Halo, tandain kalo ada typo atau kalimat yg kurang efektif 💗 Happy reading
Hari ini sekolah dimulai lebih siang, dua jam pertama kosong karena guru mapel berhalangan hadir. Kelas Sena hanya diberi tugas, itulah mengapa dirinya terlihat berdiam diri di bangku sambil membolak-balik halaman bukunya mencari jawaban.
Sedangkan Nuha, ketua OSIS yang jabatannya hampir habis itu terlihat sudah meninggalkan kelas sejak jam pertama. Dengar-dengar sih mulai hari ini Nuha sudah mulai sibuk mempersiapkan kegiatan pendaftaran calon anggota OSIS yang baru sekaligus reorganisasi anggota lama.
Sena sendiri sudah benar-benar tidak peduli, dia tidak lagi ikut campur tangan. Lagipula dia sudah membuat surat pengunduran diri, tapi karena Nuha tolak, ya sudah. Sena makin tak peduli.
Tugas Sena selesai, buku catatannya ia tutup. Napas Sena terhela malas, kenapa tugas kali ini terasa kurang banyak?
Bukan masalah Sena terlalu rajin atau apa, tapi semata-mata karena Sena ingin mengalihkan atensi dari keriuhan teman-teman kelasnya.
Oh, Sena lupa memberitahu, ya? Baiklah, hari ini jagat dunia persekolahan dikejutkan oleh kemunculan sosok Hesti yang mendadak berpenampilan syar'i.
Tempo hari Sena masih melihat bagaimana gadis itu tampil dengan rambut tergerai serta makeup anti badai. Dan tebak perubahan apa yang hari ini Sena lihat. Hesti datang ke sekolah memakai cadar!
Sena bahkan tidak bisa berkata-kata melihatnya. Hesti ini sudah tobat atau hanya melakukan akrobat?
"Ck, OSIS ngomongin apaan sih? Kok Nuha nggak balik-balik."
Itu dia yang membuat Sena berpikir dua kali. Sejak tadi, entah sudah berapa kali Hesti menyebut nama suami Sena.
"Aduh mana gue udah gerah banget lagi."
Sena memangku wajahnya menatap Hesti yang mulai seperti cacing kepanasan itu. Selang beberapa waktu kemudian, senyum Sena terbit diam-diam. Nuha baru saja kembali ke kelas dengan dasi yang masih rapi. Sena yang membuat simpulnya pagi tadi.
"Mampus, nggak dilirik kan lo," guman Sena begitu melihat Nuha melewati bangku Hesti yang berada di depan begitu saja tanpa lirikan sedikitpun.
Tapi karena pantang menyerah, Hesti datang menghampiri bangku Nuha. Sukses membuat Sena bersedekap dada dan merubah posisi duduknya dari yang semula di kursi menjadi di atas meja. Gadis ini siap menikmati pertunjukan.
"Nuha," panggil Hesti.
Nuha yang baru saja duduk pun hanya menanggapi singkat.
"Kenapa?" Dia belum melihat siapa yang mengajaknya bicara.
"Gue Hesti."
"Hesti?" Kepala Nuha mendongak, mata Hesti terlihat menyipit, sepertinya gadis itu tersenyum sekarang. "Sekarang pakai cadar?" tanya Nuha.
Merasa mendapat tanggapan bagus, Hesti menduduki bangku kosong di depan Nuha dan mengambil posisi menghadap pria tersebut.
"Iya, lagi belajar aja, sih."
Nuha mengangguk. "Bagus, semoga Istiqomah, ya."
"Pasti, kalo lo suka gue yang kaya gini, gue pasti bakalan istiqomah kok."
"Maksudnya?" Alis Nuha bertaut bingung, dalam hati mengucap istighfar.
"Ya gue tuh maunya pakai cadar karena lo, Nuha. Gue nggak tahu sih cewek idaman lo itu kaya apa, tapi karena gue sering lihat lo aktif di kegiatan keagamaan dan tahu kalo ternyata sebelum pindah ke sini lo itu santrinya Kyai Zakaria, gue pikir cewek bercadar cocok buat jadi idaman lo," beber Hesti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqlab ✓
General FictionCOMPLETED [1] "Lo istri gue, artinya gue punya tanggung jawab dan hak penuh atas diri lo. Kewajiban Lo yang paling penting cuma satu, nurut sama suami. " • Nuha Ali Marzuki "Siti Hawa pernah cemburu sama Nabi Adam karena dia telat pulang, padahal...