02. Be a Couple

12.6K 744 8
                                    

Sepanjang hidup, Sena merupakan satu-satunya wanita yang berani mendekati Nuha secara terang-terangan.

Hari itu ada sebuah getaran dalam bagian kiri dada Nuha yang belum pernah ia rasa sekuat ini. Hanya karena Sena mengatakan hal yang menunjukkan kepedulian terhadap Neneknya---satu-satunya orang yang merawat Nuha. Dan Nuha dibuat berpikir dua kali dengan permintaan Sena.

Terus begitu sampai hari-hari berikutnya setelah Nuha meminta sedikit waktu untuk berpikir, dan berdoa pada setiap sujudnya meminta jalan untuk mengambil keputusan. Beberapa kali pula Nuha bertanya dan meminta pendapat kesana-kemari untuk ia jadikan bahan pertimbangan.

Sampai sekarang Sena sudah berada di belakang tubuhnya, mengulurkan tangan lalu mengambil punggung tangan Nuha untuk dia cium secepat kilat.

Nuha sudah sampai di titik final yaitu menikahi Sena dengan catatan sah di mata agama. Nuha tak ingin banyak terlarut-larut memikirkan Sena dan nantinya hanya akan menjadi zina.

"Lo niat jama'ah sama gue nggak sih?" Pasalnya cara Sena bersalaman dengan Nuha itu seperti tidak ada niat-niatnya sama sekali.

Gadis yang sedang repot melepaskan mukenanya itu hanya menghela napas."Gue dari rakaat pertama sampe selesai ngikutin lo, kurang niat apa coba?"

Ya beginilah kehidupan mereka setelah sah sebagai suami istri satu minggu yang lalu. Akur tak akur memang sifat bawaan mereka sejak dipertemukan sebagai teman organisasi di sekolah.

"Katanya mau belajar ngaji," tegur Nuha

Sena yang sudah siap beranjak dari tempatnya pun sempat urung beberapa saat."Nanti deh bentaran, gue mau liat Nenek dulu."

Jika alasan Sena sudah begini, Nuha hanya bisa mengangguk mengiyakan. Gadis yang kini sudah menjadi istrinya itu sungguh menepati ucapannya untuk menjaga Nenek Nuha yang sakit -sakitan, Sena bahkan telaten dan sabar mengurus Neneknya yang sudah mulai tua.

Dalam hati Nuha mengucap syukur, meski kadang lebih banyak beristighfar sebab masih banyak tingkah ajaib Sena yang kerap kali membuatnya jengkel.

"Oh ya, lo juga sekalian makan. Kerjain tugas sekolah terus besok gue ikut nyalin." Sena menampilkan senyum tak berdosanya sebelum kemudian hilang dibalik pintu kamar.

Padahal baru saja Nuha ingin mengeluarkan kata-kata mutiaranya. Lantas dia memilih membuka Al Qur'an dan mulai membaca beberapa ayat.

.

Selepas selesai melayani Nenek, kini Sena nampak sibuk membersihkan sisa peralatan makan di dapur.

Rumah Nuha memang tidak begitu besar, tidak pula begitu kecil, sangat umum dengan ukuran rumah dengan lantai satu pada biasanya.

Perbedaan yang cukup signifikan mulai terlihat semenjak Sena datang kemari. Dulunya beberapa sudut rumah terlihat berantakan dan lumayan menganggu pandangan mata, sampai kemudian Sena berusaha rapikan agar mereka semakin nyaman tinggal di sini.

Singkatnya Sena tengah mencoba menikmati peran baru sebagai anggota keluarga Nuha.
Hanya keluarga kecil yang mampu menguras hampir setengah dari tekanan batin dan emosi yang sebelumnya ia rasakan.

Tidak ada yang membuat Sena begitu bersyukur karena Nuha mau menuruti permintaannya.

"Nenek mana?"

Tepat sekali, orang baru saja Sena pikirkan kini muncul. Kepala Sena menoleh sebentar guna melihat Nuha dengan pakaian yang lebih santai dari sebelumnya, namun rapi dan juga lebih wangi.

"Lo mau kemana?" Sena malah bertanya balik, bukan menjawab. Kedua tangannya yang penuh sabun segera ia bilas dengan air bersih.

"Gue tanya Nenek mana?"

Iqlab ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang