia mengambilnya sebagai sebuah peringatan.

"Mana makanan buat gue?" Lebih baik Sena segera meminta dan pergi. Bibir Sena terkulum usai melihat Nuha yang dengan cekatan mengambilkannya, tapi kemudian Sena bingung. Ternyata Hersa juga melakukan hal yang sama.

Secara bersamaan kedua pria itu menyodorkan sekotak makanan dan juga air mineral kepadanya. Sena juga melihat bagaimana sekarang ini Nuha dan Hersa saling menatap satu sama lain.

Tak ingin banyak menimbulkan stigma, Sena spontan mengambil dua-duanya sekaligus. "Makasih, tahu banget gue belum sarapan."

Setelah mengatakan itu, Sena hendak melangkah pergi. Baru dua langkah, dan suara yang menyakiti telinganya menghentikan langkah tersebut.

"Sena, mau ke mana lo?!" Secara kompak, Hersa dan juga Anin berteriak. Entah apalagi kali ini, Sena sampai memejamkan matanya sejenak, mengambil napas kemudian berbalik.

Iqlab ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang