"Pinjem hp lo."
"Buat apa?" Anin spontan berdiri dari duduknya lantaran sikap Hersa yang terlalu to the point. Laki-laki itu padahal baru saja datang dan langsung menghampiri bangku Anin bak tukang palak.
"Hersa!" Tidak mendapati jawaban, Anin menyentak begitu saja usai Hersa merebut ponselnya.
"Gue perlu mastiin sesuatu." Hersa pergi meninggalkan kelas dengan ponsel Anin usai melemparkan tasnya ke bangku.
Hari ini terjadi lagi. Anin kembali merasa kehilangan Hersa yang baru saja ia temukan tempo hari yang lalu.
Dengan langkah tak kalah cepat, gadis itu menyusul Hersa meninggalkan kelas.
"Gue nggak ngerti lagi sama lo, Sa. Balikin hp gue! Lo nggak berhak buka-buka barang privasi gue."
"Dan lo juga nggak berhak nyebarin sesuatu jelas-jelas bukan ranah lo," balas Hersa. Ia masih berusaha menemukan kata sandi dari ponsel Anin.
"Lo masih nuduh kalo gue yang nyebarin video Sena?"
"Gue nggak nuduh, tapi gelagat lo yang ngebuka semuanya." Hersa ganti membuka ponselnya dan menunjukkan sesuatu tepat di hadapan muka Anin. "Video tulisan klarifikasi ini, lo yang buat, kan?"
Atas nama pemilik dari akun video berbagi ini, saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang dirugikan atas kecerobohan saya karena asal mengunggah video rekaman cctv dari SMA MADINA sehingga menimbulkan kericuhan di dunia maya.
Saya mengakui kesalahan saya dan juga telah melakukan take down terhadap video itu dari akun resmi saya. Dan saya sangat berharap kepada pihak yang telah memposting ulang video saya untuk melakukan hal serupa agar mengurangi serta menghapus stigma buruk yang terlanjur berkembang. Terimakasih.Anin sempat dibuat bergeming beberapa saat sebelum menatap Hersa penuh raut kecewa. "Jadi ini yang ngebuat sikap lo berubah lagi ke gue?" tanyanya.
"Nggak usah ngalihin topik, jawab!"
"Emangnya lo bakal percaya sama gue kalo jawaban gue adalah nggak?" Anin merampas kembali ponselnya. "Gue nggak nyebarin video Sena dan gue juga nggak nulis video klarifikasi itu!"
"Bulshit! Kalo lo bukan lo, lo nggak mungkin langsung pergi gitu aja waktu gue nanya baik-baik saat itu."
Anin mengusap wajahnya kasar. "Gue pulang karena ditelepon Mama! Lo liat dong, Sa. Ini bukan akun video berbagi gue!"
"Lo ngaku aja apa susahnya, Ta?!" Hersa menggertak lebih keras dari Anin. Sangat keras sampai mata Anin dihiasi lelehan air bening. "Lo nggak usah ikut-ikutan playing victim, berhenti bikin semuanya makin rumit!"
"Banci lo, Sa." Suara itu kontan membuat lidah Hersa kelu.
Anin menunduk dalam-dalam begitu merasakan seseorang merangkul tubuhnya dengan hangat. Air matanya makin mengucur deras begitu menyadari jika kini dirinya menjadi pusat perhatian-mengingat mereka bertengkar tak jauh dari kelas.
"Gue cuma ngasih paham biar dia mau ngaku," ungkap Hersa agar tak merasa begitu disalahkan.
"Terus menurut lo keren? Bentak-bentak cewek di depan umum kaya gini keren? Lo punya hati nggak, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqlab ✓
General FictionCOMPLETED [1] "Lo istri gue, artinya gue punya tanggung jawab dan hak penuh atas diri lo. Kewajiban Lo yang paling penting cuma satu, nurut sama suami. " • Nuha Ali Marzuki "Siti Hawa pernah cemburu sama Nabi Adam karena dia telat pulang, padahal...